KABARBURSA.COM - Rupiah semakin perkasa di tengah perlambatan ekonomi Amerika Serikat. Pada Jumat, 6 September 2024, berdasarkan data BloombergInternasional, kurs rupiah ditutup menguat sebesar 24 poin atau 0,15 persen, mencapai level Rp15.377 per dolar AS, naik dari posisi sebelumnya di Rp15.401 per dolar AS pada akhir perdagangan Kamis, 5 September 2024.
Menurut analis pasar uang Lukman Leong, data terbaru menunjukkan adanya pelambatan ekonomi di AS, terutama dari sektor ketenagakerjaan. Data Institute for Supply Management (ISM) mencatat aktivitas manufaktur AS turun menjadi 47,2 pada Agustus, tetap berada di zona kontraksi. Selain itu, jumlah Job Openings yang dirilis oleh JOLTS juga turun menjadi 7,67 juta pada Juli, mengindikasikan pasar tenaga kerja yang mulai melemah.
Lukman menjelaskan bahwa data-data tersebut memberikan tekanan kepada The Fed untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga guna mencegah resesi. Ekspektasi ini semakin menguat di pasar keuangan global.
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mencoba meredakan kekhawatiran dengan menyatakan bahwa meskipun pasar tenaga kerja AS mengalami sedikit penurunan, tingkat pengangguran tetap berada pada level yang rendah secara historis. Namun, Yellen mengakui bahwa pasar tenaga kerja telah menjadi kurang ketat dibandingkan tahun lalu. Tingkat pengangguran AS pada Juli mencapai 4,3 persen, meningkat hampir satu persen dibandingkan awal tahun 2023, dan lowongan pekerjaan berada di titik terendah sejak awal 2021.
Perlambatan ini telah memicu kekhawatiran tentang potensi resesi di AS, yang kemudian berdampak pada ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar oleh The Fed, serta penguatan mata uang negara-negara berkembang seperti rupiah.
Pada pembukaan tadi pagi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mencatatkan penguatan signifikan, mencapai level tertingginya sejak awal tahun 2024.
Menurut data dari Refinitiv, rupiah pada perdagangan Kamis, 5 September 2024, ditutup di posisi Rp15.395 per dolar AS, mencatatkan kenaikan sebesar 0,48 persen dibandingkan harga penutupan sebelumnya.
Penguatan mata uang Garuda terjadi seiring dengan melemahnya pasar tenaga kerja AS, yang semakin memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Laporan Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) AS menunjukkan bahwa jumlah lowongan pekerjaan pada Juli 2024 turun drastis ke level terendah dalam tiga setengah tahun terakhir, dengan hanya 7,673 juta lowongan. Angka ini jauh di bawah perkiraan pasar yang sebesar 8,1 juta, menambah kekhawatiran atas perlambatan ekonomi AS.
Bersamaan dengan penurunan jumlah lowongan kerja, rasio antara jumlah lowongan pekerjaan dan pekerja yang tersedia juga turun menjadi kurang dari 1,1. Ini merupakan penurunan yang signifikan dibandingkan dengan puncaknya di awal tahun 2022, yang mencapai lebih dari 2:1.
Penurunan jumlah lowongan pekerjaan ini memicu kekhawatiran bahwa kondisi ekonomi AS semakin rapuh, memperkuat sinyal bagi Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga. Melemahnya pasar tenaga kerja AS juga berdampak pada rasio lowongan pekerjaan yang menurun secara signifikan, mengindikasikan ketidakpastian di sektor ekonomi utama.
IHSG Bertengger di Atas
Pada akhir perdagangan hari ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat sebesar 40 poin (+0,53 persen) dan ditutup di posisi 7.721. Volume perdagangan mencapai 242,58 juta lot saham dengan nilai transaksi sebesar Rp9,66 triliun. Sektor finansial menjadi yang paling kuat, mengalami kenaikan sebesar 1,91 persen, berkontribusi pada penguatan IHSG.
Bursa Asia
Pasar saham di Asia menunjukkan pergerakan beragam dengan investor menunggu rilis data pekerjaan AS yang diperkirakan akan mempengaruhi kebijakan suku bunga The Fed. Laporan nonpertanian AS yang akan dirilis dianggap krusial karena dapat menjadi dasar pemangkasan suku bunga. Analis memperkirakan lapangan kerja baru akan bertambah 160.000 dengan tingkat pengangguran turun ke 4,2 persen.
Beberapa indeks utama di Asia mengalami penurunan:
- Nikkei225 (Jepang): -0,72 persen ke 36.391
- Topix (Jepang): -0,89 persen ke 2.597
- Shanghai Composite (China): -0,81 persen ke 2.765
- Shenzhen Component (China): -1,44 persen ke 8.130
- Hang Seng (Hong Kong): -0,07 persen ke 17.444
Namun, Taiex (Taiwan) naik 1,17 persen ke 21.435, dan S&P/ASX200 (Australia) juga menguat 0,39 persen ke 8.013.
Kurs Mata Uang
Pasar mata uang juga memperlihatkan pergerakan yang cukup signifikan:
- USD/JPY turun ke 142,60 (-0,59 persen)
- USD/IDR menguat ke 15.377 (-0,15 persen)
- USD-CNY berada di 7,0847 (-0,06 persen)
Aliran dana ke mata uang safe haven seperti yen menunjukkan kehati-hatian pasar menjelang rilis laporan tenaga kerja AS.
Bursa Eropa
Saham-saham di Eropa juga dibuka lebih rendah, melanjutkan tren penurunan selama empat sesi berturut-turut minggu ini. Indeks acuan Stoxx 600 turun 0,32 persen dengan hampir semua sektor bergerak negatif.
- Indeks DAX (Jerman): -0,71 persen ke 18.443
- FTSE (Inggris): -0,36 persen ke 8.211
- CAC (Prancis): -0,43 persen ke 7.399
Harga Minyak
Pasar minyak menghadapi minggu terburuk sejak Oktober 2023, dengan kekhawatiran terhadap permintaan yang terus menekan harga. Minyak mentah Brent stabil di USD72,68 per barel, namun mengalami penurunan 8,3 persen sepanjang minggu ini karena faktor-faktor seperti penurunan produksi OPEC+ dan penurunan besar-besaran dalam persediaan AS.(*)