Logo
>

Harga Emas Tertekan Usai Powell Tahan Suku Bunga

Sebelumnya, harga sempat naik sesaat setelah The Fed mengumumkan bahwa suku bunga tetap berada di kisaran 4,25–4,50 persen.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Emas Tertekan Usai Powell Tahan Suku Bunga
Ilustrasi. (Foto: Adobe Stock)

KABARBURSA.COM - Harga emas dunia kembali turun pada perdagangan Rabu waktu AS, atau Kamis WIB, 19 Juni 2025, menyusul sikap hati-hati bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan serta memberikan sinyal penurunan suku bunga yang lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.

Harga emas spot tercatat turun 0,4 persen ke level USD3.374,75 per troy ounce pada pukul 19.19 GMT. Sementara kontrak berjangka emas AS justru nyaris stagnan, menguat tipis 0,03 persen ke USD3.408,10.

Padahal sebelumnya, harga sempat naik sesaat setelah The Fed mengumumkan bahwa suku bunga tetap berada di kisaran 4,25–4,50 persen. 

Bank sentral juga masih membuka peluang untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin sebelum akhir tahun ini. Namun, sentimen pasar langsung berubah begitu Ketua The Fed Jerome Powell berbicara dalam konferensi pers.

Dalam pernyataannya, Powell menyebutkan bahwa pihaknya masih memperkirakan adanya “jumlah inflasi yang cukup berarti” dalam beberapa bulan ke depan. Meski pasar tenaga kerja tetap solid, The Fed tampaknya tidak melihat urgensi untuk segera menurunkan suku bunga. 

Powell juga menyatakan bahwa rapat pada bulan September bisa menjadi “rapat yang hidup”. Pernyataanny aini mengindikasikan kemungkinan perubahan arah kebijakan, meski tetap bergantung pada data inflasi yang akan datang.

“Optimisme awal pasar langsung pupus begitu Powell berulang kali menegaskan bahwa The Fed dalam posisi yang nyaman untuk menunggu dan mengamati. Emas perlu kembali menembus level USD3.400 untuk menarik kembali minat beli dari investor,” ujar Tai Wong, analis independen pasar logam.

Harapan Pasar Terganjal Realitas

Keputusan The Fed memang tidak keluar dari ekspektasi. Namun, perubahan kecil dalam proyeksi kebijakan suku bunga ke depan cukup untuk memicu kehati-hatian. 

Para pembuat kebijakan kini memperkirakan pemangkasan suku bunga hanya akan berlangsung setengah persen tahun ini. Dilanjutkan dengan pemangkasan 25 basis poin masing-masing di tahun 2026 dan 2027, lebih lambat dari prediksi sebelumnya.

Dalam situasi seperti ini, investor cenderung bersikap konservatif terhadap aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil tetap seperti emas. Biaya peluang yang lebih tinggi karena suku bunga tetap tinggi membuat logam mulia kehilangan sebagian daya tariknya, setidaknya untuk sementara waktu.

Meski demikian, Powell juga menegaskan bahwa proyeksi tersebut bukan harga mati. Segalanya masih bisa berubah, tergantung pada perkembangan data ekonomi — terutama inflasi. Ini membuka celah ketidakpastian yang bisa menjadi alasan investor tetap bertahan di emas sebagai aset lindung nilai.

Ketegangan Global dan Daya Tarik Emas

Di luar isu suku bunga, ketegangan geopolitik juga menjadi perhatian pasar. Mantan Presiden AS Donald Trump menyatakan kemungkinan akan bertemu dengan Iran untuk membahas ketegangan yang terus meningkat di kawasan Timur Tengah, terutama menyangkut konflik antara Iran dan Israel.

Situasi geopolitik yang tidak menentu seperti ini biasanya memperkuat posisi emas sebagai aset aman (safe haven). Terlebih dalam beberapa tahun terakhir, ada tren yang meningkat di kalangan investor global untuk mencari aset penyimpan nilai yang berada di luar kendali otoritas moneter seperti The Fed atau Bank Sentral Eropa.

“Keinginan untuk mencari penyimpan nilai alternatif di luar dolar AS terus tumbuh. Investor mencari aset yang tidak bisa dikendalikan pihak luar,” kata Ryan McIntyre, Managing Partner di Sprott Inc., perusahaan investasi berbasis emas dan logam mulia lainnya.

Pergerakan Logam Lain: Spekulatif dan Berisiko?

Sementara itu, perak (silver) mengalami tekanan lebih dalam dengan penurunan 1,5 persen ke USD36,70 per ounce. Sebaliknya, harga platinum melonjak hingga 4,3 persen ke USD1.319,03, sempat menyentuh level tertingginya sejak Februari 2021. 

Harga palladium tercatat melemah tipis 0,5 persen ke USD1.046,75.

Namun, analis dari Goldman Sachs mengingatkan bahwa lonjakan harga pada platinum dan perak belakangan ini lebih didorong oleh aksi spekulatif daripada faktor fundamental. Dengan kata lain, reli tersebut bisa cepat berbalik jika pelaku pasar mengambil untung.

Arah Emas: Bergantung pada Inflasi dan The Fed

Secara keseluruhan, harga emas saat ini bergerak dalam ruang sempit antara optimisme terhadap pemangkasan suku bunga dan kenyataan bahwa The Fed tidak tergesa-gesa mengambil langkah akomodatif. 

Untuk saat ini, emas masih tertahan di bawah level psikologis USS3.400, yaitu level yang menurut pelaku pasar menjadi titik kunci untuk menentukan arah selanjutnya.

Hingga ada data inflasi baru yang mendukung arah pelonggaran kebijakan moneter, atau eskalasi geopolitik yang signifikan, pasar logam mulia akan tetap bergerak hati-hati. Emas, seperti biasa, tetap menjadi cermin ketidakpastian pasar global.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79