KABARBURSA.COM - Indonesian Business Council (IBC) menggelar diskusi dan laporan bertajuk “IBC Business Outlook 2025” di Jakarta, Senin, 13 Januari 2025. Laporan ini menyoroti empat langkah strategis yang perlu diambil pemerintah untuk memperkuat kerja sama dengan dunia usaha sekaligus menarik investasi asing.
Keempat langkah tersebut meliputi reformasi tata kelola demi kemudahan berusaha, kolaborasi pembangunan infrastruktur antara swasta dan pemerintah, strategi hilirisasi industrialisasi, dan dorongan menuju ekonomi hijau yang lebih ramah lingkungan.
Chief Operation Officer IBC, William Sabandar, mengatakan tantangan pemerintah pada 2025 cukup berat karena perlu menarik investasi besar dan membangun aliansi baru.
“Pada 2025, pemerintah baru akan mencari aliansi dan menarik investasi secara besar-besaran dan membutuhkan upaya yang kuat. IBC percaya untuk mencapai misi ini tata kelola harus direformasi dan inovasi harus dikejar,” ujar William dalam keterangan resmi yang diterima KabarBursa.com.
Ia mengatakan reformasi tata kelola dibutuhkan untuk membangun kepercayaan publik, memastikan keberhasilan program, dan meminimalisasi kebocoran anggaran. Sementara itu, inovasi diperlukan untuk membuka potensi baru dan menjaga daya saing Indonesia di kancah regional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang turut hadir dalam diskusi ini mengatakan Indonesia masih menghadapi risiko ekonomi global, seperti volatilitas harga komoditas, kenaikan suku bunga di negara maju, serta lambatnya pertumbuhan ekonomi China.
“Kita juga menghadapi tantangan perubahan iklim yang kita saksikan di banyak belahan dunia. Dengan ini, prospek ekonomi global diperkirakan masih di bawah level COVID, sekitar 3,2 persen. Tapi Indonesia masih mampu menjaga pertumbuhan ekonomi,” kata Airlangga.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini optimistis Indonesia dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi di level 5 persen, seperti tahun lalu. Dibandingkan negara tetangga seperti Thailand yang hanya tumbuh 3 persen, atau Korea Selatan yang berada di 1,5 persen, kata Airlangga, Indonesia masih tergolong stabil.
“Kalau kita lihat dari indikasi PMI di bulan Desember, kita dalam pertumbuhan di mana ekspansi 51,2 persen. Selain itu, indeks konsumen serta indeks penjualan riil juga tumbuh positif,” katanya.
Realisasi Investasi di Indonesia
[caption id="attachment_109662" align="alignnone" width="1653"] Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani mewakili Presiden RI Prabowo Meresmikan Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2025 di Main Hal, Kamis (2/1/2025). Turut hadir dalam Peresmian tersebut, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa (OJK) RI, Mahendra Siregar, Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani, dan Direktur Utama BEI, Iman Rachman. foto: Kabar Bursa Abbas Sandji[/caption]
Meski Indonesia masih menghadapi risiko ketidakpastian ekonomi global, optimisme terhadap pertumbuhan Keyakinan ini terlihat dari sikap optimistis Menteri Investasi Rosan Roeslani perihal realisasi target investasi nasional tahun 2024. Rosan mengatakan hingga semester pertama 2024, realisasi investasi baru mencapai 50,3 persen dari total target Rp1.650 triliun yang ditetapkan mantan Presiden Joko Widodo.
Sementara berdasarkan rencana strategis awal, target tersebut baru tercapai 67 persen dari Rp1.239,3 triliun. Namun, ia yakin tren positif ini akan berlanjut hingga akhir 2024.
[caption id="attachment_102814" align="alignnone" width="2192"] Realisasi investasi asing dan dalam negeri. Sumber: Kementerian Investasi/BKPM.[/caption]
“Kalau investasi kan target per 6 bulan pertama adalah 50,3 persen. Tapi kita melihat dengan investasi yang terus berjalan dan masuk, Insya Allah kita meyakini target akan tercapai pada akhir tahun ini sebesar Rp1.650 triliun,” kata Rosan kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 12 September 2024, lalu.
Namun, hingga Kementerian Investasi belum merilis data terbaru perihal realisasi investasi selama 2024. Namun, mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara itu mengatakan telah menyiapkan beberapa hal untuk mencapai target realisasi investasi yang telah ditargetkan sepanjang periode kepemimpinan Prabowo Subianto hingga 2029.
Langkah pertama, kata Rosan, ketersediaan anggaran yang cukup untuk melaksanakan seluruh kegiatan di Kementerian Investasi. Untuk menunjang hal tersebut, dia juga meminta penambahan anggaran menjadi sebesar Rp889 miliar.
Pasalnya, angka tersebut dinilai hanya memenuhi 43,39 persen dari rencana kebutuhan anggaran di tahun selanjutnya, yakni Rp1,57 triliun. DPR sebelumnya menyetujui menyetujui usulan penambahan anggaran Kementerian Investasi/BKPM RI Tahun Anggaran 2025 sebesar Rp681 miliar.
“Tentunya untuk mencapai target realisasi abatara 2025-2029 dibutuhkan beberapa hal salah satunya adalah kembalinya ketersediaan anggaran yang cukup untuk melaksanakan seluruh kegiatan di Kementerian Investasi dan BKPM kemudian,” kata Rosan dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 3 September 2024.
Kedua, Kementerian Investasi akan memperkuat fokus pada investasi di sektor green investment, pembangunan konektivitas infrastruktur, transisi energi, hilirisasi, serta investasi berbasis ekspor.
Di bidang prioritas, Rosan menegaskan pentingnya investasi untuk mendukung ketahanan pangan dan ketahanan energi yang berkelanjutan. Upaya ini akan diimbangi dengan peningkatan layanan Online Single Submission (OSS) agar proses perizinan lebih cepat dan transparan.
Terakhir, Rosan mengatakan kementeriannya membutuhkan Dana Alokasi Khusus non-fisik yang akan dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal dan pelayanan perpaduan satu pintu untuk memfasilitasi penanaman modal di tiap-tiap daerah.
Target Realisasi Investasi 2025
Untuk menunjang target perekonomian yang ditetapkan Prabowo Subianto, Rosan mengaku telah berkoordinasi dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Bappenas).
Dari koordinasi tersebut, Rosan mengatakan prognosa investasi selama masa periode kepemimpinan Prabowo Subianto. Berdasarkan prognosa investasi, total investasi yang ditargetkan sebesar Rp2.793,3 triliun di tahun 2029.
Rinciannya pada 2025 ditargetkan Penanaman Modal Asing atau PMA sebesar Rp1.868,2 triliun dan PMDN sebesar Rp1.905,4 triliun, sementara 2026 Rp2.119,9 triliun dan Rp2.133,5 triliun. Kemudian 2027 sebesar Rp2.343,8 triliun dan Rp2.373,6 triliun. Lalu pada 2028, target kedua jenis investasi tersebut sebesar 2.600,4 triliun dan 2.669,4 triliun. Sementara pada 2029 sebesar Rp2.741,9 triliun dan Rp2.793,3 triliun.
Rosan menyebut, angka tersebut masuk dalam Rencana Kerja Anggaran target dari investasi sepanjang periode pemerintahan Prabowo Subianto. “Jadi total investasi yang diharapkan pada akhir tahun 2029 baik yang PMA maupun PMDN, yang PMA adalah 11,674,3 triliun yang PMDN adalah 11,855,5 triliun,” katanya.(*)