Logo
>

BUMN Sumbang Rp1,940 Triliun Sepanjang Periode 2020-2024

Ditulis oleh KabarBursa.com
BUMN Sumbang Rp1,940 Triliun Sepanjang Periode 2020-2024

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Kementerian Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) mencatat total kontribusi terhadap pendapatan negara sebesar Rp1,940 tiliun sepanjang periode 2020 hingga 2023.

    Secara rinci, kontribusi BUMN terhadap pendapatan negara dibagi menjadi tiga kategori. Pertama, melalui dividen perusahaan BUMN yang mengalami pertumbuhan sejak tahun 2021 sebesar Rp30 triliun. Kemudian di tahun 2022 sebesar Rp40 triliun, dan Rp81 triliun di tahun 2023. Sepanjang periode 2020 hingga 2023, kontribusi dividen BUMN terhadap pendapatan negara sebesar Rp194,4 triliun.

    Sementara kontribusi BUMN melalui pajak, sepanjang periode 2020 hingga 2023 sebesar Rp1,391,4 triliun. Adapun angka tersebut secara tahunan meningkat dengan rincian, 2020 sebesar Rp247 triliun, 2021 sebesar Rp278 triliun, 2022 sebesar Rp410 triliun, dan 2023 sebesar Rp457 triliun.

    Di sisi lain, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari BUMN berkontribusi sebesar Rp354,2 triliun sepanjang periode 2020 hingga 2023. Adapun secara tahunan, PNBP mengalami penurunan dengan rincian 2020 sebesar Rp86 triliun, 2021 sebesar Rp87 triliun, 2022 sebesar Rp98 triliun, dan 2023 hanya Rp84 triliun.

    Menteri BUMN, Erick Thohir mengungkap, turunnya kontribusi PNBP terjadi lantaran terjadi penurnan harga di beberapa komoditas, baik kelapa sawit maupun batubara. "PNBP ini ada penurunan karena memang fluktuasi harga daripada sumber daya alam yang memang ada koreksi sendiri, apakah itu di kelapa sawit, di batu bara," kata Erick dalam rapat kerja bersama DPR RI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 2 September 2024.

    Di sisi lain, Erick menyebut kontribusi dividen di dorong oleh berbagai pengembangan sebagaimana hasil Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI. Saat ini, kata dia, BUMN tidak hanya mengembangkan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), tetapi juga di sektor energi sebagaimana MIND ID dan Pertamina.

    "Ini menjadi suatu kontribusi lain dan tentu yang lainnya seperti Telkom itu kalau kita lihat sudah memberikan kontribusi juga seperti untuk menambah dari pada dividen yang ada," jelasnya.

    Adapun kontribusi dividen kepada negara sepanjang 2020 hingga 2024 sebesar Rp279,7 triliun, dengan rincian 2020 sebesar Rp43,9 triliun, 2021 sebesar Rp29,5 triliun, 2022 sebesar Rp39,7 triliun, 2023 sebesar Rp81,2 triliun, dan 2024 sebesar Rp85,6 triliun.

    Dalam paparannya, Erick menuturkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) sebesar Rp25,7 triliun sepanjang tahun 2024. Kemudian disusul PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar Rp17,1 triliun, Mining Industry Indonesia (MIND ID) Rp11,2 triliun, PT Pertamina (Persero) Tbk 9,3 triliun, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk Rp9,2 triliun

    Erick menyebut, kontribusi dividen BUMN tercatat lebih besar Rp61,9 triliun jika dibandingkan dengan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diterima selama periode 2020 hingga 2024. Adapun rinciannya, PMN sebesar Rp217,9 triliun sedangkan dividen BUMN kepada negara sebesar Rp279,7 triliun.

    "Tentu kalau kita catat juga PMN ini memang ada angkanya signifikan Rp217,9 triliun, tetapi tentu catatan bahwa 90 persen ini untuk penugasan dan banyak juga dari angka-angka ini kita melakukan percepatan pembangunan di infrastruktur dan lain-lainnya," jelasnya.

    Sementra itu, BUMN juga mencatat total aset mengalami pertumbuhan sejak 4 tahun terakhir dengan rincian, tahun 2020 sebesar Rp8,312 triliun, 2021 sebesar Rp8,978 triliun, 2022 sebesar Rp9,789 triliun, dan 2023 sebesar Rp10,402 triliun.

    Di sisi lain, BUMN juga mencatat pertumbuhan yang sama di ekuitas dengan rincian, 2020 sebesar Rp2,475 triliun, 2021 sebesar Rp2,778 triliun, 2022 sebesar Rp3,101 triliun dan 2023 sebesar Rp3,444 triliun.

    Erick menuturkan, kabar yang juga dinilai menggembirakan adalah return on asset BUMN yang terus membaik sepanjang tahun, di mana ada disekitar 0,2 persen pada tahun 2020 menjadi 3,1 persen di tahun 2023.

    “Ini saya rasa rata-rata banchmarking dengan banyak perushan juga menjadi hal yang positif,” ungkapnya.

    Sementara return and equity, BUMN mencatat pertumbuhan dari total 0,5 persen di tahun 2020 menjadi 9,5 persen di tahun 2023. Sedangkan debt to EBITDA, tutur Erick, menurun dari 4,3 kali di tahun 2020 menjadi 2,4 kali di tahun 2023.

    Sedangkan total liability to equity BUMN berada di level 2 kali pada tahun 2023 dari 2,4 kali di tahun 2020. Dengan demikian, tutur Erick, pendapatan BUMN mengalami pertumbuhan sejak 4 tahun terakhir, dari Rp1,930 triliun di tahun 2020 menjadi Rp2,933 triliun di 2023.

    “Ini tidak lain juga kita lihat kita mengembangkan banyak pendapatan baru yang tidak hanya berdasarkan sumber daya alam, banyak inovasi yang berhasil seperti contohnya mungkin seperti yang di Himbara itu sekarang basis daripada digital seperti Living, Brimo, dan lain-lain ini sebuah income yang bisa menjadi pertumbuhan baru,” ungkapnya.

    Lebih jauh, Erick mengungkap laba bersih BUMN mengalami kinerja yang baik, yakni sebesar Rp327 triliun atau tumbuh 11,2 persen dari Rp13 triliun di tahun 2020. “Saya rasa ini bagian dari kinerja yang selama ini tentu dari Komisi VI mendorong kami untuk performa di jaga,” tutupnya.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi