Logo
>

Faktor yang Membuat Pihak Asing Tanamkan Modalnya di RI

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Faktor yang Membuat Pihak Asing Tanamkan Modalnya di RI

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) baru saja melaporkan bahwa aliran modal asing masuk bersih ke pasar keuangan domestik mencapai Rp5,59 triliun dalam periode antara 8 hingga 11 Juli 2024.

    Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Reza Priyambada, menganggap masuknya aliran modal asing ini sebagai indikasi positif bagi kondisi ekonomi Indonesia.

    Reza menekankan bahwa stabilitas politik di Indonesia memiliki peranan penting dalam menarik minat investasi dari luar negeri. Menurutnya, iklim politik yang stabil memberikan rasa aman bagi para investor, sehingga mereka lebih yakin untuk menanamkan modal di negara ini.

    “Stabilitas politik menciptakan lingkungan yang mendukung investasi. Investor asing melihat Indonesia sebagai pasar dengan potensi besar dan risiko politik yang relatif terkelola,” kata Reza dalam wawancaranya dengan Kabar Bursa, Senin, 15 Juli 2024.

    Ia juga menambahkan bahwa masuknya dana asing ke pasar modal biasanya berkaitan dengan pencarian peluang yang lebih baik.

    “Para investor mungkin melihat bahwa kondisi politik kita cukup stabil dan proses pergantian pemerintahan berlangsung dengan lancar, sehingga mereka melihat peluang yang positif dan potensi yang bisa dikembangkan di Indonesia,” imbuhnya.

    Lebih lanjut, Reza menyampaikan bahwa jumlah demografi penduduk Indonesia yang besar, ditambah dengan peningkatan daya beli masyarakat, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja berbagai emiten di pasar.

    Ia kemudian mengidentifikasi sejumlah saham yang menjadi incaran investor asing setelah aliran modal masuk sebesar Rp5,59 triliun. Menurutnya, saham-saham yang biasanya menarik perhatian asing adalah saham-saham berkapitalisasi besar, seperti BBCA (Bank Central Asia Tbk), BBNI (Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk), BMRI (Bank Mandiri (Persero) Tbk), BBRI (Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk), ASII (Astra International Tbk), dan UNTR (United Tractors Tbk).

    “Umumnya, saham-saham dengan kapitalisasi besar seperti BBCA, BBNI, BMRI, BBRI, ASII, UNTR, dan lainnya menjadi pilihan utama bagi investor asing,” jelasnya.

    Di sisi lain, fundamental ekonomi Indonesia tetap dinilai kuat setelah masuknya aliran modal asing bersih sebesar Rp5,59 triliun. Meskipun ada tantangan dari faktor global, indikator-indikator ekonomi domestik seperti pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi yang terkendali, serta stabilitas nilai tukar menunjukkan ketahanan yang baik.

    Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, Senior Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas, mengungkapkan bahwa investor menyambut baik kabar ini karena stabilitas fundamental makro ekonomi domestik yang inklusif.

    “Para pelaku pasar menghargai peran pemerintah dalam menjaga stabilitas fundamental makro ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Nafan, Senin, 15 Juli 2024.

    Ia menjelaskan, kondisi ini membuat kepercayaan investor terhadap fundamental makro ekonomi domestik tetap tinggi.

    Nafan juga mencatat bahwa stabilitas perekonomian Indonesia masih dalam kondisi baik, dengan inflasi yang relatif stabil.

    “Ini juga mencerminkan pengelolaan keuangan negara yang masih sehat. Dari sisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), defisitnya tidak mengalami pelebaran yang signifikan,” ujarnya.

    Lebih jauh, Nafan menjelaskan bahwa dari sisi mikro, banyak emiten yang melakukan buyback saham, yang dapat berkontribusi pada penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menurutnya, langkah ini berpotensi memengaruhi kinerja indeks secara keseluruhan, sehingga menciptakan prospek yang lebih cerah bagi pasar saham di Indonesia.

    Sebelumnya, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono, menyatakan jumlah tersebut terdiri dari modal asing masuk bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp3 triliun, pasar saham sebesar Rp0,32 triliun, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp2,27 triliun.

    Dengan perkembangan ini, sejak awal 2024 hingga 11 Juli 2024, aliran modal asing keluar bersih di pasar SBN mencapai Rp28,82 triliun dan di pasar saham Rp6,75 triliun, sementara modal asing masuk bersih di SRBI sebesar Rp153,20 triliun.

    Erwin juga menyebutkan bahwa premi risiko investasi atau premi credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun pada 11 Juli 2024 sebesar 69,03 basis poin (bps), turun dari 72,98 bps pada 5 Juli 2024.

    Selain itu, imbal hasil SBN Indonesia tenor 10 tahun turun menjadi 6,88 persen, dan imbal hasil US Treasury Note tenor 10 tahun juga turun ke level 4,21 persen. (yog/*)

    SRBI Lebih Dilirik

    Instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk menarik aliran modal, lebih diminati oleh investor dibandingkan dengan Surat Berharga Negara (SBN) milik pemerintah. Hal ini disebabkan oleh imbal hasil atau yield yang ditawarkan SRBI lebih tinggi, mencapai hingga 7 persen.

    Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suminto, hal itu sebagai persaingan imbal hasil yang menyebabkan efek crowding out. Ia menekankan bahwa pemerintah lebih cenderung mengendalikan imbal hasil SBN itu sendiri.

    “Yield SBN itu kan terbentuk di market, karena itu instrumen yang tradable, maka aktivitas di secondary market itulah yang akan membentuk yield SBN,” kata dia di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa 9 Juli 2024.

    Ia juga tidak menyatakan bahwa pemerintah berencana segera menaikkan imbal hasil SBN untuk menarik lebih banyak investor. Menurutnya, yang terpenting adalah mengendalikan yield SBN sesuai dengan kemampuan keuangan negara melalui pengelolaan penerbitannya. Pasalnya, yield SBN terbentuk berdasarkan mekanisme pasar.

    “Tentu pemerintah berkepentingan bahwa yield SBN itu rasional. Misalnya, pemerintah dalam menerbitkan SBN memiliki strategi penerbitan, sehingga sisi supply risk-nya terjaga, yield-nya dapat terkendali,” tuturnya.

    Mengenai dampak yang akan dirasakan Ketika yield SRBI yang tinggi terhadap arus masuk SBN, menurut dia, pemerintah harus tetap menjaga kredibilitas dan kinerja perekonomian sehingga memberikan confidence kepada investor.

    Suminto menekankan, sejauh ini imbal hasil SBN masih sesuai dengan ekspektasi pemerintah. Sebagai contoh, imbal hasil SBN tenor 10 tahun mencapai 7,04 persen, naik dari posisi Januari 2024 yang berada di kisaran 6 persen.

    “Kinerja perekonomian yang terjaga dengan baik memberikan kepercayaan kepada investor. Jadi. Kita akan terus menjaga stabilitas pasar SBN dan yield yang terkendali,” ujarnya. (yog/*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.