KABARBURSA.COM - Harga Bitcoin melampaui USD100 ribu untuk pertama kalinya pada Kamis, 5 Desember 2024. Rekor ini menandai tonggak sejarah baru dalam dunia investasi kripto. Nilai Bitcoin telah meningkat dua kali lipat sepanjang 2024 karena didorong ekspektasi regulasi yang mendukung di bawah pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Pilihan Paul Atkins sebagai Ketua SEC, seorang pendukung kripto, semakin memperkuat optimisme di kalangan investor.
Bitcoin yang diluncurkan pada 2009 dengan nilai awal nol, kini dianggap sebagai aset global yang sah dan menarik minat institusional yang semakin besar. Namun, pertanyaannya, apakah masih ada peluang untuk bergabung dalam reli Bitcoin ini, atau para investor baru sudah ketinggalan?
Bitcoin sebagai Aset Mainstream
Nigel Green, CEO deVere Group, mengatakan lonjakan harga Bitcoin saat ini kemungkinan besar akan memicu minat baru, termasuk rasa takut ketinggalan alias FOMO. “Bitcoin sekarang adalah kelas aset arus utama yang tidak bisa disangkal,” ujarnya, dikutip dari USA Today, Ahad, 8 Desember 2024.
Meskipun volatilitasnya tinggi, Bitcoin kini dianggap sebagai bagian penting dari strategi investasi jangka panjang. Anthony Scaramucci, pendiri Skybridge dan mantan Direktur Komunikasi Gedung Putih, menyarankan Bitcoin sebagai 1 hingga 4 persen dari portofolio taktis jangka panjang.
Haruskah Berinvestasi di USD100 Ribu?
Pada Kamis, 5 Desember 2024 sore, harga Bitcoin melonjak hingga USD103 ribu sebelum turun di bawah USD96 ribu. Nilai teranyar mencatatkan kenaikan tahunan sekitar 113 persen. Elizabeth Ayoola, pakar keuangan pribadi dari NerdWallet, mengatakan orang yang ragu-ragu mungkin bertanya-tanya apakah ini waktu yang tepat untuk membeli atau menunggu harga turun.
Kebijaksanaan umum menyarankan untuk tidak membeli aset saat nilainya berada di puncak. Namun, Ayoola mencatat volatilitas Bitcoin membuatnya sulit diprediksi.
Beberapa analis memperkirakan kenaikan harga akan berlanjut. Anthony Scaramucci menyebut Bitcoin bisa mencapai lebih dari USD170 ribu pada pertengahan 2025. Cathie Wood, CEO Ark Invest, memproyeksikan Bitcoin akan mencapai USD1,48 juta (Rp23,48 miliar dengan kurs Rp15.865) pada 2030. Standard Chartered Bank memprediksi harga Bitcoin akan menyentuh USD200 ribu pada akhir 2025.
Bagaimana Memulai Investasi Bitcoin?
Investor dapat membeli Bitcoin langsung melalui bursa kripto, broker saham online, atau ETF Bitcoin. Para ahli menyarankan agar investasi di mata uang kripto tetap dibatasi pada sebagian kecil dari portofolio yang terdiversifikasi.
Meski lonjakan harga saat ini menarik banyak perhatian, keputusan untuk berinvestasi harus mempertimbangkan volatilitas pasar dan strategi jangka panjang. Scaramucci menambahkan, “Bitcoin kini menjadi bagian dari strategi alokasi aset jangka panjang yang tidak bisa diabaikan.”
Bagi investor yang baru terjun, jumlah kecil pun sudah cukup untuk memulai. Momentum ini menunjukkan bahwa Bitcoin semakin mengukuhkan posisinya sebagai aset investasi global.
Saatnya Berinvestasi atau Menunggu?
Bagi yang ingin berinvestasi di Bitcoin, menunggu penurunan harga bisa menjadi strategi yang bijak. Penurunan kecil terjadi pada Agustus, September, dan November. Nigel Green, CEO deVere Group, memperkirakan akan ada aksi jual jangka pendek saat investor mengambil keuntungan. Setelah jeda sementara ini, ia memprediksi Bitcoin akan naik ke USD120 ribu pada kuartal pertama 2025.
