KABARBURSA.COM - Harga emas naik tipis pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat, 4 Desember 2024 atau Kamis dinihari WIB, 5 Desember 2024.
Kenaikan harga emas terjadi setelah data menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan sektor swasta di AS pada bulan lalu meningkat dengan signifikan. Di sisi lain, investor sedang menunggu pernyataan dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan menantikan laporan penting tentang data pekerjaan nonpertanian AS pada hari Jumat waktu setempat, 6 Desember 2024..
Harga emas spot tercatat mengalami kenaikkan sebesar 0,4 persen menjadi USD2.654,03 per ons pada pukul 02.15 siang waktu ET (19.15 GMT). Kontrak berjangka emas AS juga ditutup naik 0,3 persen dan berada pada level USD2.676,20.
"Emas naik karena data ADP mengecewakan, sedikit di bawah ekspektasi. Pasar sebelumnya mengharapkan kenaikan yang lebih signifikan sebulan setelah dampak badai dan aksi mogok pekerja Boeing," kata Tai Wong, seorang pedagang logam independen.
Laporan ADP menunjukkan bahwa sektor swasta menambahkankan 146.000 pekerjaan bulan lalu. Ekonom yang disurvei oleh Reuters sebelumnya memperkirakan pertumbuhan lapangan kerja terjadi sebesar 150.000 posisi.
Ketua the Fed Jerome Powell, menyatakan bahwa kinerja ekonomi baru-baru ini memungkinkan bank sentral AS untuk lebih berhati-hati dalam menentukan arah penurunan suku bunga di masa depan. Investor kini menunggu laporan pekerjaan AS yang krusial pada esok hari dan data inflasi minggu depan untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang kebijakan Federal Reserve.
Menurut Everett Millman, seorang analis pasar utama di Gainesville Coins, reaksi emas hari ini masih relatif tenang. Namun, dampak yang lebih kuat diperkirakan akan muncul setelah laporan nonfarm payrolls AS. Jika data menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja, harga emas kemungkinan akan mendapat dukungan.
Inflasi Menuju Target
Sementara itu, Bankir sentral AS pada hari Selasa kemarin mengisyaratkan bahwa inflasi perlahan menuju target 2 persen. Hal ini mengindikasikan kemungkinan terjadinya penurunan suku bunga di masa mendatang.
Para pedagang saat ini juga memprediksi adanya suatu peluang sebesar 77 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Fed tanggal 17-18 Desember.
Emas, yang tidak memberikan bunga, secara historis berkinerja baik di lingkungan dengan suku bunga rendah.
Dukungan tambahan untuk emas datang dari ketidakstabilan geopolitik global, termasuk krisis politik di Korea Selatan, pemerintah Prancis yang menghadapi kemungkinan jatuh, serangan drone Rusia yang terus-menerus di Ukraina, serta ancaman perang Israel dengan Lebanon jika gencatan senjatanya dengan Hezbollah runtuh.
Di sisi lain, harga spot perak naik 1 persen menjadi USD31,33 per ons, platinum turun 1,3 persen menjadi USD940,6, dan paladium naik 0,5 persen menjadi USD976,56.
Harga emas mengalami kenaikan moderat pada perdagangan terbaru, didorong oleh kombinasi faktor ekonomi dan geopolitik. Laporan ADP yang menunjukkan penambahan pekerjaan sektor swasta sebesar 146.000 menjadi pendorong awal kenaikan ini, meskipun data tersebut sedikit di bawah ekspektasi sebesar 150.000.
Investor menilai, laporan tersebut mencerminkan pemulihan yang belum sepenuhnya solid, sehingga memberikan dorongan bagi emas sebagai aset safe haven.
Pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell menambah optimisme pasar terhadap potensi penurunan suku bunga lebih lanjut.
Dengan inflasi yang perlahan mendekati target 2 persen, peluang penurunan suku bunga pada pertemuan Desember mencapai 77 persen. Lingkungan suku bunga rendah ini memberikan keuntungan kompetitif bagi emas, yang secara tradisional menarik minat dalam situasi ekonomi seperti ini.
Selain faktor ekonomi, ketegangan geopolitik global terus menjadi elemen yang mendukung harga emas. Dari krisis politik di Korea Selatan dan Prancis hingga konflik yang berlanjut di Ukraina dan potensi eskalasi perang di Timur Tengah, ketidakpastian global meningkatkan permintaan terhadap aset aman seperti emas.
Sementara itu, logam lainnya menunjukkan pergerakan beragam. Perak berhasil mencatat kenaikan signifikan, sedangkan platinum mengalami tekanan, dan paladium menguat. Data ini mencerminkan dinamika pasar logam yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk permintaan industri dan sentimen ekonomi global.
Dalam konteks ini, harga emas kemungkinan akan tetap stabil atau bahkan menguat menjelang rilis data nonfarm payrolls AS dan inflasi minggu depan. Jika laporan ini menunjukkan pelemahan ekonomi yang signifikan, emas dapat mencatat kenaikan lebih lanjut, mempertahankan posisinya sebagai pilihan utama di tengah ketidakpastian global.
Pasar Komoditis Bervariasi
Pasar komoditas menunjukkan pergerakan beragam pada perdagangan terbaru. Berikut pergerakan harga pada beberapa komoditas utama:
- Emas (Gold)
Harga emas naik sebesar 0,30 persen ke level 2.652,60. Kenaikan ini mengindikasikan minat investor terhadap aset safe haven yang tetap kuat. Faktor pendorong kenaikan harga emas kemungkinan berkaitan dengan ketidakpastian ekonomi global serta spekulasi bahwa suku bunga akan tetap stabil atau turun, yang membuat emas lebih menarik sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi.
- Tembaga (Copper)
Harga tembaga sedikit turun sebesar 0,10 persen menjadi 821,75. Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap perlambatan permintaan dari sektor industri, khususnya dari Tiongkok, sebagai salah satu konsumen terbesar tembaga. Data ekonomi global yang tidak stabil juga turut memengaruhi harga logam dasar ini.
- Minyak Mentah Brent (Brent Crude Oil)
Harga minyak mentah Brent anjlok 1,66 persen ke level 72,40 per barel. Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran atas melimpahnya pasokan global serta permintaan yang melemah di beberapa wilayah utama. Keputusan OPEC+ mengenai kebijakan produksi mendatang juga menjadi perhatian pasar.
- Kedelai CBOT (CBOT Soybeans)
Harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) mengalami kenaikan 0,61 persen ke level 991,50. Lonjakan ini didorong oleh meningkatnya permintaan global terhadap produk agrikultur, terutama dari pasar ekspor utama seperti Tiongkok, serta kekhawatiran akan gangguan cuaca yang dapat memengaruhi produksi di kawasan Amerika Selatan.
Pasar komoditas mencerminkan sentimen yang bervariasi, dengan emas dan kedelai menunjukkan kinerja positif sementara tembaga dan minyak mentah Brent melemah.
Faktor-faktor makroekonomi seperti inflasi, kebijakan moneter, dan kondisi geopolitik terus menjadi penggerak utama harga-harga ini. Pelaku pasar disarankan untuk terus memantau perkembangan global yang dapat memengaruhi dinamika permintaan dan penawaran komoditas.(*)