KABARBURSA.COM - Asian Development Bank (ADB) baru saja menyetujui pinjaman sebesar USD500 juta untuk mendukung promosi inklusi keuangan di Indonesia.
Program ini difokuskan pada peningkatan akses layanan keuangan bagi kelompok rentan, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), perempuan, kaum muda, serta penduduk di daerah perdesaan.
Direktur ADB untuk Indonesia, Jiro Tominaga, menjelaskan bahwa pinjaman ini menandai subprogram ketiga dari Program Promosi Inklusi Keuangan Inovatif, yang mendukung reformasi yang tengah berlangsung di Indonesia untuk mewujudkan sektor keuangan yang lebih inklusif.
"Program ini akan terus mendorong reformasi menuju pembangunan sektor keuangan yang lebih inklusif di Indonesia," ujar Tominaga dalam keterangan tertulisnya pada Kamis, 5 Desember 2024.
Program ini memiliki tiga fokus utama yang saling terkait. Pertama, menyempurnakan infrastruktur inklusi keuangan agar lebih efektif. Kedua, meningkatkan akses layanan keuangan bagi kelompok marjinal yang sering kali terpinggirkan. Ketiga, memperkuat kerangka perlindungan konsumen, dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi dalam sektor keuangan.
Dengan dukungan makroekonomi yang kuat dan stabilitas kebijakan sektor keuangan, program ini diharapkan dapat memperluas inklusi keuangan, termasuk di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia. Salah satu upaya utama adalah pemanfaatan teknologi digital untuk mempercepat proses tersebut.
Tominaga menambahkan bahwa ADB merasa bangga dapat mendukung komitmen Indonesia untuk meningkatkan inklusi keuangan melalui program ini.
"Melalui kombinasi inovasi digital dan dukungan yang tepat sasaran bagi kelompok rentan, program ini bertujuan menciptakan sektor keuangan yang lebih tangguh dan inklusif," ujar Tominaga.
Program ini juga berupaya menciptakan akses keuangan yang lebih luas melalui sejumlah inisiatif penting, seperti memperluas ekosistem keuangan digital, mengimplementasikan Blueprint Sistem Pembayaran Bank Indonesia 2025, memperkuat akses keuangan di daerah-daerah, serta mendukung UMKM di kawasan timur Indonesia, termasuk kewirausahaan kaum muda dan transformasi digital untuk akses keuangan bagi perempuan.
Sebagai kelanjutan dari dukungan ADB sejak 2020, subprogram ketiga ini juga akan menghadapi tantangan baru yang lebih kompleks, seperti dampak perubahan iklim terhadap kelompok yang paling rentan.
Tominaga menegaskan bahwa program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan ketangguhan keuangan populasi yang terpinggirkan, dengan tetap memperhatikan kebutuhan untuk menjaga keberlanjutan sektor keuangan.
"Dengan tetap mengutamakan keberlanjutan dan ketangguhan sektor keuangan, ADB berkomitmen untuk mendukung Indonesia dalam mencapai akses keuangan universal bagi seluruh lapisan masyarakat," tutup Tominaga.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia
Sebelumnya, ADB telah meningkatkan prakiraan pertumbuhan ekonomi untuk kawasan Asia yang sedang berkembang dan Pasifik pada tahun 2024 menjadi 5 persen, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,9 persen.
Hal ini disebabkan oleh permintaan dalam negeri yang kuat serta ekspor yang terus bertahan, terutama didorong oleh permintaan global akan semikonduktor yang terkait dengan pertumbuhan pesat kecerdasan buatan (AI).
ADB juga mengurangi perkiraan inflasi regional, memproyeksikan inflasi akan mereda ke 2,8 persen pada 2024, lebih rendah dari prediksi sebelumnya sebesar 3,2 persen. Inflasi yang menurun ini sebagian besar dipicu oleh penurunan harga pangan global dan dampak dari pengetatan kebijakan moneter yang mulai mereda.
“Kawasan ini diperkirakan akan tumbuh 5 persen tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi 4,9 persen pada April,” kata Kepala Ekonom ADB Albert Park di Jakarta, Rabu 25 September 2024.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2025 masih dipertahankan di 4,9 persen, mencerminkan stabilitas ekonomi di beberapa wilayah, seperti Asia Timur, Kaukasus, Asia Tengah, dan Pasifik.
Risiko terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi termasuk meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, penurunan pasar properti di China, serta risiko geopolitik dan perubahan iklim yang dapat mempengaruhi harga komoditas, ketahanan pangan, dan energi.
Di antara ekonomi besar kawasan, China diproyeksikan tumbuh sebesar 4,8 persen pada 2024 dan 4,5 persen pada 2025, sementara India diperkirakan tetap tumbuh kuat dengan 7 persen pada 2024, didorong oleh permintaan dalam negeri dan peningkatan pengeluaran pemerintah.
ADB, yang didirikan pada tahun 1966, memiliki 68 anggota, 49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik. Lembaga ini terus berupaya mendukung pertumbuhan yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan di kawasan tersebut, dengan fokus pada pengentasan kemiskinan ekstrem.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Jiro menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan mencapai 5 persen pada tahun 2024 dan 2025. Hal ini didukung oleh konsumsi dalam negeri, investasi infrastruktur, dan manajemen makroekonomi yang stabil.
“Secara umum fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat dipadukan dengan manajemen makroekonomi yang solid,” kata Jiro, dikutip Senin, 6 Mei 2024.
Jiro menyebut bahwa Indonesia memiliki fondasi ekonomi yang solid dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05 persen pada tahun 2023 dan inflasi yang tetap terkendali sesuai target. ADB memproyeksikan bahwa inflasi di Indonesia diperkirakan akan terus menurun dari 3,7 persen pada 2023 menjadi 2,8 persen pada 2024 dan 2025.
Meskipun terdapat risiko dari eksternal seperti ketegangan geopolitik, dan tingkat suku bunga Amerika Serikat (AS) yang bertahan tinggi untuk waktu yang lebih lama yang dapat memberikan tekanan kepada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, namun menurut Jiro, Indonesia memiliki kekuatan dalam negeri, yang ditopang oleh konsumsi domestik dan manajemen makroekonomi yang kuat.
“Konsumsi dalam negeri sangat kuat, konsumsi swasta sangat kuat, dan ada juga peningkatan investasi,” ujarnya.
Pemerintah juga melanjutkan belanja infrastruktur terutama dalam menyelesaikan proyek-proyek strategis dan prioritas yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, kebijakan moneter akan terus menargetkan stabilitas harga, dengan fokus pada pengelolaan aliran modal dan nilai tukar.
Kebijakan fiskal akan merangsang pertumbuhan pada 2024. Pemerintah meningkatkan target defisit anggaran tahun 2024 menjadi 2,3 persen produk domestik bruto (PDB) dari 1,7 persen PDB pada 2023. Gaji pegawai negeri naik. Anggaran perlindungan sosial diperkirakan meningkat sekitar 12 persen. (*)