“Secara alami, lebih baik membeli saat harga turun jika aset tersebut memang sah, seperti Bitcoin,” ujar Green. “Ini adalah praktik investasi standar.”
Apa yang Membuat Bitcoin Unik?
Bitcoin berbeda karena merupakan aset digital. Diciptakan oleh individu atau kelompok bernama Satoshi Nakamoto, Bitcoin memiliki batas 21 juta token. Saat ini, sekitar 19 juta token telah dirilis.
Bitcoin dihasilkan melalui proses penambangan kripto, di mana penambang menggunakan daya komputasi mereka untuk memvalidasi transaksi pada jaringan blockchain yang terdesentralisasi. Proses ini dirancang untuk mencegah penipuan. Sebagai imbalan, penambang memperoleh Bitcoin.
Pada April lalu, Bitcoin mengalami “halving,” proses yang terjadi setiap empat tahun untuk mengurangi laju penciptaan token baru. Saat batas 21 juta token semakin dekat, permintaan diperkirakan meningkat.
Cara Berinvestasi di Bitcoin
Ada beberapa cara untuk berinvestasi di Bitcoin:
1. Membeli Bitcoin Langsung
Bitcoin dapat dibeli di bursa kripto seperti Binance.US, Coinbase, atau Kraken. Anda perlu membuat “crypto wallet” untuk menyimpan bagian kecil dari Bitcoin, mengingat sebagian besar investor hanya membeli fraksi dari satu Bitcoin. Investasi terkecil di Coinbase adalah USD1, tetapi dengan biaya 50 sen, Anda hanya mendapatkan Bitcoin senilai sekitar 50 sen.
2. Melalui Broker Saham Online
Broker seperti Fidelity, Ajaib, dan E-Trade, serta aplikasi seperti Robinhood, memungkinkan Anda membeli Bitcoin dan mata uang kripto lainnya. Robinhood, misalnya, memungkinkan pembelian dengan investasi minimum USD1.
3. Exchange-Traded Funds (ETF)
ETF kripto dari perusahaan seperti Blackrock dan Fidelity memberikan cara lain untuk berinvestasi, mirip dengan membeli saham. ETF juga memiliki regulasi yang lebih baik dibandingkan pembelian langsung di bursa kripto.
Ayoola dari NerdWallet mencatat bahwa membeli melalui ETF membuat Bitcoin lebih mudah diperdagangkan dan lebih teratur. Namun, membeli langsung dari bursa memberikan kepemilikan langsung atas Bitcoin Anda, tanpa batasan perdagangan di bursa saham tradisional.
Strategi Investasi Bitcoin
Ahli keuangan merekomendasikan agar mata uang kripto hanya mengambil porsi kecil, tidak lebih dari 3 persen dari portofolio yang terdiversifikasi. Jika memiliki toleransi risiko lebih tinggi, konsultasi dengan ahli keuangan sebelum berinvestasi di mata uang kripto bisa menjadi langkah bijak.
“Bitcoin memang sedang naik, tetapi bukan berarti investasi Anda tidak akan turun dalam seminggu atau sebulan ke depan,” kata Ayoola. “Jangan gunakan uang yang akan Anda perlukan dalam waktu dekat untuk membeli Bitcoin.”
Coba Strategi Dollar-Cost Averaging
Strategi ini melibatkan pembagian jumlah investasi yang Anda tentukan untuk dibelanjakan dalam jangka waktu tertentu, terlepas dari harga Bitcoin saat itu. Misalnya, investasikan USD50 dan bagi jumlah tersebut dalam beberapa bulan.
“Teorinya adalah biaya rata-rata akan stabil seiring waktu,” kata Ayoola. Strategi ini memungkinkan Anda tetap berinvestasi sesuai kemampuan tanpa harus menunggu harga terbaik di setiap waktu.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.