Logo
>

Dolar Merosot ke Level Terendah, Rupiah Berpotensi Rebound

Ditulis oleh Yunila Wati
Dolar Merosot ke Level Terendah, Rupiah Berpotensi Rebound

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar valuta asing pada Rabu, 27 November 2024, waktu setempat menunjukkan dinamika yang signifikan. Dolar AS tertekan dalam perdagangan yang cenderung tipis menjelang libur Thanksgiving.

    Melemahnya dolar dipicu oleh serangkaian indikator ekonomi yang menunjukkan ketahanan ekonomi Amerika Serikat. Pasar juga masih diliputi ketidakpastian akibat risiko kebijakan tarif yang diusulkan oleh presiden terpilih Donald Trump.

    Indeks Dolar (DXY), yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang utama, melosot 0,74 persen menjadi 106,06, level terendah sejak 13 November. Penurunan ini mencerminkan aksi ambil untung para pelaku pasar setelah reli panjang yang sebelumnya membawa indeks ke puncak dua tahun.

    Di saat dolar merosot, Mata uang yen Jepang menunjukkan performa kuat, dengan dolar/yen terjatuh 1,43 persen ke level 150,91, terendah dalam lima pekan. Yen diuntungkan oleh spekulasi kenaikan suku bunga di Jepang dan penyesuaian posisi teknikal.

    Sementara itu, euro menguat 0,74 persen menjadi USD1,0564, mencatatkan level tertinggi dalam seminggu. Pasar euro mendapatkan dukungan dari pelemahan dolar yang juga membantu poundsterling naik 0,81 persen, menjadi USD1,267. Begitu pula dengan dolar Australia dan Selandia Baru yang masing-masing meningkat 0,34 persen dan 1,06 persen.

    Pelemahan dolar terjadi meskipun data ekonomi AS memberikan sinyal ketahanan.

    Dari data ekonomi AS diketahui bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga naik 2,8 persen. Kenaikan ini sesuai ekspektasi. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) ikut terkerek 0,2 oersen pada Oktober.

    Meskipun data ini mencerminkan inflasi yang stabil, pelaku pasar tetap memperkirakan Federal Reserve akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember. Salah satu alasannya adalah kekhawatiran terhadap dampak tarif perdagangan yang direncanakan Trump.

    Ketegangan perdagangan menjadi faktor sentral dalam pasar mata uang. Janji Trump untuk mengenakan tarif tinggi pada Kanada, Meksiko, dan China menambah ketidakpastian.

    Meskipun ada kekhawatiran bahwa langkah tersebut dapat memicu inflasi, beberapa analis percaya bahwa dampaknya mungkin tidak seburuk yang dikhawatirkan. Apalagi, Trump akan menghadapi risiko politik dan ekonomi yang signifikan jika melangkah terlalu jauh.

    Sementara itu, mata uang mitra dagang AS menunjukkan pergerakan beragam. Dolar Kanada sedikit menguat terhadap greenback, meskipun tetap berada di dekat level tertinggi selama empat setengah tahun.

    Peso Meksiko relatif stabil di dekat level puncak sejak Juli 2022, sementara yuan China tetap berada di bawah tekanan setelah terpukul oleh berita tarif sebelumnya.

    Gencatan Senjata bikin Dolar Bergerak Terbatas

    Faktor geopolitik juga memberikan dampak terbatas pada sesi perdagangan ini. Gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hizbullah yang didukung Iran memberikan sedikit kelegaan, meskipun konflik di Timur Tengah dan Ukraina tetap menjadi penopang dolar sebagai safe haven. Namun, dengan perdagangan yang lebih fokus pada liburan, aktivitas pasar cenderung menurun.

    Pengamat pasar mencatat bahwa tekanan terhadap dolar ini memberikan ruang bagi mata uang lainnya untuk bergerak lebih kuat.

    Direktur Eksekutif Klarity FX Amo Sahota, menilai pergerakan ini sebagai aksi ambil untung menjelang akhir bulan, dengan pasar tetap berhati-hati. Sementara itu, Sheryl Dong dari Barclays mengamati bahwa apresiasi dolar yang tajam sebelumnya telah mengurangi daya tarik aset berbasis dolar, sehingga mendorong penyeimbangan kembali portofolio global.

    Secara keseluruhan, pelemahan dolar AS dalam sesi ini mencerminkan dinamika pasar yang kompleks, dengan interaksi antara data ekonomi yang solid, risiko kebijakan perdagangan, dan pengaruh teknikal di tengah likuiditas yang menurun menjelang libur panjang.

    Pasar akan terus mencermati langkah Federal Reserve berikutnya, kebijakan Trump, dan perkembangan global untuk menentukan arah pergerakan mata uang di masa depan.

    Akankah Rupiah Perkasa?

    Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi berpotensi rebound pada perdagangan Kamis, 28 November 2024, setelah sebelumnya ditutup di zona merah.

    Dalam perdagangan Selasa, 26 November 2024, rupiah melemah 0,33 persen ke level Rp15.934 per dolar AS, sementara indeks dolar AS menguat 0,28 persen ke level 107,19. Keadaan ini mencerminkan pengaruh kebijakan terbaru dari Presiden terpilih AS, Donald Trump.

    Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, mencatat bahwa meski dolar sempat melemah karena penunjukan Bessent, penguatan indeks dolar diperkirakan berlanjut seiring ekspektasi inflasi dan potensi kenaikan suku bunga yang lebih tinggi.

    Dari dalam negeri, kabar positif datang dari surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2024 yang mencapai USD5,9 miliar, jauh lebih baik dibandingkan defisit USD0,6 miliar pada kuartal sebelumnya.

    Surplus ini didorong oleh penurunan defisit transaksi berjalan menjadi USD2,2 miliar atau 0,6 persen dari PDB, dibandingkan defisit USD3,2 miliar pada kuartal II/2024.

    Surplus tersebut juga berkontribusi pada peningkatan cadangan devisa Indonesia, yang kini mencapai USD149,9 miliar. Cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional.

    Kinerja positif dari surplus NPI dan cadangan devisa memberikan harapan untuk stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Namun, pengaruh kebijakan global, terutama kebijakan agresif dari Presiden Trump, tetap menjadi tantangan yang harus diwaspadai.

    Pasar kini menanti data inflasi PCE AS yang akan dirilis Jumat mendatang, yang diprediksi memberikan sinyal lebih lanjut mengenai arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve.

    Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, rupiah memiliki peluang untuk bangkit, didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang solid. Meski demikian, perhatian tetap perlu diberikan pada dinamika pasar global yang berpotensi mengganggu momentum pemulihan mata uang Garuda.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79