KABARBURSA.COM - Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meminta para investor yang ada di Indonesia untuk menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) triwulan IV-2024 tepat pada waktu yang sudah ditentukan, yakni mulai 1--10 Januari 2025.
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal (Dalaks) Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Edy Junaedi menyatakan laporan tersebut diperlukan untuk menjadi dasar evaluasi kinerja investasi nasional, sekaligus mencerminkan dampak berbagai kebijakan yang telah dijalankan sepanjang tahun. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa 31 Desember 2024.
"Data ini bukan hanya menjadi acuan bagi kami, tetapi juga membantu memastikan semua proyek berjalan sesuai rencana, termasuk menyelesaikan kendala yang mungkin dihadapi di lapangan," kata dia.
Dia menyampaikan, pelaporan LKPM triwulan IV-2024 wajib bagi usaha menengah dan besar. Selain itu, usaha kecil juga diwajibkan melaporkan LKPM untuk periode Juli-Desember 2024 (semester II).
Pelaku usaha dapat menyampaikan laporan secara online melalui oss.go.id, dengan memasukkan data yang dilaporkan mencakup perkembangan proyek investasi, penyerapan tenaga kerja, serta hambatan yang dihadapi.
Untuk memfasilitasi pelaporan, pihaknya membuka Klinik LKPM yang dapat diikuti secara virtual melalui Zoom Meeting mulai dari 30 Desember 2024 hingga batas akhir penyampaian laporan.
Klinik ini berlangsung setiap pukul 09.00-12.00 WIB, dengan kapasitas 100 peserta per hari. Pelaku usaha dapat mendaftar melalui tautan bit.ly/TriwulanIV2024.
Lebih lanjut, dirinya menegaskan pentingnya LKPM sebagai alat pemantauan dan evaluasi, sekaligus media komunikasi untuk memecahkan hambatan selama pelaksanaan proyek. Pelaku usaha yang tidak memenuhi kewajiban pelaporan dapat dikenakan sanksi administratif hingga pencabutan izin usaha.
“Kami percaya bahwa pencapaian target investasi membutuhkan kolaborasi yang solid. Dengan melaporkan LKPM, pelaku usaha turut berkontribusi dalam menjaga momentum positif ini, sekaligus membantu pemerintah menciptakan iklim investasi yang semakin kompetitif di kancah global,” kata Edy.
Adapun pada triwulan III-2024, angka realisasi investasi Indonesia menunjukkan tren yang positif dengan pertumbuhan signifikan, yakni sebesar Rp431,48 triliun atau meningkat 15,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Total realisasi investasi selama periode Januari-September 2024 mencapai Rp1.261,43 triliun, meningkat 19,78 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Hal ini menandakan semakin kuatnya kepercayaan investor terhadap iklim investasi di tanah air.
Incremental Capital Output Ratio
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap tingginya Incremental Capital Output Ratio (ICOR) di Indonesia, yang kini mencapai angka 6,5. Angka ICOR ini menjadi hambatan serius bagi Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen, sebuah tujuan ambisius yang dihadapkan pada berbagai tantangan internal.
Wijayanto menjelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi setinggi itu, Indonesia memerlukan investasi yang sangat besar, yaitu sekitar Rp12.480 triliun, atau setara dengan 52 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP). Jumlah ini, menurutnya, hampir mustahil dicapai dalam jangka pendek mengingat kondisi ekonomi yang ada saat ini.
“Untuk tumbuh di atas 8 persen itu sangat berat bagi Indonesia, karena memiliki hambatan ekonomi yang boros modal. Untuk tumbuh tinggi tentunya membutuhkan investasi, tetapi ICOR Indonesia cenderung bertumbuh yaitu 6,5,” katanya dalam dalam diskusi publik prospek kebijakan ekonomi prabowo yang disiarkan daring, dikutip, Senin 23 September 2024.
Sebagai informasi, ICOR adalah indikator yang menunjukkan seberapa efisien investasi digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi ICOR, semakin rendah efisiensi modal dalam menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Ini berarti, perekonomian Indonesia saat ini membutuhkan investasi yang lebih besar untuk mencapai pertumbuhan yang diharapkan, tetapi dengan hasil yang relatif kecil, sehingga dapat dianggap sebagai ukuran dari inefisiensi penggunaan modal.
Wijayanto menyoroti beberapa penyebab utama tingginya ICOR di Indonesia, mulai dari investasi yang tidak efisien hingga biaya tinggi dalam menjalankan perekonomian. Faktor-faktor lain yang turut memperburuk situasi ini antara lain korupsi, ketidakpastian regulasi, markup, serta perencanaan proyek yang buruk. Artinya, jika Indonesia ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, masalah-masalah ini harus segera diatasi.
“Meningkatkan investasi memang penting, tetapi menekan ICOR juga tidak kalah pentingnya,” katanya.
Untuk diketahui, secara kumulatif data realisasi investasi sepanjang periode Januari – Juni (Semester I) Tahun 2023 mencapai Rp678,7 triliun atau meningkat sebesar 16,1 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu dan berhasil menyerap 849.181 orang TKI. Capaian tersebut telah memenuhi 48,5 persen dari target realisasi investasi tahun 2023 yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo sebesar Rp1.400 triliun.(*)