KABARBURSA.COM - Google menampilkan nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di level Rp8.170,65 per USD pada Sabtu, 1 Januari 2025.
Seperti dilihat Kabarbursa.com, layanan Google Finance, salah satu fitur milik Google itu, memperlihatkan nilai dolar AS mendadak anjlok sekitar 50 persen terhadap mata uang Garuda.
Selain dolar, ketika mencoba kembali mengonversi rupiah terhadap mata uang Eropa atau Euro, tampak satu Euro menjadi Rp8.348,50.
Hingga saat ini, Google belum memberikan pernyataan resmi terkait hal tersebut.
Padahal, merujuk data terakhir, Jumat, 31 Januari 2025, rupiah masih mengalami tekanan atas dolar AS sebesar 48,5 poin atau 0,30 persen menjadi Rp16.304 per USD.
Performa Rupiah dalam Sepekan
Adapun, sepanjang pekan terakhir Januari 2025, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah spot melemah sebesar 0,82 persen dalam sepekan, ditutup di level Rp16.305 per USD dibandingkan posisi awal pekan yang berada di Rp16.172 per USD.
Pada perdagangan Jumat, rupiah juga tercatat melemah 0,30 persen. Sementara itu, nilai tukar rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dirilis Bank Indonesia (BI) turun 0,69 persen selama sepekan, berakhir di posisi Rp16.312 per USD.
Di kawasan Asia, sebagian besar mata uang juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia mencatatkan penurunan terbesar, yakni 1,21 persen, diikuti oleh won Korea yang melemah 0,57 persen, serta yen Jepang yang turun 0,28 persen.
Dolar Singapura melemah 0,14 persen, peso Filipina turun 0,09 persen, sementara dolar Hong Kong dan rupee India masing-masing melemah 0,02 persen dan 0,002 persen. Hanya dolar Taiwan dan baht Thailand yang mencatatkan penguatan, masing-masing sebesar 0,29 persen dan 0,12 persen.
Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) mengalami kenaikan 0,29 persen pada hari Jumat, mencapai level 108,50, yang semakin menekan nilai tukar mata uang lainnya terhadap USD.
Emas Sentuh All Time High
Di sisi lain, harga emas dunia dunia mencetak rekor tertinggi dalam sejarah dengan menembus level psikologis USD2.800 per ons troi pada Jumat, 31 Januari 2025. Kenaikan ini dipicu kepanikan pasar setelah Presiden AS Donald Trump kembali menggertak dunia dengan ancaman tarif impor baru yang akhirnya memperburuk ketidakpastian ekonomi global.
Berdasarkan data Reuters yang dikutip di Jakarta, Sabtu, 1 Februari 2025, harga emas spot melonjak ke USD2.801,29 (sekitar Rp44,82 juta dengan kurs Rp16.000) per ons troi pada pukul 01:41 siang ET (1841 GMT), setelah sebelumnya menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di USD2.817,23 (sekitar Rp45,08 juta).
Kemudian emas berjangka AS juga bergerak liar di USD2.835 (sekitar Rp45,36 juta), semakin menegaskan status emas sebagai aset safe haven utama saat ini.
Sementara itu, berdasarkan data TradingView yang dilihat pukul 05.49 WIB, harga emas berjangka Gold Futures di bursa COMEX ditutup di level USD2.835 per ons troi (sekitar Rp45,36 juta) pada perdagangan terakhir. Meskipun mengalami koreksi tipis 0,36 persen atau turun USD10,2, harga emas sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di USD2.817,23 sebelum akhirnya terkoreksi.
Dari segi volume perdagangan, TradingView mencatat aktivitas transaksi emas berjangka mencapai 155,74 ribu kontrak, yang menunjukkan tingginya minat investor terhadap aset safe haven ini. Ukuran kontrak yang diperdagangkan adalah 100 APZ, dengan kode kontrak untuk bulan depan GCJ2025.
Indikator teknikal yang tersedia di TradingView menunjukkan bahwa sentimen pasar saat ini berada di zona “Pembelian”, dengan kecenderungan investor untuk tetap menambah posisi di emas. Grafik analisis menunjukkan dominasi permintaan terhadap emas di tengah volatilitas pasar global.
Lonjakan harga emas ini tidak lepas dari ketidakpastian yang ditimbulkan Trump. Ia berencana memberlakukan tarif 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko mulai Sabtu hari ini, dan masih mempertimbangkan langkah serupa terhadap barang-barang asal China.
“Banyak ketidakpastian saat ini, dan pasar benar-benar dalam mode ‘wait and see’ terhadap kebijakan tarif Trump,” ujar analis senior di RJO Futures, Bob Haberkorn.
Dengan situasi global yang semakin panas, emas mencatat kenaikan hampir 7 persen sepanjang bulan ini—menjadikannya bulan terbaik sejak Maret 2024. Ketidakpastian ekonomi dan inflasi yang terus mengintai membuat investor berbondong-bondong mengamankan dananya di logam mulia ini.
Selain Trump, kebijakan suku bunga AS juga memainkan peran besar dalam reli emas ini. Haberkorn menyoroti perbedaan pandangan antara Trump dan The Fed, di mana Trump ingin menurunkan suku bunga, sementara The Fed masih enggan mengambil langkah tersebut. “Perbedaan ini semakin memperkeruh keadaan dan memicu volatilitas pasar,” katanya.
Logam mulia lainnya juga ikut bergerak liar. Harga perak spot turun 0,8 persen ke USD31,42 (sekitar Rp502.720) per ons setelah menyentuh level tertinggi dalam sebulan. Platinum naik 1 persen ke USD975,80 (sekitar Rp15,61 juta), dan palladium melesat 2,2 persen ke USD1.011 (sekitar Rp16,18 juta). (*)