Logo
>

Dolar Menguat Tipis di Tengah Konflik Timur Tengah

Ketegangan Iran-Israel dan spekulasi keterlibatan AS mendorong penguatan dolar, sementara bank sentral global gelisah hadapi inflasi dan gejolak geopolitik.

Ditulis oleh Syahrianto
Dolar Menguat Tipis di Tengah Konflik Timur Tengah
Ilustrasi: Layar menampilkan FTSE 100 di saham Inggris. (Foto: Wikimedia Commons)

KABARBURSA.COM – Ketegangan geopolitik yang meningkat di Timur Tengah kembali memicu pergeseran sentimen global. Pada Kamis, 19 Juni 2025, dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis terhadap sejumlah mata uang utama, menandai respons pasar terhadap ketidakpastian yang membayangi kawasan tersebut.

Di tengah rentetan serangan udara antara Iran dan Israel yang memasuki hari ketujuh, investor kembali melirik dolar sebagai aset lindung nilai. 

Kecemasan kian membesar setelah muncul spekulasi bahwa Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, akan terlibat lebih jauh dalam konflik, termasuk kemungkinan menyerang fasilitas nuklir Iran.

"Dolar kembali mengklaim perannya sebagai safe haven di tengah risiko global yang meningkat," ujar Francesco Pesole, Strategi Valas di ING, dalam keterangannya. 

Ia menambahkan, “Berbeda dengan risiko fiskal domestik seperti kebijakan pemotongan pajak atau tarif perdagangan, kali ini ancamannya bersifat eksternal, membuat dolar tampak lebih tangguh dibanding euro atau mata uang lain yang sangat bergantung pada energi.”

Dolar Stabil, Euro dan Yen Tertekan

Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, hampir tidak bergerak di level 98,9. Namun, secara mingguan, indeks ini naik sekitar 0,8 persen, mencetak performa terbaik sejak akhir Februari 2025.

Dolar naik 0,2 persen terhadap yen menjadi 145,56, sementara euro melemah 0,1 persen ke posisi USD 1,1473. Penguatan dolar juga terlihat terhadap krona Norwegia, usai kejutan dari Norges Bank yang menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin, berlawanan dengan ekspektasi pasar.

Meski demikian, krona Norwegia masih mencatat penguatan tahunan sekitar 11 persen terhadap dolar, menjadikannya salah satu mata uang berkinerja terbaik sejauh ini.

Pasar global minggu ini juga dibayangi keputusan suku bunga dari berbagai bank sentral besar di Eropa. Bank of England memilih mempertahankan suku bunga acuannya pada Kamis, dengan alasan tekanan inflasi dan ketidakpastian geopolitik global masih tinggi. Pound sempat tertekan tetapi kemudian berhasil memulihkan sebagian pelemahannya.

Swiss National Bank juga memutuskan memangkas suku bunga sesuai ekspektasi, mendorong penguatan franc terhadap dolar. 

Langkah ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi yang mereda mulai memungkinkan pelonggaran kebijakan moneter di beberapa negara Eropa.

The Fed Bertahan, Pasar Tunda Harapan Pemangkasan

Sementara itu, Federal Reserve Amerika Serikat pada Rabu memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya. 

Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan bahwa meskipun tekanan harga barang akan meningkat karena efek tarif, bank sentral masih memproyeksikan pemangkasan suku bunga sebanyak 50 basis poin tahun ini.

“Pada akhirnya, biaya tarif akan dibayar, dan sebagian dari itu akan ditanggung oleh konsumen,” tegas Powell dalam konferensi pers. “Kami tahu itu karena pelaku usaha mengatakannya, dan data historis mendukungnya.”

Pasar saat ini memperkirakan setidaknya dua pemangkasan suku bunga pada 2025. Namun, ekonom BNP Paribas menilai Federal Reserve mungkin akan menahan kebijakan hingga akhir tahun.

“Setelah enam bulan mempertahankan suku bunga, Powell memberi sinyal bahwa The Fed mungkin akan tetap berhati-hati hingga musim gugur, menjadikan Oktober sebagai pertemuan berikutnya yang ‘aktif’,” ujar analis BNP Paribas dalam laporan risetnya.

Perdagangan Tenang Saat Libur Nasional AS

Hari libur Juneteenth di Amerika Serikat juga membuat aktivitas perdagangan relatif lebih tenang. 

Volume transaksi menipis, memberi ruang bagi volatilitas yang lebih tinggi apabila ada lonjakan berita terkait geopolitik atau kebijakan moneter.

Kekhawatiran investor akan konflik yang meluas, ditambah ketidakjelasan arah kebijakan bank sentral global, menjadi kombinasi yang mempersulit pengambilan posisi. 

Untuk saat ini, dolar tetap menjadi pilihan utama investor global yang mencari tempat aman di tengah kabut geopolitik yang belum mereda. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.