Logo
>

BOS OJK Pastikan Stabilitas Sektor Keuangan RI

Ditulis oleh Cicilia Ocha
BOS OJK Pastikan Stabilitas Sektor Keuangan RI

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga dengan baik meskipun tengah menghadapi dinamika perekonomian global dan domestik.

    Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyampaikan bahwa meskipun perekonomian global menunjukan pemulihan terbatas, dan mayoritas data menunjukan negara-negara berada di bawah ekspektasi. Namun, Invansi masih cukup persisten.

    "Hal ini mendorong posisi dari bank-bank sentral global untuk lebih netral ke depan. Meski mayoritas bank sentral telah menurunkan suku bunga kebijakan dalam dua bulan terakhir ini," ujar Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDKB Desember 2024 yang dikutip, Jakarta, Rabu 8 Januari 2025.

    Bos OJK itu menambahkan, di Amerika Serikat (AS), meskipun data ketenagakerjaan tetap solid, inflasi yang masih persisten membuat The Federal Reserve (The Fed) melakukan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps) pada Desember 2024. Mereka juga memberikan sinyal bahwa suku bunga acuan kemungkinan tetap tinggi hingga 2025, dengan pemangkasan Fed Fund Rate (FFR) hanya 50 basis points (bps). Adapun nilai ini lebih rendah dari ekspetasi pasar dengan besaran 75-100 bps. "Selain itu, pasar juga terus mencermati kebijakan dari Presiden terpilih Trump yang turut mempengaruhi kenaaikan volatilitas pasar keuangan," kata Mahendra.

    Di sisi lain, ekonomi Tiongkok juga menunjukkan pemulihan terbatas. Meskipun ada perbaikan pada sisi pasokan, permintaan domestik masih belum menunjukan sinyal positif yang kuat. Selain itu, Data Consumer Price Indeks (CPI) menunjukan disinflasi, dan ekspor negara tersebut mengalami kontraksi, kendati Purchasing Managers Indeks (PMI) Manufaktur Tiongkok menunjukkan ekspansi.

    Sementara itu, perekonomian domestik Indonesia menunjukkan performa yang relatif stabil. Inflasi Indonesia tercatat pada angka 1,55 persen (year-on-year), dengan inflasi inti beraada di angka 2,26 persen. Selain itu, surplus neraca perdagangan Indonesia terus berlanjut dan PMI Manufaktur Indonesia terus mengalami perbaikan.

    Ekonomi Amerika Serikat

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan sektor jasa keuangan tetap stabil meskipun menghadapi tekanan dari meningkatnya risiko geopolitik dan perlambatan ekonomi global.

    Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan bahwa saat ini pertumbuhan ekonomi global cenderung mengalami divergensi atau pergeseran di antara negara-negara besar dunia.

    “Ekonomi Amerika Serikat (AS) mencatat perkembangan yang lebih baik dari perkiraan, ditopang dan solidnya data ketenagakerjaan. Sementara di Eropa, aktivitas ekonomi mulai pulih didukung oleh penjualan retail, meskipun sektor manufaktur masih masih relatif aman,” kata Mahendra dalam konferensi pers RKDB secara virtualm Jumat, 1 November 2024.

    Di sisi lain, China sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia memperlihatkan tren yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi negara Tirai Bambu tersebut pada kuartal III-2024 menunjukkan perlambatan di sektor demand dan supply, meskipun pemerintah dan bank sentral berupaya mendorong pertumbuhan melalui berbagai stimulus.

    Ia juga menyebutkan bahwa peningkatan ketegangan geopolitik, termasuk instabilitas di Timur Tengah, turut mempengaruhi prospek ekonomi global. Hal ini menyebabkan lonjakan harga komoditas safe haven seperti emas, meningkatkan premi risiko, dan memicu kenaikan yield yang mendorong aliran modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

    “Kondisi perekonomian di Indonesia tetap stabil, inflasi inti terjaga, dan neraca perdagangan masih mencatat surplus pada Juli 2024,” ungkap Mahendra.

    Di sisi lain, merujuk pasa laporan World Economic Outlook yang dirilis Dana Keuangan Moneter (IMF) di edisi Oktober 2024 memberikan berbagai proyeksi mengenai ekonomi Dunia dan Indonesia selama lima tahun ke depan.

    Lembaga tersebut memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sebesar 5,1 persen pada 2029. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 diperkirakan tetap 5,0 persen atau stagnan dari tahun lalu.

    Bright Institute, lembaga riset ekonomi Indonesia menilai proyeksi-proyeksi dalam laporan tersebut memberikan indikasi bahwa ekonomi Indonesia ke depan akan berkembang terbalik dari visi misi Presiden Prabowo Subianto.

    Dalam ulasan yang disampaikan pada Selasa 29 Oktober 2024, Bright Institute menilai setidaknya ada lima proyeksi IMF yang patut menjadi perhatian Indonesia.

    Ekonom Senior Bright Institute Awalil Rizky merinci, pertama dia menyoroti soal proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia versi IMF yang tidak mencapai 5 persen tahun ini dan stagnan di 5,07persen hingga 2029.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Cicilia Ocha

    Seorang jurnalis muda yang bergabung dengan Kabar Bursa pada Desember 2024. Menyukai isu Makro Keuangan, Ekonomi Global, dan Energi. 

    Pernah menjadi bagian dalam desk Nasional - Politik, Hukum Kriminal, dan Ekonomi. Saat ini aktif menulis untuk isu Makro ekonomi dan Ekonomi Hijau di Kabar Bursa.