KABARBURSA.COM - Imbal hasil (yield) surat utang negara (SUN) diperkirakan akan berada dalam kisaran 6,8 persen sampai dengan 7,2 persen untuk tenor 10 tahun pada pekan ini, dipengaruhi oleh meningkatnya risiko global. Kondisi ini dianggap sebagai kesempatan bagi investor untuk mengumpulkan Surat Utang Indonesia.
Ahmad, analis, memprediksikan bahwa pasar kemungkinan akan mengalami tekanan minggu ini, terutama akibat sentimen negatif dari luar negeri yang meningkat. Faktor-faktor seperti ketegangan geopolitik yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan situasi di Taiwan diyakini akan berdampak signifikan terhadap pasar.
Selain itu, buku putih pertahanan terbaru dari Tokyo juga memberikan peringatan terhadap meningkatnya risiko yang berasal dari China, Korea Utara, dan Rusia. Ahmad mengamati bahwa investor asing cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan di pasar-pasar berkembang, termasuk Indonesia.
Di sisi lain, data terbaru mengenai tingkat inflasi dari negara-negara maju menunjukkan perbaikan yang terbatas. Data inflasi AS menunjukkan perlambatan dari 3,3 persen pada Mei 2024 menjadi 3,0 persen pada Juni 2024, meskipun inflasi inti, yang menjadi fokus the Fed, hanya sedikit melambat dari 3,4 persen menjadi 3,3 persen.
Ahmad juga memperkirakan bahwa minggu ini, data tingkat inflasi dari Inggris diperkirakan akan tetap sekitar 2 persen, dengan inflasi inti yang diperkirakan melambat tipis dari 3,5 persen menjadi 3,4 persen. Zona Euro juga diharapkan akan merilis data inflasi inti yang tetap stabil di 2,9 persen.
Para pelaku pasar juga akan memperhatikan pidato Ketua the Fed, Jerome Powell, mengenai arah kebijakan moneter di AS, serta rapat Bank Sentral Eropa (ECB) yang diantisipasi akan mempertahankan suku bunga tetap di 4,25 persen.
Dari Asia, fokus akan tertuju pada Sidang Pleno Ketiga Partai Komunis China dan potensi reformasi besar dalam kebijakan fiskal. Di samping itu, data pertumbuhan ekonomi China yang diperkirakan masih lambat dan kebijakan Medium-Term Lending Facility dari People’s Bank of China juga akan menjadi sorotan.
Dari Jepang, rilis data inflasi untuk bulan Juni akan mempengaruhi arah kebijakan selanjutnya dari Bank of Japan. Sementara itu, di dalam negeri, pelaku pasar akan menunggu rilis data neraca perdagangan dan keputusan mengenai suku bunga BI Rate, yang diharapkan dapat memberikan sedikit dukungan terhadap pergerakan yield dalam minggu mendatang.
Secara keseluruhan, Ahmad memperkirakan bahwa sentimen geopolitik dan rilis data ekonomi akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi kinerja pasar surat utang dalam minggu depan. Dia memprediksi bahwa yield cenderung naik sedikit, dengan harapan bahwa sentimen geopolitik yang kuat minggu ini akan mengimbangi sentimen positif dari rilis data ekonomi atau keputusan kebijakan.
Ahmad mempertahankan prediksinya untuk yield 10 tahun dalam kisaran 6,8 persen sampai dengan 7,2 persen, dengan kecenderungan sedikit lebih tinggi dari penutupan pekan sebelumnya di 6,944 persen. Dia berpendapat bahwa yield kemungkinan akan naik sedikit dan kembali bergerak di sekitar 7 persen dalam minggu mendatang.
Pekan lalu, penurunan yield terjadi karena masuknya investor asing, didukung oleh permintaan domestik yang kuat. Investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp4,89 triliun, yang juga turut mendorong penguatan nilai tukar rupiah menjadi Rp16.154 per dolar AS setelah sebelumnya berada di sekitar Rp 16.300.
