Logo
>

Harga Emas Stabil, Pasar Tunggu Data Ekonomi AS

Emas Stagnan di Tengah Redanya Ketegangan Global dan Sinyal Suku Bunga The Fed. Bagaimana dengan perak dan platinum?

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Emas Stabil, Pasar Tunggu Data Ekonomi AS
Ilustrasi: Emas perhiasan terpampang di salah satu toko. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - Harga emas dunia bergerak mendatar pada Rabu, 25 Juni 2025, seiring sikap hati-hati pelaku pasar yang tengah menanti rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat. 

Stabilitas harga ini juga terjadi di tengah meredanya kekhawatiran geopolitik setelah tercapainya gencatan senjata antara Iran dan Israel.

Harga emas di pasar spot naik tipis 0,1 persen ke USD3.327,91 per troy ounce pada pukul 13.58 waktu New York (17.58 GMT). 

Sebelumnya, logam mulia ini sempat tergelincir ke titik terendah dalam dua pekan pada sesi sebelumnya. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS justru ditutup turun 0,3 persen ke posisi USD3.343,10 per troy ounce.

Analis pasar melihat pergerakan emas saat ini cenderung lemah meski berbagai sentimen potensial, mulai dari ketegangan geopolitik hingga ketidakpastian kebijakan moneter, masih membayangi pasar.

"Semua faktor yang biasanya jadi pendorong harga emas sebenarnya ada, tapi tetap saja emas gagal menembus level tertingginya," ujar Daniel Pavilonis, Senior Market Strategist di RJO Futures. 

Ia bahkan memperingatkan bahwa jika situasi di Timur Tengah tetap tenang, harga emas berpeluang turun lebih dalam, bahkan ke kisaran USD2.900.

Pernyataan Trump Tekan Permintaan Terhadap Emas

Pernyataan terbaru dari Presiden AS Donald Trump turut mempengaruhi selera risiko investor. Trump menyambut cepat berakhirnya konflik antara Iran dan Israel sebagai kemenangan diplomatik. 

Ia bahkan menyebut adanya peluang membangun hubungan baru dengan Teheran, hubungan yang menurutnya akan menghalangi pembangunan ulang program nuklir Iran. Situasi ini kemudian menekan permintaan terhadap aset aman seperti emas.

Sementara itu, pasar saham AS ikut tertahan. Indeks Nasdaq dan S&P 500 mencatat kenaikan, masing-masing mendekati rekor tertingginya, didorong optimisme terhadap prospek ekonomi dan pernyataan terbaru dari Ketua The Fed Jerome Powell.

Dalam kesaksiannya di hari kedua di hadapan Kongres, Powell menegaskan bahwa The Fed tidak merasa perlu terburu-buru memangkas suku bunga. Ketidakpastian atas dampak kebijakan tarif perdagangan, yang hingga kini masih belum tuntas, menjadi salah satu alasan kehati-hatian tersebut.

Namun Powell juga memberikan sinyal terbuka. Jika tekanan inflasi tetap jinak, The Fed kemungkinan akan mulai melonggarkan kebijakan moneter lebih cepat dari yang diperkirakan. Ekspektasi pasar pun segera menyesuaikan. 

Data dari CME FedWatch menunjukkan peluang pemangkasan suku bunga pada September kini melampaui 85 persen.

Diketahui, Presiden Trump sebelumnya telah menunda penerapan paket tarif baru hingga 9 Juli, guna membuka ruang kompromi dagang dengan sejumlah negara mitra.

Dari sisi fundamental, emas selama ini dikenal sebagai aset lindung nilai yang sensitif terhadap suku bunga rendah dan ketidakpastian global. Namun kini, emas menghadapi tekanan dari arah berlawanan: penguatan di pasar saham dan prospek normalisasi hubungan geopolitik bisa mengurangi daya tarik logam mulia ini.

Harga Perak dan Platinum Melonjak

Di pasar logam lainnya, pergerakan cukup beragam. Harga perak naik 0,8 persen ke USD36,20 per ounce. Platinum melonjak 2,8 persen ke USD1.352,96, menyentuh level tertinggi sejak September 2014. Sebaliknya, palladium turun 0,5 persen ke USD1.061,01 per ounce.

Fokus pelaku pasar kini tertuju pada data GDP kuartal pertama dan laporan ketenagakerjaan yang dijadwalkan rilis pada Kamis waktu AS.

Sementara itu, data PCE (Personal Consumption Expenditures) yang keluar Jumat akan menjadi indikator penting untuk menakar arah inflasi dan kebijakan suku bunga The Fed ke depan.

Untuk sementara, pasar emas masih terjebak dalam fase tunggu dan lihat. Dan selama ketidakpastian tak kembali menguat, jalan emas tampaknya belum akan kembali berkilau dalam waktu dekat.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79