KABARBURSA.COM - Kasus COVID-19 kembali terjadi di sejumlah negara di Asia. Bahkan terjadi peningkatan di sejumlah negara seperti Malaysia, Hong Kong, Thailand, dan Singapura.
Agar dapat mengantisipasi peningkatan kasus serupa di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) menerbitkan Surat Edaran Nomor SR.03.01/C/1422/2025.
Melalui surat edaran ini, pemerintah mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap peningkatan kasus COVID-19 yang telah memiliki beragam varian seperti XEC, JN.1, LF.7, dan NB.1.8.1.
Menanggapi surat edaran Kemenkes, Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen PT Biofarma Group (Persero) Tugas Ratmono meminta masyarakat untuk tenang dan melakukan tindakan preventif dalam mencegah penyebaran COVID-19.
“Menghadapi perkembangan COVID-19 dan variannya, mari jangan panik, tetap waspada, jalankan pola hidup Bersih dan sehat (PHBS). Selain itu tetap menjalankan 3M yaitu Menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan,” ujar Tugas saat ditemui KabarBursa.com di Jakarta, pada Senin, 2 Juni 2025.
Menurut Tugas, COVID-19 yang terjadi beberapa tahun lalu diakui banyak menimbulkan kesan tersendiri. Karena, menurutnya, pandemi COVID-19 menimpa dunia sejak 2019 hingga 2023 juga berdampak bagi ekonomi masyarakat.
“Di Jakarta sendiri waktu itu cukup menimbulkan kepanikan dan kegelisahan. Misalnya di rumah sakit ICU-nya penuh dan sudah mulai ada yang tidak tertampung. Di sisi lain adalah masalah ekonomi, masalah kesulitan dan karena semuanya dibatasi. Ini jangan terulang lagi dengan adanya muncul varian-varian baru,” ujarnya.
Pria yang pernah bertugas sebagai Koordinator Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran tersebut menyatakan, penyebaran varian baru COVID-19 di Indonesia belum terlalu banyak.
Namun, menurut laporan WHO tahun 2025, sampai ke minggu ke-20 tahun ini COVID-19 menyebar di sejumlah kawasan, mulai dari Eropa, Amerika, dan Asia Pasifik.
“Di Asia Pasifik paling tinggi peningkatannya dengan 8,8 sampai 11 persen. Kalau Amerika 1,6 sampai 4,9 persen, dan Eropa 1 sampai 6 persen. Paling banyak varian yang dilihat adalah NB1.8.1. Varian COVID-19 ini juga banyak meningkat di ASEAN,” jelas Tugas.
“Namun, WHO mengatakan bahwa ini secara level keganasannya masih rendah atau level penyebaran pun secara luas masih rendah, masih terkontrol dengan bagus dan belum dideklarasikan menjadi suatu pandemi,” lanjutnya.
Meski demikian, ia berharap masyarakat menjaga kewaspadaan dengan menerapkan pola hidup sehat.
“Konteks inilah yang harus bersama-sama kita sikapi bahwa, kita enggak boleh panik dan menjaga pola hidup bersih dan sehat. Menerapkan 3M termasuk menjaga jarak dengan orang lain minimal satu meter demi mencegah penularan,” kata Tugas.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Cegah Pandemi COVID-19 Terulang
Masih terkait Surat Edaran dari Kemenkes, Tugas menilai bahwa hal tersebut adalah tindakan positif bagi semua lapisan instansi hingga ke masyarakat.
“Saya kira itu (surat edaran) memang diarahkan ke semua petugas-petugas di lapangan baik dari Dinkes, KKP (Komisi Kesehatan Pelabuhan) hingga multi level. Dan harapannya semua level itu memberikan informasi lagi kepada seluruh masyarakat,” imbuh Tugas.
Ia menambahkan, kesehatan jasmani dan rohani dalam hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pihak pemerintah dan berbagai institusi saja, tapi juga kepada masyarakat.
Tapi dengan peningkatan kasus COVID-19 di Asia maupun dunia, sejumlah fasilitas kesehatan perlu lebih disiapkan dalam mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus COVID-19 di dalam negeri.
“Memang fasilitas-fasilitas kan disiapkan bukan persis oleh rakyat, tapi oleh pemerintah. Artinya penyakit ini perlu ditangani, dicegah khususnya oleh semua komponen. Jadi saya kira edaran itu suatu yang positif, antisipatif,” ujarnya.
"Namun yang paling penting adalah bagaimana pemantauannya secara intens dan tindakan lanjutannya yang kesinambungannya. Saya kira ini menjadi poin penting untuk cerminan atau implementasi dari kata kolaborasi dan terintegrasi,” imbuhnya.
Saran Penanggulangan COVID-19 2025
Tugas menyatakan, kolaborasi lintas sektor mulai dari Pemerintah, Swasta, Organisasi, Para Akademisi, Media hingga Masyarakat diperlukan dalam mengantisipasi penyebaran COVID-19.
“Semua perlu menyiapkan diri untuk siap dengan kebijakan, fasilitas kesehatan, pemulihan ekonomi, pembangunan infrastruktur pandemi, pembangunan media dan informasi untuk komunikasi publik, penguatan digitalisasi, pembangunan ilmu dan inovasi teknologi, sampai pembangunan pusat Pengendalian bencana biologi atau non Alam,” paparnya.
Sementara itu Bio Farma sebagai perusahaan holding BUMN (Badan Usaha Milik Negara) bidang kesehatan yang menaungi Kimia Farma, Indo Farma juga siap melaksanakan tindakan antisipatif jika COVID-19 melonjak.
“Tindakannya berupa menyiapkan diri untuk siap dengan vaksin, obat-obatan, medical supply, bahan baku obat (BBO), digital sistem tracker and tracing farma. Dan menyiapkan rumah Sakit Grup BUMN,” ujarnya.(*)