Logo
>

Harga Minyak Naik saat Perdagangan Pertama Tahun Baru

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Minyak Naik saat Perdagangan Pertama Tahun Baru

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM- Harga minyak sedikit naik pada Kamis, 2 Januari 2024, atau hari pertama perdagangan tahun 2025. Para investor yang baru kembali dari libur panjang tampak hati-hati mengamati ekonomi China dan permintaan bahan bakar, menyusul janji Presiden Xi Jinping untuk mendorong pertumbuhan.

    Dilansir dari Reuters di Jakarta, Kamis, harga minyak Brent naik 16 sen menjadi USD74,80 per barel (sekitar Rp1,2 juta), sementara West Texas Intermediate (WTI) juga naik 16 sen ke USD71,88 per barel (sekitar Rp1,15 juta).

    Dalam pidato Tahun Baru, Xi menjanjikan kebijakan yang lebih proaktif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di 2025. Meski begitu, data manufaktur China yang dirilis Kamis melalui survei Caixin/S&P Global menunjukkan pertumbuhan di Desember 2024 yang melambat, bahkan lebih lambat dari ekspektasi.

    [caption id="attachment_109937" align="alignnone" width="1280"] Berbagai indikator PMI Manufaktur China untuk Desember 2024.[/caption]

    Ini karena ada bayang-bayang risiko perdagangan dari tarif yang diusulkan Presiden terpilih AS, Donald Trump. Data ini sejalan dengan survei resmi sebelumnya yang mengungkapkan aktivitas manufaktur China hampir stagnan, meski sektor jasa dan konstruksi mulai bangkit. Lagi-lagi, efek stimulus ekonomi China mulai mengalir meski dampaknya belum merata.

    Analis pasar Tony Sycamore dari IG Markets melihat para pedagang kembali ke meja perdagangan dengan mempertimbangkan risiko geopolitik yang meningkat, serta bagaimana kebijakan Trump yang memanaskan ekonomi AS akan mempengaruhi pasar minyak dibandingkan dengan dampak tarif.

    "Rilis data ISM manufaktur AS besok akan menjadi kunci untuk pergerakan harga minyak selanjutnya," ujarnya.

    Sycamore juga mencatat bahwa grafik mingguan WTI menunjukkan harga sedang terjepit dalam kisaran yang semakin sempit, menandakan akan ada pergerakan besar. "Daripada menebak ke arah mana pergerakan itu, lebih baik menunggu dan mengikuti arah setelah itu terjadi," kata Tony.

    Di tengah perhatian terhadap data ekonomi, para investor juga menantikan laporan mingguan stok minyak AS dari Energy Information Administration. Laporan itu tertunda karena libur tahun baru. Survei Reuters memperkirakan stok minyak mentah dan distilat AS turun minggu lalu, sementara stok bensin kemungkinan naik.

    Data terbaru menunjukkan permintaan minyak AS melonjak ke level tertinggi sejak pandemi COVID-19, yakni mencapai 21,01 juta barel per hari pada Oktober, naik sekitar 700 ribu barel per hari dibandingkan September. Produksi minyak AS juga mencatat rekor baru sebesar 13,46 juta barel per hari di bulan yang sama.

    Tahun Berat bagi Minyak

    [caption id="attachment_101990" align="alignnone" width="1198"] Fasilitas kilang terintegrasi dari Sinopec Guangdong Oil Products Co mulai beroperasi di Jieyang, provinsi Guangdong, pada bulan Maret 2024. Foto: China Daily.[/caption]

    Meski ada beberapa kenaikan, 2025 diprediksi tetap menjadi tahun yang berat bagi harga minyak. Harga minyak mentah diperkirakan akan sulit menembus angka USD70 per barel (sekitar Rp1,12 juta). Permintaan yang masih lesu dari China, ditambah dengan pasokan global yang terus meningkat, menjadi tantangan utama bagi OPEC+ dalam upaya mereka menjaga stabilitas pasar. Proyeksi ini disampaikan dalam survei bulanan Reuters yang dirilis pada 31 Desember 2024.

    Survei yang melibatkan 31 ekonom dan analis ini memprediksi harga rata-rata Brent crude pada 2025 berada di kisaran USD74,33 per barel, turun tipis dibandingkan estimasi November sebesar USD74,53. Ini sekaligus menjadi revisi turun selama delapan bulan berturut-turut. Sepanjang 2024, Brent crude mencatat harga rata-rata sekitar USD80 per barel, namun melemahnya permintaan dari China, sebagai importir minyak terbesar dunia, menyebabkan penurunan tahunan sekitar 3 persen.

    Sementara itu, minyak mentah AS diperkirakan akan rata-rata di harga USD70,86 per barel pada 2025, sedikit lebih tinggi dari estimasi sebelumnya sebesar USD70,69.

    “Produksi dari negara-negara non-OPEC yang terus meningkat kemungkinan akan membuat pasokan tetap berlimpah. Meski pemulihan ekonomi China diperkirakan terjadi, peralihan ke kendaraan listrik mungkin akan membatasi pertumbuhan permintaan,” jelas Direktur Riset CRISIL, Sehul Bhatt.

    Sebagian besar responden survei memprediksi pasar minyak akan mengalami surplus pada tahun depan. Analis dari JPMorgan memperkirakan kelebihan pasokan bisa mencapai 1,2 juta barel per hari (bpd).

    Dalam pertemuan terakhir Desember lalu, OPEC+, yang bertanggung jawab atas sekitar setengah produksi minyak dunia, memutuskan untuk menunda kenaikan produksi hingga April 2025. Selain itu, mereka juga memperpanjang masa pemulihan penuh pemotongan produksi hingga akhir 2026.

    “Keputusan tersebut didorong oleh ekspektasi bahwa pertumbuhan pasokan dari negara-negara non-OPEC+ akan melampaui pertumbuhan permintaan pada 2025. Dengan demikian, ruang bagi OPEC+ untuk meningkatkan produksi sangat terbatas… kami memperkirakan penundaan lebih lanjut dalam pemulihan pemotongan produksi hingga kuartal keempat 2025,” kata Florian Grunberger, analis senior di perusahaan data dan analitik Kpler.

    [caption id="attachment_101985" align="alignnone" width="1366"] Dari 2024 hingga 2030 permintaan minyak mentah China diperkirakan akan menurun rata-rata 0,15 persen. Sumber: Kpler.[/caption]

    Masih meurut survei Reuters, permintaan minyak dunia diperkirakan tumbuh antara 0,4 juta hingga 1,3 juta bpd pada 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan estimasi pertumbuhan OPEC sebesar 1,45 juta bpd. Pasar juga tengah bersiap menghadapi perubahan kebijakan besar-besaran, termasuk tarif, deregulasi, dan amandemen pajak, seiring dengan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih pada Januari 2025.

    “Secara umum, kami berpikir bahwa politik AS memiliki dampak yang lebih kecil daripada yang diperkirakan banyak orang terhadap harga minyak dan sektor minyak & gas domestik AS,” ujar Kepala Riset Minyak & Gas Eropa di HSBC, Kim Fustier.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).