Logo
>

Banyak Diburu, Harga Emas Naik Lagi 1,4 Persen

Reaksi pasar atas posisi China yang menunjukkan ketidaksenangan terhadap kebijakan tarif AS telah melemahkan dolar dan memberi dorongan pada harga emas.

Ditulis oleh Yunila Wati
Banyak Diburu, Harga Emas Naik Lagi 1,4 Persen
Emas perhiasan, investasi berharga di tengah ketidakpastian ekonomi. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas dunia mengalami penguatan pada perdagangan Kamis malam WIB, 24 April 2025, setelah sebelumnya sempat melemah lebih dari tiga persen pada sesi Rabu. 

    Kenaikan harga logam mulia ini terutama dipicu oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan aktivitas perburuan harga murah (bargain hunting) oleh investor. Kondisi pasar global juga tetap terfokus pada dinamika hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, yang menjadi pendorong utama arah pergerakan harga emas belakangan ini.

    Berdasarkan laporan dari Reuters yang dikutip dari Bengaluru, emas spot tercatat menguat sebesar 1,4 persen ke level USD3.333,90 per ons pada pukul 24.46 WIB. Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat juga menunjukkan performa positif, ditutup menguat 1,7 persen ke posisi USD3.348,60 per ons. 

    Sebelumnya, harga emas batangan sempat menyentuh rekor tertinggi di angka USD3.500,05 per ons pada hari Selasa, didorong oleh kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi AS. Namun, harga emas terkoreksi pada hari Rabu setelah Presiden AS Donald Trump mencabut ancaman untuk memecat Ketua Federal Reserve dan mulai menunjukkan sikap yang lebih lunak terhadap China dalam isu perdagangan.

    Menurut Tai Wong, seorang trader logam independen, dinamika tarif antara AS dan China saat ini sangat memengaruhi pasar secara keseluruhan. Ia menyatakan bahwa reaksi pasar atas posisi China yang menunjukkan ketidaksenangan terhadap kebijakan tarif AS telah melemahkan dolar dan memberi dorongan pada harga emas. 

    Meski demikian, lonjakan harga emas hingga USD3.500 dianggap terlalu tinggi dan membutuhkan fase koreksi untuk menyesuaikan pergerakan selanjutnya. Dalam waktu dekat, harga emas diperkirakan akan bergerak stabil di kisaran tertentu sebelum kembali melanjutkan tren yang lebih kuat.

    Di sisi lain, pasar saham mencatatkan penguatan, sedangkan reli dolar AS mulai kehilangan tenaga karena para pelaku pasar mencoba memahami perubahan kebijakan Trump terhadap China. Kondisi ini turut meningkatkan minat terhadap aset safe haven seperti emas, yang cenderung menarik ketika risiko meningkat dan mata uang AS mengalami pelemahan.

    Terkait isu perdagangan, pemerintah China menyatakan bahwa seluruh tarif unilateral dari AS harus dibatalkan. Mereka juga menegaskan bahwa belum ada pembicaraan dagang yang berlangsung dengan Washington, meskipun pihak AS berulang kali menyatakan bahwa proses negosiasi sedang berjalan.

    Sementara itu, data ekonomi AS menunjukkan bahwa klaim baru untuk tunjangan pengangguran naik sedikit pada pekan terakhir. Kenaikan ini menandakan bahwa pasar tenaga kerja AS masih cukup tangguh meski terdapat tekanan dari kebijakan tarif impor yang sedang berlangsung.

    Selain emas, logam mulia lainnya menunjukkan pergerakan yang beragam. Harga perak spot tercatat turun 0,1 persen menjadi USD33,51 per ons. Platinum juga mengalami penurunan sebesar 0,1 persen ke level USD971,60 per ons. 

    Sebaliknya, paladium justru menguat 0,4 persen dan diperdagangkan di angka USD947,93 per ons.

    Dengan perkembangan ini, pasar logam mulia masih menunjukkan sensitivitas tinggi terhadap ketegangan geopolitik, arah kebijakan ekonomi global, serta indikator makroekonomi Amerika Serikat yang memengaruhi ekspektasi investor terhadap pergerakan suku bunga dan stabilitas pasar finansial dunia.

    Strategi Bijak Investor di Tengah Lonjakan Harga Emas

    Lonjakan harga emas yang terjadi belakangan ini menjadi perhatian utama di kalangan investor. Setelah menyentuh rekor tertinggi dan kembali menguat akibat pelemahan dolar serta ketegangan hubungan perdagangan Amerika Serikat dan China, logam mulia ini kembali menjadi sorotan sebagai aset safe haven. 

    Di tengah dinamika tersebut, penting bagi investor untuk bersikap rasional dan mengambil langkah strategis yang sesuai dengan tujuan keuangan mereka.

    Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi kembali tujuan investasi. Bagi investor yang menjadikan emas sebagai instrumen lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi global, mempertahankan kepemilikan emas dapat menjadi langkah yang tepat. 

    Namun, bagi mereka yang fokus pada keuntungan jangka pendek, momen kenaikan harga ini bisa dimanfaatkan untuk merealisasikan keuntungan yang telah diperoleh.

    Meski harga emas sedang tinggi, investor sebaiknya tidak terburu-buru masuk pasar hanya karena khawatir tertinggal momentum (fear of missing out/FOMO). Membeli emas saat harga sedang dalam tren naik bisa sangat berisiko, terlebih jika terjadi koreksi tajam. Karena itu, sikap waspada tetap dibutuhkan agar keputusan investasi tidak diambil secara impulsif.

    Diversifikasi portofolio juga menjadi prinsip penting yang tak boleh diabaikan. Menempatkan seluruh dana pada satu jenis aset, seperti emas, justru meningkatkan risiko. Investor disarankan untuk tetap menyeimbangkan portofolionya dengan aset lain seperti saham, obligasi, atau instrumen pasar uang, tergantung profil risikonya.

    Selain itu, investor perlu terus memantau perkembangan makroekonomi global, terutama arah kebijakan suku bunga The Fed, nilai tukar dolar AS, serta ketegangan dagang internasional. Faktor-faktor ini sangat berpengaruh terhadap pergerakan harga emas. Jika suku bunga kembali naik atau ketegangan geopolitik mereda, harga emas bisa terkoreksi.

    Bagi investor yang ingin membeli emas saat ini, pendekatan pembelian bertahap atau dollar cost averaging bisa menjadi pilihan yang lebih aman. Dengan cara ini, investor bisa meredam risiko fluktuasi harga jangka pendek dan membangun posisi secara lebih stabil.

    Di samping itu, penting untuk memilih instrumen investasi emas yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Pilihan seperti emas fisik, emas digital, reksa dana berbasis emas, atau ETF emas masing-masing memiliki karakteristik, likuiditas, dan biaya transaksi yang berbeda. Memahami perbedaan ini dapat membantu investor membuat keputusan yang lebih cermat.

    Terakhir, bagi mereka yang masih ragu atau belum yakin dengan strategi yang diambil, berkonsultasi dengan perencana keuangan profesional bisa menjadi langkah bijak. Dengan pendampingan yang tepat, investor dapat menyusun strategi yang selaras dengan tujuan keuangan jangka panjang, sekaligus mengantisipasi potensi risiko di tengah gejolak pasar.

    Di tengah volatilitas pasar dan lonjakan harga emas, kehati-hatian dan perencanaan yang matang menjadi kunci bagi investor untuk tetap tenang dan meraih hasil investasi yang optimal.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79