Logo
>

Ekspor Kelautan dan Perikanan Tumbuh, Investasi Diminati

Ditulis oleh KabarBursa.com
Ekspor Kelautan dan Perikanan Tumbuh, Investasi Diminati

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat pertumbuhan nilai ekspor komoditas kelautan dan perikanan di semester I 2024. Jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, nilai ekspor kelautan dan perikanan meningkat 1 persen, menjadi USD2,71 miliar dari USD2,69 miliar.

    Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Budi Sulistiyo menuturkan, Amerika Serikat (AS) masih mendominasi ekspor komoditas kelautan dan perikanan Indonesia. Di posisi kedua, disusul oleh China, kemudian negara-negara Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN, Jepang, dan Uni Eropa.

    Dia merinci, ekspor AS sebesar 32,8 persen, kemudian China 20 persen, kawasan ASEAN 13 persen, Jepang 10,5 persen, dan Uni Eropa 7,1 persen. Adapun komoditas unggulan ekspor ke lima kawasan tersebut di antaranya udang sebanyak 27,8 persen dengan nilai USD755,79 juta.

    Selain udang, tercatat juga tuna, tongkol, cakalang dengan total keseluruhan 16,8 persen dengan nilai ekspor USD456,64 juta, kemudian cumi, sotong, gurita, 14,6 persen senilai USD396,94 juta, kemudian kepiting dan rajungan 10 persen senilai USD275,25 juta, dan rumput laut 6 persen sebesar USD162,38.

    “Jadi ini adalah, kalau kita lihat, ini adalah komoditas yang menjadi, komoditas unggulan yang menjadi primadonanya ekspor di Indonesia,” kata Sulistiyo dalam paparan kinerja KKP semester I 2024 di Gedung Mina Bahari IV, Jakarta Pusat, Jumat, 26 Juli 2024.

    Meski begitu, Sulistiyo tak menampik impor komoditas kelautan dan perikanan masih terjadi hingga saat ini. Pada semester I 2024, nilai impor RI tercatat USD219,54 juta, atau sekitar 8,09 persen persen terhadap nilai ekspor komoditas kelautan dan perikanan RI.

    Meski begitu, angka tersebut mengalami penurunan signifikan sebesar 35,15 persen jika dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Dengan capaian tersebut, Sulistiyo meyakini Indonesia segera menjadi negara eksportir komoditas kelautan dan perikanan.

    “Jadi dengan kondisi sekarang, Indonesia dapat dinyatakan sebagai negara next exporter (eksportir berikutnya) produk perikanan,” ungkapnya.

    Di sisi lain, berdasarkan data neraca perdagangan pada komoditas perikanan mengalami surplus hingga USD2,49 miliar atau sekitar Rp40,67 triliun. Angka tersebut 6,2 persen jika dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.

    Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan Prospektif

    Sulistiyo menuturkan, investasi di sektor kelautan dan perikanan Indonesia menunjukkan prospek positif di semester I 2024. Dari target nilai investasi sebesar Rp9 triliun di tahun 2024, nilai investasi kelautan dan perikanan di semester pertama tahun ini menyentuh angka Rp5,15 triliun atau sekitar 57,22 persen dari target.

    “Jadi kita pada semester ini sudah melewati 50 persen dari apa yang kita targetkan,” jelasnya, menambahkan.

    Sulistiyo merinci, asal negeri yang menaruh investasi di sektor kelautan dan perikanan Indonesia di dominasi oleh Hong Kong, disusul China, hingga Malaysia. Sementara untuk sektor domestik, investasi juga diminati oleh DKI Jakarta, Maluku, dan Jawa Timur.

    Di sisi lain, Sulistiyo juga mengungkap kinerja pembiayaan untuk usaha kelautan dan perikanan. Hingga semester I 2024, tercatat penyaluran sebanyak Rp3,98 triliun, atau sekitar 38,98 persen dari total Rp10,26 triliun yang ditargetkan.

    “Realisasi pembiayaan kredit program di semester itu mengalami peningkatan sebenarnya dibandingkan dengan tahun sebelumnya, adalah 28 persen pada periode yang sama, yang sebelumnya adalah Rp3,1 triliun,” jelasnya.

    Adapun sumber pembiayaan dilakukan melalui kredit usaha rakyat (KUR) dengan total senilai Rp3,6 triliun dengan 67.116 debitur. Sementara untuk kredit ultra mikro, tercatat senilai Rp364 miliar dengan debitur sejumlah 64.395 orang.

    “Realisasi kur menurut bidang usaha didominasi oleh para pelaku usaha di bidang budidaya ikan. Kemudian disusul oleh perdagangan hasil perikanan, kemudian penangkapan ikan, dan yang masih berkembang itu adalah pengolahan hasil perikanan, jasa perikanan, dan penggaraman,” ungkapnya.

    Sementara nilai tukar pengolahan hasil perikanan, dari target 104,75 di tahun 2024, di semester awal mencapai 104,90. Sulistiyo menuturkan, kenaikan nilai tukar hasil perikanan tumbuh 0,18 persen jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

    “Kenaikan nilai tukar pada beredar semester saat ini dikarenakan kenaikan indeks tukar dan indeks belanjanya. Jadi akan menghasilkan apa yang dikeluarkan, apa yang diterima, itu adalah mengalami suatu peningkatan,” pungkas Sulistiyo.

    Sementara indeks harga yang diterima sebesar 161 di semester I tahun 2024, sedangkan indeks harga yang dibayar berada di level 154. Adapun laju kenaikan rata-rata bulanan indeks yang diterima mencapai sebesar 0,37 persen dan indeks yang dibayar sebesar 0,33 persen. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi