Logo
>

Dolar AS kian Berkuasa di Tengah Trump Trades dan Inflasi

Ditulis oleh Yunila Wati
Dolar AS kian Berkuasa di Tengah Trump Trades dan Inflasi

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dolar AS mencatat lonjakan signifikan ke level tertinggi dalam satu tahun terhadap mata uang utama lainnya pada hari Rabu, 13 November 2024 waktu setempat atau Kamis, 14 November 2024 dini hari WIB.

    Kenaikan didorong oleh dampak kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS serta data inflasi yang sesuai dengan ekspektasi.

    Indeks Dolar, yang mengukur performa dolar terhadap sekeranjang enam mata uang, naik 0,43 persen menjadi 106,44 dan sempat menyentuh angka tertinggi di 106,53.

    Efek Trump Trades

    Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS menciptakan ekspektasi pasar akan adanya kebijakan yang mendukung inflasi, seperti pemotongan pajak dan pengurangan peran pemerintah federal.

    Kebijakan ini dipandang akan mempercepat pertumbuhan ekonomi, yang pada gilirannya mendorong minat investor terhadap dolar AS.

    Selain itu, kontrol Partai Republik atas kedua majelis Kongres juga memperkuat kemungkinan Trump akan berhasil mendorong agendanya, yang semakin mendongkrak penguatan dolar AS.

    Data Inflasi AS yang Sesuai Ekspektasi

    Inflasi AS untuk periode Oktober 2024 yang dirilis Departemen Tenaga Kerja, menunjukkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (CPI) sebesar 0,2 persen secara bulanan, sama dengan ekspektasi para ekonom.

    Dalam periode 12 bulan, hingga Oktober, inflasi tercatat naik 2,6 persen.

    Meskipun data ini sesuai ekspektasi, dampaknya terhadap pasar tidak terlalu besar.

    Menurut seorang analis di Jefferies Brad Bechtel, penguatan dolar ini lebih banyak didorong oleh "Trump trades," dengan para investor yang mencari aset safe haven sebagai antisipasi terhadap kebijakan Trump.

    Data inflasi yang stabil juga menyebabkan penurunan imbal hasil US Treasury.

    Yield obligasi pemerintah AS untuk tenor 2 tahun, yang biasanya bergerak seiring ekspektasi suku bunga, turun sebesar 6,5 basis poin menjadi 4,279 persen.

    Penurunan ini terjadi karena pelaku pasar mulai memperhitungkan arah kebijakan Federal Reserve yang kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga tetap rendah untuk sementara waktu.

    Analis di State Street Marvin Loh, menyebut bahwa ketidakpastian seputar kebijakan Fed, inflasi, dan dampak dari Trump trades menjadi alasan mengapa dolar tetap menjadi pilihan aset yang stabil di tengah kekhawatiran pasar.

    Pengaruh Terhadap Mata Uang Lain

    Perkasanya Dolar tentu saja memberikan pengaruh terhadap pergerakan mata uang lainnya. Yen Jepang, misalnya, melemah terhadap dolar AS, menembus angka 155 yen per dolar, level terendah sejak akhir Juli.

    Penguatan dolar ini juga diperparah oleh inflasi grosir Jepang yang meningkat pada laju tahunan tercepat dalam lebih dari setahun. Kondisi ini menambah tekanan pada Bank of Japan yang tengah menghadapi keputusan sulit tentang kapan dan seberapa cepat menaikkan suku bunga.

    Begitu pula dengan Euro yang juga berada di bawah tekanan dan turun 0,51 persen menjadi USD1,0569. Ini adalah level terendahnya sejak November 2023.

    Pelemahan euro dipicu oleh ketidakpastian politik di Jerman, menyusul jatuhnya koalisi pemerintahan Kanselir Olaf Scholz dan jadwal pemilihan umum yang dipercepat pada Februari 2025.

    Selain itu, kebijakan tarif perdagangan potensial dari pemerintahan Trump juga berkontribusi terhadap pelemahan mata uang euro.

    Sementara, Dolar AS terpantau mendatar terhadap yuan China di angka 7,243 yuan per dolar. Terhadap franc Swiss, dolar menguat 0,43 persen menjadi 0,885 franc Swiss, didukung oleh persepsi investor terhadap stabilitas dan kekuatan ekonomi AS di bawah kebijakan pemerintahan Trump.

    Outlook ke Depan

    Ke depan, tren penguatan dolar AS diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan semakin jelasnya kebijakan ekonomi Trump dan potensi kenaikan inflasi di Amerika Serikat.

    Dengan kontrol Partai Republik atas kedua majelis Kongres, ekspektasi terhadap kebijakan fiskal pro-pertumbuhan semakin kuat, yang pada akhirnya berpotensi memberikan dorongan tambahan bagi dolar AS.

    Namun, kondisi global seperti keputusan Bank of Japan terkait suku bunga, perkembangan politik di Eropa, serta dampak tarif perdagangan dari AS, akan menjadi faktor yang mempengaruhi dinamika mata uang dunia.

    Pasar juga akan terus mencermati langkah-langkah The Federal Reserve dalam merespons inflasi dan pertumbuhan ekonomi AS, yang tentunya akan sangat berpengaruh terhadap prospek dolar dalam jangka menengah hingga panjang.

    Penguatan dolar AS yang signifikan mencerminkan keyakinan pasar terhadap kebijakan ekonomi Donald Trump serta ekspektasi inflasi yang stabil di AS.

    Dengan kontrol penuh Partai Republik atas pemerintah, agenda pro-pertumbuhan diharapkan akan segera diimplementasikan, mendukung tren penguatan greenback dalam waktu dekat.

    Meskipun demikian, para pelaku pasar tetap akan mengawasi perkembangan kebijakan The Federal Reserve dan kondisi ekonomi global untuk menentukan arah pergerakan mata uang di masa depan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79