Logo
>

Dilema BBM Euro IV: Dijegal Kelas Ekonomi dan Daya Beli

Ditulis oleh KabarBursa.com
Dilema BBM Euro IV: Dijegal Kelas Ekonomi dan Daya Beli

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkunan menjadi urgensi yang perlu diimplementasikan. Saat ini, Pemerintah sendiri tengah menggodok regulasi BBM berstandar Euro IV yang ditargetkan rampung sebelum Presiden Joko Widodo (Jokowi) purna tugas.

    Anggotan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Mulyanto menuturkan, BBM Euro IV memiliki kualitas yang jauh lebih baik dibandingan BBM yang saat ini disubdi pemerintah. Kendati begitu, dia mengakui BBM Euro IV memiliki harga yang lebih mahal.

    “Semakin tinggi standar Euro maka semakin eco friendly.  Namun demikian, semakin ramah lingkungan, maka akan semakin mahal,” kata Mulyanto kepada Kabar Bursa, Selasa, 13 Agustus 2024.

    Mulyanto menuturkan, penerimaan BBM Euro IV sangat dipengaruhi dua aspek, yakni kelas ekonomi dan kesadaran lingkungan. Saat ini, dia menilai penerimaan BBM murah dan BBM bersih masih sangat dipengaruhi oleh tingak ekonomi.

    Pada masyarakat kelas menengah ke atas, tutur Mulyanto, jumlah pendapatan yang memadai dan kesadaran tinggi akan lingkungan, lebih mempermudah penerimaan BBM Euro IV. “Kelas menengah ke atas dengan pendapatan dan pengetahuan lingkungan serta memiliki kendaraan yang bagus, dapat dipahami mudah menerima standar Euro yang tinggi,” ujarnya.

    Sebaliknya, kata Mulyanto, masyarakat kelas menengah ke bawah yang memiliki pendaptan standar dan apresiasi terhadap lingkungan yang rendah, mayoritas akan mengesampingkan kualitas tinggi Euro IV dan memilih BBM bersubsidi.

    Meski demikian, Mulyanto sendiri tak menampik banyaknya kalangan kelas menengah atas dengan kendaraan mewah yang masih menggunakan BMM bersubsidi. Secara voluntary, dia menilai produk BBM Euro IV akan lebih baik digunakan oleh kelas menengah atas non-subsidi untuk menghindari pembengkakan beban negara.

    “Kalau masyarakat ditanya mau pilih mana: BBM bersih atau BBM murah?  Maka jawabnya sangat tergantung pada kelas ekonomi. Bahkan hari ini, kita masih menemukan fakta kelas menengah dengan kendaraan mewah masih menggunakan BBM bersubsidi,” jelasnya.

    Regulasi BBM Euro IV, kata Mulyanto, perlu dikaji lebih lanjut terkait mekanismi penyaluran subsidinya. Dia menilai, daya beli masyrakat dan kemampuan ekonomi negara perlu menjadi perhatian penting dalam menyusun subsidi BBM dengan kualitas tinggi.

    Apalagi, kata Mulyanto, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia masih sangat tertekan pada pembayaran bunga, cicilan utang, pengeluaran mandatory, hingga mega proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Adapun tahun ini, anggaran subsidi yang dialokasikan pemerintah untuk BBM dan LPG senilai RP 113,3 triliun.

    “Ruang fiskal terbatas untuk meningkatkan besaran subsidi BBM. Begitu juga daya beli masyarakat masih terasa lemah,” tutupnya.

    Urgensi BBM Kualitas Tinggi

    Yayan Satyakti, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Padjajaran, menyebut peningkatan kualitas BMM penting dilakukan untuk menekan emisi. Di sisi lain, BBM kualitas tinggi juga dinilai mampu meningkatkan keberlanjutan ekonomi.

    Semakin tinggi kualitas BBM, semakin cepat menekan emisi karbon. Di samping itu, pembakaran BBM berkualitas tinggi juga mengurangi ekternalitas bagi kesehatan manusia.

    “Kebijakan peningkatan kualitas BBM dan penurunan emisi saat sangat penting untuk meningkatkan kualitas ekonomi menjadi lebih sustainable,” kata Yayan kepada KabarBursa, 13 Agustus 2024.

    Maka menurutnya, kelas menang ke atas tidak lagi mengkonsumsi BBM subsidi, mengingat subsidi mestinya diakses oleh masyarakat miskin dan angkutan di sektor publik. Yayan menilai, idealnya bio-ethanol dan bio-diesel menjadi dominan di tengah melemahnya rupiah terhadap dollar sebagaimana yang tengah digalakkan pemerintah.

    Dengan begitu, pemerintah menyediakan alternatif BBM yang dapat diakses masyarakat sesuai dengan preferensi baik affordable maupun accessibility. Dalam hal ini, BBM fosil non-subsidi mengambil peranan dalam memberikan alternatif energi lainnya.

