Logo
>

BPS: Deflasi Juli 0,18 Persen, Lebih dalam dari Juni

Ditulis oleh KabarBursa.com
BPS: Deflasi Juli 0,18 Persen, Lebih dalam dari Juni

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka delfalsi Indonesia pada bulan Juli 2024. Menurut catatan BPS, deflasi bulan Juli 2024 berada di angka 0,18 persen, sementara inflasi berada di level 2,13 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

    Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengungkap tiga penyebab utama yang mempengaruhi tingkat inflasi dan deflasi pada bulan Juli 2024. Pertama, kata dia, terkait perkembangancurah hujan dalam dua bulan terakhir.

    Amalia menuturkan, curah hujan ada bulan Juni 2024 curah hujan rendah terjadi di sebagian wilayah Jawa, Bali, serta Nusa Tenggara, dan berlanjut hingga dasarian II Juli 2024. Adapun curah hujan rendah berdampak kepada produksi hortikultura.

    Kedua, terkait produksi bawang merah, di mana pasokan komoditas tersebut diketahui baru saja kembali normal atau mengalami peningkatan produksi di sentra-sentra produksi seperti Brebes, Kendal, Demak, Dima, dan Nganjuk.

    Ketiga, pada Juli 2024 kegiatan belajar-mengajar yang sudah dimulai kembali di sekolah-sekolah juga menjadi penyumban inflasi. Terakhir,  terkait menurunnya luas panen padi berdasarkan hasil KSA amatan Juni 2024. Amalia mengungkap, hal itu terjadi pada periode Juni-Juli 2024 setelah kita melalui Puncak panen pada April-Mei 2024.

    Amalia menuturkan, deflasi bulan Juli merupakan yang terdalam di tahun 2024. Catatan BPS, deflasi bulan ini terjadi secara berturut-turut sejak tiga bulan terakhir.

    “Deflasi bulan Juli 2024 lebih dalam dibandingkan Juni 2024 dan merupakan deflasi ketiga pada 2024,” kata Amalia dalam konferensi persnya, Jakarta, 1 Agustus 2024.

    Adapun kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar, kata Amalia, komoditas makanan-minuman dan tembakau dengan kontribusi sebesar 0,97 persen dan memberikan hasil deflasi sebesar 0,28 persen.

    Amalia menuturkan, deflasi secara bulanan terjadi seiring dengan penurunan indeks harga konsumen. “Pada Juli 2024 terjadi deflasi sebesar 0,18 persen secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,28 pada Juni 2024 menjadi 106,09 pada Juli 2024,” ungkapnya.

    Sementara inflasi, secara tahunan (yoy), berada pada level 2,13 persen. Sedangkan berdasarkan kalender year-to-date, inflasi berada pada angka 0,89 persen. Amalia mengungkap, komoditas yang menyumbang inflasi utama diantara cabai rawit dan beras.

    “Komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain cabe rawit dan beras dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen,” jelasnya.

    Di sisi lain, dia juga menyebut, komoditas emas-perhiasan, kopi bubuk, kentang, sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan (SKT) juga memiliki andil kendati tidak besar dengan masing-masing sebesar 0,01 persen.

    Begitu juga sektor pendidikan, kata Amalia, kontribusi terhadap inflasi bulan Juli sebesar 0,04 persen. “Catatan lainnya adalah kelompok pendidikan juga memberikan andil inflasi terbesar yaitu 0,04 persen atau mengalami inflasi sebesar 0,69 persen,” jelasnya.

    Secara bulanan, komponen penyumbang deflasi pada Juli 2024 sebesar 0,18 persen. Adapun hal itu didorong oleh bergejolaknya harga yang berkontribusi terhadap tingkat deflasi sebesar 1,92 persen.

    “Komponen ini memberikan andil deflasi sebesar 0,32 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah bawang merah, cabe merah, tomat, daging ayam ras, bawang putih, dan telur ayam ras,” jelasnya.

    Sementara komponen inti yang dorong inflasi sebesar 0,18 persen memberikan andil sebesar 0,12 persen. Adapun komoditas utama penyumbang inflasi diantaranya, emas-perhiasan, kopi bubuk, biaya sekolah SD, SMP, dan SMA.

    “Komponen harga diatur pemerintah juga mengalami inflasi sebesar 0,11 persen dengan andil sebesar 0,02 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah sigaret keretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan atau SKT,” ungkapnya.

    Berdasarkan data BPS, sebanyak 32 dari 38 provinsi Indonesia mengalami deflasi. Semetara enam provinsi lainnya tercatat mengalami inflasi.

    Amalia mengungkap, deflasi terdalam pada bulan Juli 2024 terjadi di Provinsi Sumatera Barat sebesar 1,07 persen. Sedangkan provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi, terjadi di Provinsi Papua Barat Daya sebesar 0,25 persen.

    Fasilitas Bunga Deposit

    Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 23 hingga 24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.

    Gubernur BI Perry Warjiyo menerangkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 7,00 persen.

    “Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak memburuknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability, ” ungkap Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur April 2024, Rabu 24 April 2024.

    Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Perry menambahkan kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit atau pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi