KABARBURSA.COM - Hong Kong berhasil kembali menduduki posisi sebagai pusat keuangan teratas di Asia, menggeser Singapura ke posisi kedua dalam kawasan, menurut survei terbaru Indeks Pusat Keuangan Global yang dirilis pada 23 September. Secara global, Hong Kong berada di peringkat ketiga, setelah New York dan London, sementara Singapura turun ke peringkat keempat.
Keberhasilan Hong Kong ini menjadi kabar positif bagi sektor keuangannya yang sebelumnya mengalami tantangan berat akibat pembatasan pandemi yang menyebabkan banyak pekerja meninggalkan kota tersebut. Seperti dikutip di Jakarta, Rabu 25 September 2024.
Pemerintah Hong Kong berharap berbagai inisiatif serta suku bunga yang lebih rendah dapat membantu menghidupkan kembali ekonomi, terutama di sektor properti yang masih lesu.
Temuan lain dalam laporan tersebut mencatat pergeseran di peringkat global, seperti Shenzhen yang melampaui San Francisco dalam peringkat fintech, serta Chicago dan Los Angeles yang mengungguli Shanghai. Sementara itu, beberapa kota seperti Sydney, Nanjing, dan Tianjin mengalami penurunan peringkat yang signifikan.
Survei ini disusun oleh Z/Yen Partners dan China Development Institute, menggunakan data dari 121 pusat keuangan dan tanggapan dari ribuan profesional di sektor jasa keuangan. Dalam survei tersebut, lebih dari seperlima responden menyebut tantangan geopolitik sebagai risiko paling mendesak bagi pusat keuangan dunia.
Peringkat 20 besar pusat keuangan dunia:
- New York
- London
- Hong Kong
- Singapura
- San Francisco
- Chicago
- Los Angeles
- Shanghai
- Shenzhen
- Frankfurt
- Seoul
- Washington DC
- Geneva
- Dublin
- Paris
- Dubai
- Zurich
- Beijing
- Luxembourg
- Tokyo
Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi
Ekonomi Asia sedang dihadapkan oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi setelah data menunjukkan beberapa kondisi yang perlu disoroti di negara China.
NH Korindo Sekuritas Indonesia (NHKSI) dalam risetnya memaparkan rilis akhir pekan lalu menunjukan produksi industri dan penjualan eceran China turun lebih rendah dari yang diharapkan pada bulan Agustus.
Tak hanya itu, NHKSI Research juga mencatat pengangguran di sana juga meningkat, sementara harga rumah turun selama satu bulan berturut-turut. Kondisi ini menjadi kekhawatiran sendiri bagi ekonomi Asia.
“Data tersebut meningkatkan kekhawatiran atas perlambatan berkepanjangan di ekonomi terbesar Asia, yang selanjutnya melemahkan sentimen terhadap negara dan pasar regional,” tulis NHKSI Research kepada Kabar Bursa, Selasa, 17 September 2024.
NHKSI Research menyebut beberapa negara di Asia masih akan menutup pasar keuangannya pada hari ini karena public holiday sejak Senin kemarin (di antaranya adalah China & Korea Selatan).
“Oleh karena itu perhatian para pelaku pasar akan lebih terpusat ke Eropa, di mana ada laporan ZEW Economic Sentiment (Sept) untuk Jerman & Eurozone,” tulis NHKSI.
Dari Negeri Paman Sam, saham-saham di Amerika Serikat diperdagangkan bervariasi pada Senin, 16 September 2024 waktu setempat. NHKSI melihat, hal ini dikarenakan para investor bersiap menjelang Fomc Meeting pada minggu ini.
“Di mana bank sentral AS tersebut kemungkinan akan memulai siklus pemotongan suku bunga pertama dalam 4,5 tahun,” tulis NHKSI.
Harap-Harap Cemas Pasar Domestik
Diberitakan sebelumnya, Phintraco Sekuritas meramal kondisi pasar domestik pekan ini, akan dipengaruhi sentimen pemangkasan suku bunga. Pasar domestik dinilai tengah wait and see terhadap keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) dan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).
“Dari domestik, nampaknya pasar juga cenderung wait and see terhadap respon RDG BI atas keputusan FOMC pada 17-18 September 2024 ini,” tulis analisis Research Phintraco Sekuritas, Valdy K, Selasa, 17 September 2024.
Adapun RDG BI sendiri dijadwalkan berlangsung pada tanggal 17 hingga 18 September 2024. Meski begitu, BI diyakini masih akan menahan suku bunga acuannya. Di sisi lain, pelaku pasar berharap dapat titik cerah pemangkasan suku bunga.
“Pasar berharap ada petunjuk mengenai peluang pemangkasan suku bunga acuan di 4Q24,” jelasnya.
Dalam analisanya, Valdy menilai sentimen pekan ini akan sangat sensitif terhadap saham-saham perbankan, properti, dan otomotif. Ketiga sentimen tersebut, diperkirakan mengalami fluktuasi akibat sentimen FOMC dan RDG BI.
“Saham-saham bank atau yang sensitif terhadap perubahan suku bunga, seperti properti dan automotive diperkirakan mengalami peningkatan aktivitas (fluktuasi) sebagai respons
Federal Open Market Committee (FOMC) dan antisipasi RDG BI tersebut,” ungkapnya.
Di sisi data domestik, tulis Valdy, pasar juga mengantisipasi data neraca perdagangan bulan Agustus 2024. Pertumbuhan nilai ekspor dan impor diperkirakan kembali melambat di Agustus 2024.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.