    “BBM fossil non-subsidi ini sebenarnya yang diharapkan mulai memegang peranan penting dalam struktur energi kita sebagai insentif bagi energi alternatif lainnya,” ungkapnya.

    Ketika harga BBM fossil lebih mahal, tutur Yayan, diharapkan pengganti harga di bawahnya bersifat renewable seperti biofuels atau bio-ethanol jika persaingan dengan BBM fossil bersubsidi terjadi.

    “Energi terbarukan tersebut tidak akan kompetitif karenan menghadapi harga energi yang biased afforability. Artinya masyarakat mampu bayar energi itu, tetapi disubsidi sehingga ketika biofuel harus kompetitif akan selalu kalah dengan harga yang disubsidi,” jelasnya.

    Yayan menuturkan, biodiesel dan bioethanol penting lantaran 20 hingga 30 tahun mendatang harga minyak impor secara perlahan akan baik signifikan. Sehingga, dia menilai ongkos membeli minyak mentah dari luar relarif lebih murah karena harus affordable.

    Yayan menilai, kunci sukses penyusunan regulasi Euro 4 ada pada pelaksana, implementasi, dan standardisasi secara berkala di laboratorium pengujian maupun sertifikasi.

    Sementara saat ini, Yayan menilai uji emisis masih relatif terbatas, bahkan untuk uji kelaikan kendaraan masih tetap terbatas. Sehingga dimungkinkan kontinuitas program Euro 4 di Indonesia hanya bertahan dalam jangka pendek.

    Pada titik tertentu, Yayan menilai regulasi Euro 4 menjadi bumerang dan berdampak terhadap perlambatan implementasi. “Bagi masyarakat masalah uji emisi akan cepat terlaksana jika affordable. Jika tidak, maka dia tidak akan efektif. Sehingga insentif harga bagi masyarakat ada di akhir,” tutupnya.

    Tidur Panjang BMM Kualitas Tinggi

    Diketahui, PT Pertamina (Perseoran) Tbk sendiri menargetkan BBM berkualitas Euro IV diterapkan tepatnya pada triwulan ketiga tahun 2028 mendatang. Sementara saat ini, penerapan BBM berkualitas yang ramah lingkungan masuk dalam tahap yang sangat urgen.

    Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menuturkan, pemerintah telah mewacanakan penerapan BBM Euro IV sejak 2018 lalu. Akan tetapi, dia menilai penerapannya terlampau molor hingga saat ini.

    “BBM Euro IV sudah urgen ya ditetapkan di Indonesia. Memang kita sudah molor sejak 2018. Jadi harusnya sejak 2018 BBM Euro IV diterapkan, tapi belum juga,” kata Fabby kepada KabarBursa, Senin, 12 Agustus 2024.

    Fabby menuturkan, terdapat tiga urgensi mengapa BBM Euro IV perlu segera diterapkan. Pertama, kata dia, BBM subsidi yang diberikan pemerintah saat ini memiliki kualitas yang sangat buruk bagi lingkungan, khususnya kualitas udara.

    Pada titik tertentu, Fabby menyebut kualitas BBM yang buruk berdampak negative pada kesehatan masyarakat. Polusi udara, kata dia, menyebabkan gangguan pernapasan akut yang membuka ruang munculnya kerugian ekonomi.

    “Jadi gangguan kesehatan masyarakat, polusi udara itu yang menyebabkan kerugian ekonomi. Selama ini tidak banyak diketahui oleh publik tapi publik yang menanggung biaya kesehatan akibat polusi udara. Bahkan juga menimbulkan kematian,” ungkapnya.

    Urgensi kedua, BBM yang tersedia saat ini juga dinilai tidak ramah pada mesin kendaraan bermotor. Rendahnya kualitas BBM saat ini, kata Fabby, membuka ruang kerugian bagi para pemilik kendaraan.

    Diketahui, kadar oktan dalam BBM bersubsidi jenis Pertalite sebesar 90. Adapun BBM jenis Pertalite sendiri dibandrol Rp10,000 per liter. Sementara BBM dengan kualitas tinggi dengan ada pada jenis Pertamax Turbo, hingga Pertamax Green 95 dengan rentang harga Rp15,450 hingga Rp15,000.

    “Sehingga sebenarnya masyarakat itu membayar lebih mahal dalam bentuk macam-macam, termasuk biaya perawatan kendaraan bermotor,” jelasnya.

    Ketiga, Fabby menilai, pemerintah memberikan subsidi BBM dengan kualitas yang buruk. Di sisi lain, dia menilai langkah subsidi BBM yang digelontorkan pemerintah sebagai pemborosan yang merugikan keuangan negara.

    “Sebenarnya dengan harga yang sama, kita bisa mendapatkan kualitas BBM yang lebih baik. Jadi sebenernya ini adalah pemborosan dan merugikan keuangan negara loh kalau mau dibilang. Karena untuk harga yang serupa kita bisa dapat harga BBM dengan kualitas yang lebih baik,” tegasnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi