Logo
>

Dolar AS Semakin Menguat, Gubernur BI: Rupiah Masih Perkasa

Ditulis oleh KabarBursa.com
Dolar AS Semakin Menguat, Gubernur BI: Rupiah Masih Perkasa

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat terhadap sejumlah mata uang global. Meski demikian, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa kinerja rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara lainnya.

    Pernyataan tersebut diucapkan Perry di tengah tren pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

    Seperti dilaporkan Bloomberg, dolar AS sempat menyentuh level Rp16.008. Perry mengungkapkan, meski banyak negara mengalami depresiasi mata uang, pelemahan rupiah relatif lebih kecil dibandingkan negara-negara lain.

    "Memang seluruh negara mengalami depresiasi, tapi depresiasi rupiah termasuk yang kecil," kata Perry Warjiyo dalam seminar nasional KAFEGAMA di Menara BTN, Jakarta, Sabtu, 14 Desember 2024.

    Perry menjelaskan, penguatan dolar AS terjadi setelah kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden AS.

    Menurut dia, AS mengeluarkan surat utang negara dalam jumlah besar dan meningkatkan defisit fiskalnya hingga mencapai 7,7 persen. Hal ini mendorong banyak investor untuk memindahkan portofolio mereka ke pasar Amerika Serikat, suatu kondisi yang dikenal dengan istilah capital reversal.

    "Amerika memiliki utang pemerintah yang sangat tinggi, dan itu membuat investor di seluruh dunia memindahkan portofolionya ke AS. Ini yang disebut dengan capital reversal," ujar Perry.

    Dengan tingkat utang yang besar dan suku bunga yang tinggi, dolar AS pun semakin menguat. Indeks dolar, yang sebelumnya berada di level 101, kini melonjak menjadi 107 setelah kemenangan Trump.

    "Karena utangnya sangat besar dan suku bunga yang tinggi, dolar AS kini sedang sangat kuat. Sebelum Trump terpilih, indeks dolar berada di 101, sekarang sudah mencapai 107," jelas Perry.

    Dia juga mencatat bahwa penguatan dolar terjadi dalam waktu singkat, sekitar 1,5 bulan, dengan kenaikan hampir 6-7 persen.

    Perry menyebutkan, fenomena ini dialami oleh hampir semua negara dan merupakan tantangan baru yang akan berlangsung selama lima tahun masa kepemimpinan Trump.

    "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," pungkasnya.

    Nilai Tukar Rupiah

    Pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan signifikan, mencapai angka Rp16.000 per dolar AS, dengan titik tertinggi di Rp16.008,5.

    Penurunan nilai rupiah ini dipicu oleh penguatan dolar AS dan ketegangan geopolitik dunia.

    Para pengamat memperkirakan tren pelemahan rupiah masih akan berlanjut pada pekan depan, dengan kisaran nilai tukar antara Rp15.900 hingga Rp16.200 per dolar AS.

    Lukman Leong, pengamat komoditas dan mata uang, mengatakan bahwa penguatan dolar AS terhadap mata uang utama dunia diperkirakan akan terus berlanjut dalam sepekan ke depan, yang akan menekan nilai rupiah lebih lanjut.

    "Minggu depan, investor akan memperhatikan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) dan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) untuk petunjuk kebijakan yang akan datang," kata Lukman, Minggu, 15 Desember 2024.

    Lukman memprediksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga, sementara The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps). Selain itu, para investor juga masih menantikan data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) dari AS untuk memantau tren inflasi negara tersebut.

    "Data lain yang juga akan diperhatikan adalah data perdagangan Indonesia bulan November. Kecuali ada kejutan 'dovish' dari the Fed dan data PCE AS yang lebih lemah, rupiah diperkirakan akan terus tertekan pada pekan depan," jelasnya.

    Kata Lukman lagi, meskipun Bank Indonesia terus melakukan intervensi di pasar, rupiah diprediksi masih akan berada di kisaran Rp16.000-an. Faktor-faktor eksternal, seperti penguatan dolar AS, kondisi ekonomi China, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah, diperkirakan akan terus mendominasi pergerakan nilai tukar rupiah menjelang akhir tahun dan perayaan Natal.

    "Walaupun data ekonomi domestik juga mempengaruhi, pengaruhnya tidak sebesar faktor eksternal. Akhir tahun biasanya cenderung lebih tenang, dengan sedikit data ekonomi penting, namun ada beberapa acara ekonomi penting yang akan berlangsung minggu depan," terang Lukman.

    Pada Jumat, 13 Desember 2024, rupiah tercatat melemah untuk pertama kalinya menembus level Rp16.002 per dolar AS, turun sekitar 0,5 persen. Secara keseluruhan, pada kuartal terakhir 2024, rupiah mengalami pelemahan lebih dari 5 persen.

    Meskipun Bank Indonesia telah melakukan intervensi melalui pasar spot, pasar forward domestik, dan pasar Surat Berharga Negara (SBN), penguatan dolar AS yang tajam belum dapat diimbangi dengan langkah-langkah tersebut. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi