Logo
>

Geopolitik Semakin Memanas, Imbal Hasil SUN Melambung

Ditulis oleh KabarBursa.com
Geopolitik Semakin Memanas, Imbal Hasil SUN Melambung

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Proyeksi kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) pekan ini diyakini dipengaruhi oleh meningkatnya ketegangan geopolitik saat ini.

    Analis Pendapatan Tetap dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Ahmad Nasrudin, memproyeksikan bahwa imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) dengan tenor 10 tahun diperkirakan akan bergerak di kisaran 6,8 hingga 7,2 persen.

    Kata Nasrudin, hal itu dikarenakan situasi geopolitik yang semakin memanas kemungkinan akan memicu lebih banyak spekulasi dalam pekan ini.

    Nasrudin memaparkan, bahwa dalam pekan sebelumnya, imbal hasil (yield) SUN 10 tahun mengalami kenaikan perlahan dari 6,944 persen, pada 12 Juli 2024 menjadi 6,950 persen pada 19 Juli 2024.

    Meskipun pergerakannya masih berada dalam rentang prediksi sebesar 6,8 persen hingga 7,2 persen, imbal hasil sempat turun hingga mencapai level 6,2 persen. Penurunan tersebut sejalan dengan pernyataan Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, yang menunjukkan sikap dovish karena inflasi mendekati target sebesar 2 persen.

    Menurut Nasrudin, sikap dovish Federal Reserve meningkatkan harapan akan pemangkasan suku bunga, yang juga mungkin akan diikuti oleh Bank Indonesia (BI).

    Pemangkasan suku bunga ini diharapkan akan menjadi pendorong bagi prospek pertumbuhan ekonomi serta kinerja emiten. Dampaknya adalah keluarnya investor asing dari pasar surat utang, yang mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp1,91 triliun di pasar saham.

    Sebelumnya, pasar saham mengalami koreksi karena kekhawatiran terhadap dampak suku bunga yang tinggi terhadap prospek pertumbuhan ekonomi domestik.

    Nasrudin tetap konsisten dengan prediksinya terhadap rentang imbal hasil (yield) SUN 10 tahun, yang ia proyeksikan antara 6,8 persen hingga 7,2 persen untuk pekan ini. Ini menunjukkan kecenderungan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penutupan pekan sebelumnya yang berada di angka 6,944 persen.

    "Saya memperkirakan yield akan sedikit naik dan kembali bergerak di sekitar 7 persen di pekan depan,” kata .Nasrudin.

    Kedepan, menurut dia, investor akan semakin memperhatikan konflik geopolitik yang memanas.

    Berdasarkan berita terbaru, serangan udara yang dilakukan oleh Israel terhadap milisi Houthi di Yaman telah membuat situasi antara kedua belah pihak semakin tegang. Selain itu, ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China juga meningkat seiring dengan intensifikasi latihan militer yang dilakukan oleh militer Taiwan.

    Selain itu, pasar sedang menantikan data ekonomi penting seperti inflasi PCE dan data pertumbuhan ekonomi AS. Di sisi lain, keputusan dari bank sentral Kanada dan rilis PMI Manufaktur Flash Jerman dari HCOB juga akan menjadi sorotan pasar. Khususnya, Jerman sebagai ekonomi terbesar di Zona Euro.

    "Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, saya memperkirakan yield SUN akan mengalami sedikit kenaikan dan kembali berada di sekitar 7 persen pada pekan ini," ungkap Ahmad.

    “Pasar akan terus memantau perkembangan geopolitik serta data ekonomi untuk menilai arah pergerakan selanjutnya,” katanya menambahkan.

    Raksasa Nikel Dekati China

    Perusahaan raksasa nikel yang berbasis di Rusia, Nornickel, tengah berunding dengan beberapa perusahaan baterai China untuk memproduksi nikel setengah jadi. Tidak lama setelah kabar ini mencuat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan langkah pemerintah dalam memperkuat posisi produksi nikel Indonesia.

    Mengutip Reuters, Nornickel siap memasok 50.000 metrik ton nikel per tahun ke pabrik “masa depan” di China, yang mencakup hampir seperempat dari total produksi tahunannya sebesar 209.000 ton pada 2023, atau 6 persen dari produksi global.

    Dua perusahaan yang didekati Nornickel adalah CNGR Advanced Material Co Ltd dan Brunp Recycling, anak perusahaan dari raksasa baterai Contemporary Amperex Technology Co Ltd yang berbasis di China. Nornickel berencana menempatkan lokasi produksi utama di Provinsi Hunan, pusat industri baterai di China.

    Rencana Nornickel untuk memindahkan sebagian produksi nikelnya ke China merupakan inisiatif besar ketiga perusahaan ini. Dua inisiatif sebelumnya adalah memindahkan peleburan tembaga ke China dan membangun kilang logam di Bahrain.

    Pada Maret lalu, Nornickel juga melaporkan akan mencari cara mengintegrasikan nikelnya ke dalam sektor baterai global, sebagai bagian dari restrukturisasi bisnis dan penjualan untuk mengurangi dampak sanksi Barat terhadap Rusia.

    Tak lama berselang, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia sedang mendekati dua negara selain Persatuan Emirat Arab (PEA) untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar nikel dunia. Dua negara ini diharapkan memastikan Indonesia sebagai pemegang pangsa pasar nikel terbesar secara global.

    “Kalau ini berhasil, kita harapkan bisa menguasai 80-85 persen pasar dunia,” kata Presiden Jokowi saat konferensi pers di Stadion Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, Jumat, 19 Juli 2024.

    Presiden Jokowi menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam menguatkan posisi Indonesia di pasar global, khususnya dalam industri yang berkembang pesat seperti kendaraan listrik dan teknologi baterai.

    Pemerintah Indonesia telah melarang ekspor bijih nikel sejak 2020 untuk mendorong penambahan nilai dalam negeri, yang menghasilkan investasi besar dalam produksi nikel pig iron (NPI) dan bahan untuk baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi