Logo
>

Bright Institute Prediksi Rupiah Berada di Level Rp16.500 dalam Dua Bulan ke Depan

Ditulis oleh Deden Muhammad Rojani
Bright Institute Prediksi Rupiah Berada di Level Rp16.500 dalam Dua Bulan ke Depan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Lembaga riset ekonomi Bright Institute memprediksi bahwa keseimbangan baru nilai tukar rupiah akan berada di Rp16.500 per dolar AS hingga dua bulan ke depan. Prediksi ini dipengaruhi oleh indikator fundamental domestik seperti transaksi finansial dan posisi investasi internasional pada neraca pembayaran Indonesia.

    “Kalau bicara keseimbangan nilai tukar, tidak bisa diukur melalui faktor kausalitas yang terjadi secara insidental. Untuk menjelaskan pergerakan nilai tukar secara harian itu bisa, namun dalam hal proyeksi jangka tahunan harus dilihat dari fundamental nilai tukar yang telah berkembang hingga saat ini. Baik itu dari neraca pembayaran, kondisi paritas, dan juga pasar aset,” ujar Ekonom Senior Bright Institute Awalil Rizky dalam Siaran Pers yang diterima Kabarbursa.com, Rabu, 22 Januari 2025.

    Pada triwulan III 2024, neraca pembayaran Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD5,87 miliar. Namun secara kumulatif, selama tahun 2024 terjadi defisit hingga USD600 juta.

    Defisit ini menjadi yang pertama sejak 2018 setelah sebelumnya selalu mencatatkan surplus. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab mengapa rupiah sulit untuk kembali ke nilai keseimbangan lamanya.

    “Neraca transaksi berjalan selama 2024 hingga triwulan III defisit mencapai 7,88 miliar Dolar AS. Defisit ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, bergerak mengikuti era sebelum 2021 yang selalu defisit sangat lebar yang dimulai di 2012, tahun di mana rupiah berhenti dari level 8 ribuan menjadi 12 ribuan di tahun-tahun setelahnya,” tambah Awalil.

    Dari data perkembangan neraca transaksi finansial, arus neto modal masuk untuk 2024 masih mencatatkan surplus. Namun, surplus ini terus mengecil. Indonesia mulai mengalami penurunan surplus transaksi finansial sejak 2014 dan jatuh ke defisit di 2022.

    Pada 2023, transaksi berjalan kembali mencatat surplus, namun levelnya hanya sebesar 9,51 miliar Dolar AS, jauh di bawah era sebelum pandemi yang mencapai kisaran 16 miliar Dolar AS hingga 44 miliar Dolar AS.

    “Lalu dalam posisi investasi internasional Indonesia, posisi ‘investasi lainnya’ justru menjadi faktor yang sekarang lebih berpengaruh terhadap nilai tukar daripada posisi ‘investasi langsung’ dan ‘investasi portofolio’. Dan ‘investasi lainnya’ inilah yang posisinya paling rentan. Investasi lainnya modal asing cenderung stagnan namun modal penduduk tumbuh pesat. Hal ini menunjukkan di balik upaya Indonesia untuk menarik banyak investasi dari luar, penduduk Indonesia justru semakin banyak menaruh modal di luar dalam bentuk ‘investasi lainnya’,” jelas Awalil.

    Awalil menilai, fundamental ketahanan eksternal perekonomian Indonesia tidak terlalu lemah, tetapi juga tidak cukup kuat. Ia juga menambahkan bahwa potensi pelemahan lebih lanjut memang belum terlihat, namun tetap ada risiko rupiah melemah hingga ke Rp17.000 per dolar AS. Di sisi lain, potensi penguatan pun masih terbuka hingga mencapai Rp16.000 per dolar AS.

    “Namun meski tidak terlampau besar, potensi guncangan eksternal yang besar masih bisa terjadi; dan ketahanan untuk menghadapi itu terbilang lemah. Dan yang tidak bisa kita lupakan, semakin terikatnya kebijakan moneter oleh BI dengan kepentingan fiskal pemerintah dan kondisi industri keuangan membuat beberapa risiko mesti diwaspadai dan dimitigasi,” tutup Awalil.

    Rupiah Menguat Tipis

    Rupiah pada penutupan perdagangan Selasa, 21 Januari 2025, mantap berada di level Rp16.343. Ini artinya, rupiah berhasil menguat sebesar 0,15 persen atau naik hingga 24 poin.

    Salah satu penyebab utama penguatan rupiah ini adalah langkah Trump yang tidak langsung menerapkan kebijakan kenaikan tarif impor terhadap negara-negara seperti China, Kanada, dan Meksiko.

    Kebijakan tarif impor yang tidak segera diterapkan ini membawa pengaruh besar terhadap indeks dolar AS, yang mengalami pelemahan.

    Dalam pidato perdananya sebagai presiden terpilih, Trump mengisyaratkan niatnya untuk mengevaluasi kembali hubungan perdagangan AS, khususnya terkait dengan kenaikan tarif terhadap impor dari negara-negara mitra utama.

    Meski begitu, Presiden Trump juga menandatangani perintah eksekutif yang mendorong kebijakan “America First”, yang menekankan kepentingan nasional AS dalam perdagangan global.

    Perintah tersebut menginstruksikan lembaga-lembaga federal untuk menyelidiki praktik perdagangan yang dianggap tidak adil dan meninjau kembali perjanjian perdagangan yang ada.

    Meski Trump membuka dialog positif dengan Presiden China Xi Jinping, masalah tarif perdagangan – terutama terhadap China – masih sangat mungkin terjadi. Pembicaraan antara kedua negara sempat menjadi salah satu tanda positif dalam hubungan mereka, meskipun ketegangan perdagangan tetap membayangi ke depan.

    Peningkatan tarif perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini tentu bisa mengganggu stabilitas perdagangan global dan meningkatkan ketidakpastian ekonomi. Dalam hal ini, kemungkinan adanya retaliasi dari negara-negara besar lainnya terhadap kebijakan tarif ini membuka ruang bagi terjadinya perang dagang baru.

    Namun, China, yang tengah menghadapi berbagai tantangan ekonomi domestik, diprediksi akan mencari jalan keluar dengan memfokuskan pada stimulus tambahan untuk menopang pertumbuhan ekonomi mereka. Hal ini dapat mempengaruhi prospek ekonomi global, terutama dalam konteks hubungan dagang AS-China.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Deden Muhammad Rojani

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.