Logo
>

Bersanding dengan Malaysia, Saham Indonesia Masih Seksi di Pasar Global

Ditulis oleh Yunila Wati
Bersanding dengan Malaysia, Saham Indonesia Masih Seksi di Pasar Global

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dana asing telah mencurahkan minat besar pada saham-saham Indonesia pada bulan ini, dengan pembelian bersih mencapai 684 juta dolar hingga Kamis, 22 Agustus 2024. Sementara itu, Malaysia juga meraih perhatian dari investor asing dengan arus masuk sekitar 241 juta dolar. Kedua pasar ini siap menyaksikan arus masuk bulan kedua berturut-turut.

    Filipina merupakan negara Asia lain yang mencatat arus masuk dana asing pada bulan ini, dengan total sekitar 105 juta dolar, menurut data yang mencakup 11 pasar regional.

    Di sisi lain, India, yang selama ini menjadi favorit investor pasar berkembang, mengalami arus keluar ekuitas sebesar 1,8 miliar dolar, angka terbesar di kawasan tersebut. Jepang dan Taiwan juga mencatat penarikan investasi, meskipun dalam skala yang lebih kecil.

    “India menjadi mahal, ekonomi China menghadapi ketidakpastian, tetapi Indonesia dan Malaysia tidak menghadapi masalah tersebut. Mereka mungkin akan menarik lebih banyak perhatian di kuartal mendatang, khususnya Malaysia yang sedang gencar dengan investasi pusat datanya," jelas Nirgunan Tiruchelvam, analis di Aletheia Capital.

    Indonesia diuntungkan dari disiplin fiskal dan pertumbuhan ekonominya yang stabil, sementara Malaysia memanfaatkan dorongan dari investasi di sektor kecerdasan buatan dan pusat data miliaran dolarnya. Ringgit dan rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik terhadap dolar bulan ini dalam keranjang 23 mata uang pasar berkembang, didorong oleh peningkatan kepemilikan obligasi negara tersebut.

    Namun, tantangan tetap ada. Masih perlu waktu untuk melihat apakah momentum positif ini dapat bertahan, terutama dengan prediksi pemangkasan suku bunga Federal Reserve yang dapat meningkatkan daya tarik pasar negara berkembang secara keseluruhan. Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, dijadwalkan untuk menyampaikan pidato utama di Jackson Hole pada pukul 10 pagi waktu New York pada hari Jumat.

    Sementara itu, saham Indonesia dan rupiah mengalami penurunan pada hari Kamis, dipicu oleh protes nasional terhadap usulan perubahan undang-undang pemilu yang menyebabkan para anggota parlemen membatalkan rencana mereka.

    Saham-saham Asia Melemah

    Saham-saham di Asia melemah, sementara dolar AS menguat dari posisi terendahnya dalam setahun. Investor tampak hati-hati menjelang pidato penting dari bankir sentral utama dunia, dengan harapan ada kepastian mengenai potensi pemotongan suku bunga AS yang mungkin dimulai pada September.

    Yen Jepang menguat sebesar 0,3 persen menjadi 145,77 per dolar. Imbal hasil obligasi juga sedikit naik saat Gubernur Bank of Japan, Kazuo Ueda, berbicara di hadapan anggota parlemen. Meski ada aksi jual baru-baru ini, pedagang melihat kemungkinan kecil bahwa BOJ akan menaikkan suku bunga pada Oktober.

    Ueda menegaskan bahwa BOJ siap menaikkan suku bunga jika kondisi ekonomi dan harga sesuai perkiraan. Data terbaru menunjukkan inflasi inti Jepang meningkat selama tiga bulan berturut-turut, tetapi kenaikan harga yang melambat menunjukkan tidak ada kebutuhan mendesak untuk menaikkan suku bunga segera.

    Krishna Bhimavarapu dari State Street Global Advisors memprediksi yen yang lebih kuat dan subsidi energi baru akan memperlambat inflasi dalam waktu dekat, sehingga kemungkinan kenaikan suku bunga BOJ mungkin baru terjadi pada Desember.

    Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,4 persen, tetapi menunjukkan kenaikan mingguan sebesar 0,6 persen. Nikkei Jepang tetap stabil mendekati level tertinggi dalam tiga minggu. Saham-saham unggulan Tiongkok naik 0,3 persen, sedangkan Hang Seng Hong Kong turun 0,4 persen dan saham Korea Selatan turun 0,5 persen.

    Di Wall Street, sentimen berubah hati-hati menjelang pidato Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, di Jackson Hole. Tiga pembicara Fed pada hari Kamis menyebut kemungkinan penurunan suku bunga pada September, mendukung pendekatan yang "lambat dan metodis". Meskipun survei menunjukkan ekonomi AS masih tumbuh sehat, pasar mengurangi peluang penurunan suku bunga setengah poin pada September menjadi 24 persen dari 38 persen sehari sebelumnya.

    Penurunan seperempat poin sudah diperhitungkan sepenuhnya. Robert Carnell dari ING mencatat bahwa pidato Powell bisa menggembirakan atau mengecewakan pasar, dan banyak tergantung pada data mendatang.

    Imbal hasil obligasi pemerintah AS sedikit turun setelah naik semalam untuk pertama kalinya dalam lima sesi. Imbal hasil obligasi 10 tahun turun 2 basis poin menjadi 3,8426 persen di Asia dan turun 5 basis poin selama seminggu. Imbal hasil dua tahun turun 3 basis poin menjadi 3,9845 persen dan turun 8 basis poin selama seminggu.

    Penurunan imbal hasil menekan dolar ke level terendah dalam setahun, meskipun sedikit pulih dari tekanan jual semalam. Euro turun dari level tertinggi satu tahun di 1,1119 dolar, dengan resistensi utama di 1,1139 dolar.

    Di pasar komoditas, harga minyak mentah Brent berjangka stabil di 76,04 dolar per barel, meskipun turun lebih dari 3 persen selama seminggu akibat membengkaknya stok minyak mentah AS dan prospek permintaan yang melemah di Tiongkok. Harga emas turun 0,7 persen dalam seminggu menjadi 2.488,13 dolar per ons setelah mencapai rekor tertinggi 2.531,6 dolar pada Selasa, 20 Agustus 2024.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79