Pemerintah Serap Dana Rp23 Triliun dari Lelang SUN
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Indonesia berhasil menyerap dana sebesar Rp23 triliun dari lelang tujuh seri Surat Utang Negara (SUN) yang diadakan pada 25 Juni 2024.
Dalam keterangan resmi yang dirilis di Jakarta, kemarin, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mengungkapkan bahwa total penawaran yang masuk dalam lelang kali ini mencapai Rp56,39 triliun.
Ketujuh SUN yang dilelang adalah seri SPN03240925 (penerbitan baru), SPN12250612 (pembukaan kembali), FR0101 (pembukaan kembali), FR0100 (pembukaan kembali), FR0098 (pembukaan kembali), FR0097 (pembukaan kembali), dan FR0102 (pembukaan kembali). Lelang dilakukan melalui sistem lelang Bank Indonesia (BI).
Seri FR0100 menyumbang serapan terbesar dengan total Rp9,8 triliun dari penawaran masuk sebesar Rp22,63 triliun, dengan imbal hasil (yield) rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 7,09090 persen.
Seri FR0101 menyusul dengan nominal Rp6,7 triliun dari penawaran masuk sebesar Rp15,51 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 6,99992 persen.
Dari seri FR0097, pemerintah berhasil menyerap Rp3,5 triliun dari penawaran masuk sebesar Rp5,36 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang sebesar 7,15996 persen.
Seri FR0098 menghasilkan dana sebesar Rp2,55 triliun dari penawaran masuk sebesar Rp6,19 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 7,13991 persen.
Seri SPN03240925 memberikan serapan sebesar Rp350 miliar dari penawaran masuk sebesar Rp2,19 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 6,58571 persen.
Serapan terakhir berasal dari seri FR0102 yang menyumbang Rp100 miliar dari penawaran masuk sebesar Rp1,35 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 7,16857 persen.
Adapun seri SPN12250612 tidak menyerap dana meskipun menerima penawaran masuk sebesar Rp3,15 triliun.
Sebelumnya pada 11 Juni 2024, pemerintah juga menyerap dana sebesar Rp22 triliun dari lelang tujuh seri Surat Utang Negara (SUN).
Dalam keterangan resmi, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa total penawaran masuk pada lelang kali ini mencapai Rp42,96 triliun.
Seri yang dilelang antara lain SPN03240911 (penerbitan baru), SPN12250612 (penerbitan baru), FR0101 (pembukaan kembali), FR0100 (pembukaan kembali), FR0098 (pembukaan kembali), FR0097 (pembukaan kembali), dan FR0102 (pembukaan kembali). Lelang dilakukan melalui sistem lelang Bank Indonesia (BI).
Penyerapan terbesar berasal dari seri FR0100 dengan total nominal dimenangkan sebesar Rp7,8 triliun. Seri ini menerima penawaran masuk sebesar Rp12,45 triliun dengan imbal hasil (yield) rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 7,01993 persen.
Serapan berikutnya berasal dari seri FR0101 yang dimenangkan sebesar Rp7,7 triliun dari penawaran masuk sebesar Rp13,25 triliun. Imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan untuk seri ini adalah 6,94998 persen.
Selanjutnya, seri FR0098 dimenangkan senilai Rp2,15 triliun dari penawaran masuk sebesar Rp4,35 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 7,03964 persen.
Pemerintah kemudian memenangkan dana sebesar Rp1,9 triliun dari seri FR0102 yang menerima penawaran masuk sebesar Rp2,48 triliun. Imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan untuk seri ini adalah 7,05959 persen.
Sementara dari seri FR0097, pemerintah memutuskan untuk menyerap dana sebesar Rp1,25 triliun dari penawaran masuk sebesar Rp3,92 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 7,05986 persen.
Dari seri SPN12250612, pemerintah memenangkan nominal sebesar Rp1 triliun dari penawaran masuk sebesar Rp4,08 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 6,81914 persen.
Terakhir, pemerintah menyerap dana sebesar Rp200 miliar dari seri SPN03240911 yang menerima penawaran masuk sebesar Rp2,39 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 6,59000 persen. (*)