KABARBURSA.COM - Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Budihardjo Iduansjah menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah Presiden RI yang gemar ke mal.
Kata Budihardjo, ketika ke mal, Jokowi tidak hanya sekadar jalan-jalan, tapi memiliki tujuan yang lebih besar, yakni mendukung sektor ritel dalam negeri.
Menurut dia, Presiden Jokowi sangat memahami pentingnya sektor ritel untuk perekonomian domestik.
“Pak Jokowi bisa kita lihat sebagai Presiden RI yang paling banyak datang ke mal. Dia mengeri bagaimana meng-endorse ekonomi INdonesia, makan di mal, bawa cucu-cucunya ke mal selain pasar tradisional,” kata Budihardjo kepada Kabar Bursa, Senin, 9 September 2024.
Dukungan Jokowi lainnya terhadap perkembangan sektor ritel yaitu melakukan renovasi besar-besaran terhadap Sarinah Thamrin, mal tertua di Indonesia. Kata dia, Dia menilai, apa yang dilakukan Jokowi itu adalah menjaga keberlanjutan pusat perbelanjaan sambil mendorong modernisasi.
“Jadi beliau (Jokowi) mengerti bahwa kita harus menjaga konsumsi masyarakat,” tuturnya.
Hal lain yang dilakukan untuk mendukung pertumbuhan sektor ritel adalah pembangunan infrastruktur jalan, seperti jalan tol. Terbukti, pertumbuhan ritel di luar pulau Jawa mengalami peningkatan.
“Kita bisa melihat rest area di jalan tol dipenuhi oleh pertumbuhan ritel, bahkan bandara pun mulai berubah menjadi mal mini,” ujar Budihardjo.
“Sekarang ritel di daerah hidup, seperti di Bandung, Semarang, Surabaya, ditambah lagi ritel di rest area bertumbuhan,” ucapnya.
Dia pun mengingat pada tahun 2019, Jokowi menghadiri acara HIPPINDO, dan menginstruksikan agar merek-merek lokal mulai merambah pasar luar negeri.
“Produk lokal kita ada di Malaysia. Enggak usah yang jauh-jauh dulu, kita lihat ke negara tetangga saja. Dukungan dari Presiden Jokowi terhadap merek lokal terlihat dari arahannya,” sambungnya.
Terpenting, Budihardjo menegaskan, di era pemerintahan Jokowi, segala macam perizinan dimudahkan, meski pada pelaksanaannya masih diperlukan waktu untuk menyelesaikan berbagai persoalan birokrasi.
“Namanya birokrasi, tidak bisa langsung secepatnya jadi,” pungkas Budihardjo.
Perkembangan Bisnis Ritel di RI
Di kesempatan yang sama, Budihardjo Iduansjah menceritakan bagaimana perkembangan bisnis sektor ritel di Indonesia. Katanya, dari yang hanya dianggap bisnis sederhana menjadi industri besar.
“Awalnya kami sebagai supplier, ya ke Mal Matahari, Ramayana, dan lainnya yang ada di Indonesia,” kata Budihardjo kepada Kabar Bursa, Senin, 9 September 2024.
Namun, dalam perjalanannya, para supplier menyadari ada potensi besar yang bisa mereka raih jika terjun langsung ke dunia ritel. Jika sebelumnya menjadi supplier, kini memiliki toko sendiri di pusat perbelanjaan.
“Dulu, kami melihat bagaimana merek-merek seperti Hammer dan Executive yang awalnya hanya supplier, akhirnya membuka toko sendiri di mal-mal,” tuturnya.
Dia contohkan lagi, Restoran Sari Ratu. Sebelum dikenal sebagai kuliner masakan khas Padang yang berada di dalam mal, Sari Ratu memulai perjalanannya dengan nama Grand Melawai.
“Jadi, awalnya restoran Padang masuk ke mal,” ungkap Budihardjo.
Dengan berkembangnya sektor ritel tersebut, berbagai asosiasi mulai berkumpul untuk mendukung ekosistem ini. Asosiasi ponsel, waralaba, garmen, dan lainnya berkumpul di bawah payung HIPPINDO.
“Semua asosiasi terkumpul dan mereka memandang sektor ritel perlu dikembangkan di Indonesia, yang menghidup itu konsumsi,” jelasnya.
Kata dia, HIPPINDO dibentuk dengan lima pilar utama, yaitu peritel, mal, supplier, pemerintah, dan karyawan. Menurut dia, tanpa keberadaan lima pilar tersebut, ekosistem ritel tidak akan berjalan dengan baik.
“Kalau enggak ada lima pilar, ekosistem ritel enggak jalan,” imbuhnya.
Menurut Budihardjo, mayoritas sektor ritel di Indonesia berawal dari pabrik. Dalam perjalanannya, pabrik-pabrik tersebut membuka toko-toko ritel sendiri.
Budihardjo Iduansjah kemudian membicarakan soal brand. Menurut dia, brand adalah aset bangsa.
Dia menyontohkan banyak produk internasional yang tidak memiliki pabrik, tapi hanya memiliki merek yang kuat. Menurutnya, itu menunjukkan bahwa merek adalah aset bangsa.
“Merek internasional itu enggak punya pabrik, mereka hanya punya merek. Itu yang dimaksud brand merupakan aset bangsa,” jelas Budihardjo.
Setelah delapan tahun beroperasi, HIPPINDO berharap dengan lima pilar yang dia sebutkan, pihaknya dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Indonesia.
“Dengan membuka toko maka dapat menyerap pakaian lokal dan impor, serta mengintegrasikan berbagai merek global,” imbuhnya.
Budihardjo pun menekankan, pihaknya tidak memusuhi merek global, tapi sebaliknya. Dia berpendapat, dengan membawa merek internasional ke Tanah Air dan membuka toko akan bisa mengurangi kecenderungan kecenderungan warga Indonesia untuk membeli barang dari luar negeri. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.