Logo
>

IFRA 2025: Langkah Strategis Dorong Waralaba Naik Kelas

Diselenggarakan dalam dua edisi, yakni pada 25-27 April dan 29-31 Agustus 2025 di ICE BSD, Tangerang, IFRA tak hanya menjadi ajang pameran semata.

Ditulis oleh Yunila Wati
IFRA 2025: Langkah Strategis Dorong Waralaba Naik Kelas
Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan Septo Soepriyatno dalam konferensi pers IFRA 2025 di Jakarta Selatan, Rabu, 16 April 2025. Foto: Kabar Bursa/Yunilawati

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Di tengah dinamika global yang penuh gejolak, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan ekonomi yang patut diapresiasi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,03 persen dan surplus perdagangan yang telah dipertahankan selama lima tahun berturut-turut, optimisme terhadap kekuatan domestik semakin menguat. 

    Konsumsi rumah tangga tetap menjadi penggerak utama, namun tantangan eksternal seperti ketegangan geopolitik dan kebijakan proteksionis—seperti yang diusung oleh mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump—menjadi pengingat bahwa ketahanan internal harus terus diperkuat.

    Salah satu fondasi utama dari ketahanan itu adalah kewirausahaan. Sayangnya, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal ini. Rasio kewirausahaan di Tanah Air tercatat hanya 3,35 persen dari populasi, masih tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia (4,74 persen) dan Singapura (8,76 persen). Untuk itu, berbagai upaya perlu terus didorong guna menciptakan ekosistem usaha yang inklusif, dinamis, dan berdaya saing tinggi.

    Menjawab kebutuhan tersebut, penyelenggaraan The 23rd IFRA 2025 – International Franchise, License & Business Concept Expo & Conference menjadi momentum strategis. Diselenggarakan dalam dua edisi, yakni pada 25-27 April dan 29-31 Agustus 2025 di ICE BSD, Tangerang, IFRA tak hanya menjadi ajang pameran semata, melainkan juga wadah edukasi, kolaborasi, dan akselerasi bisnis waralaba dan UMKM nasional.

    Di bawah kolaborasi antara Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) dan Dyandra Promosindo, IFRA terus menunjukkan komitmen dalam menghadirkan platform bisnis yang relevan dan visioner. Lebih dari 50 peserta berpartisipasi dalam pameran ini, dengan target pengunjung mencapai 25.000 orang. Tak hanya itu, IFRA juga menggandeng Indonesia Culinary Expo dalam edisi khusus, memperluas spektrum peluang dari bahan baku kuliner hingga konsep bisnis inovatif yang siap dikembangkan oleh pelaku UMKM.

    Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan Septo Soepriyatno, memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan ini. Menurutnya, peran IFRA penting dalam mendukung pelaku usaha kecil dan menengah di tengah tekanan global yang tidak menentu. Ia menegaskan bahwa penguatan ekonomi nasional tidak dapat dilepaskan dari dorongan terhadap kewirausahaan sebagai kekuatan internal bangsa.

    Namun di sisi lain, muncul pula tantangan baru dalam dinamika dunia waralaba. Ketua Umum AFI, Anang Sukandar, menyoroti isu “autopilot” dalam bisnis, yakni anggapan bahwa bisnis bisa berjalan tanpa keterlibatan aktif pemilik. Ia menegaskan bahwa dalam konsep waralaba yang sehat, pemilik tidak hanya bertindak sebagai investor, tetapi juga sebagai operator yang memahami betul seluk-beluk usaha. 

    "Waralaba bukan hanya soal modal, tetapi soal semangat kewirausahaan yang berangkat dari pelaku yang unggul, bukan sekadar pemilik dana," kata Anang ditemui di Konferensi Pers IFRA 2025, Jakarta, Rabu, 16 April 2025.

    Kritik terhadap pola pikir “investor pasif” ini menjadi penting, sebab jika dibiarkan bisa mengancam kualitas waralaba nasional. Di negara seperti Singapura dan Malaysia, model waralaba yang berkembang justru menempatkan pemilik sebagai pelaku utama. Ini menjadi refleksi penting bagi Indonesia, bahwa peningkatan rasio kewirausahaan tidak cukup hanya dengan membuka peluang, tetapi juga perlu dibarengi dengan penguatan karakter dan kapasitas pelaku usaha.

    Dengan berbagai program unggulan yang dirancang dalam IFRA 2025, mulai dari seminar, pelatihan, hingga sesi inkubasi bisnis, diharapkan pelaku usaha dapat memperoleh wawasan baru dan memperkuat pondasi bisnis mereka. Di tengah ketidakpastian global, IFRA hadir sebagai jembatan antara ide dan realisasi, antara potensi dan pertumbuhan, antara tantangan dan solusi.

    Peluang Emas UMKM Naik Kelas

    Bisnis waralaba di Indonesia menunjukkan potensi yang semakin menjanjikan dan menjadi motor penting dalam menyerap tenaga kerja serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini diungkapkan langsung oleh Menteri Perdagangan Budi Santoso di Jakarta, beberapa waktu lalu

    Menurut Budi, hingga akhir tahun 2024, sektor waralaba di Tanah Air berhasil menyerap hampir 100 ribu tenaga kerja lokal. Angka tepatnya mencapai 97.872 orang, mencerminkan kontribusi signifikan model bisnis ini terhadap penciptaan lapangan kerja. 

    "Potensi waralaba di Indonesia sangat besar," tegasnya. 

    Tak hanya menjadi penyedia lapangan kerja, waralaba juga menunjukkan geliat pertumbuhan dari sisi pelaku usaha. Per Februari 2025, tercatat ada 157 pemberi waralaba dalam negeri dan 154 dari luar negeri, meningkat tipis dibandingkan periode Mei 2024 yang mencatat masing-masing 145 dan 141 Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW).

    Dari sisi operasional, jumlah gerai yang dikelola langsung oleh pemilik usaha mencapai 34.503 unit, sementara gerai yang telah diwaralabakan sebanyak 17.786 unit. Total omzet sektor ini pun menyentuh angka mengesankan, hampir mencapai Rp143,25 triliun. 

    Menariknya, sektor makanan dan minuman (food and beverage) masih mendominasi pangsa pasar waralaba dengan kontribusi sebesar 47,77 persen dari total omzet tersebut. Di belakangnya, menyusul sektor jasa kecantikan, pendidikan non-formal, ritel, dan sektor jasa lainnya.

    Budi menilai bahwa potensi waralaba lokal sangat besar untuk dikembangkan lebih jauh, tidak hanya di pasar domestik tetapi juga di kancah internasional. Melalui ajang seperti ILFEX 2025, Kementerian Perdagangan mendorong agar lebih banyak konsep bisnis lokal yang mendapatkan sorotan dan kesempatan untuk dikembangkan menjadi waralaba berskala global. 

    Ia pun mengungkapkan ambisi untuk tidak hanya mengekspor produk dalam bentuk barang, tetapi juga menjadikan waralaba sebagai bagian dari ekspor jasa Indonesia.

    Beberapa contoh brand waralaba lokal yang telah berhasil menembus pasar internasional menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam industri ini. Sebut saja Alfamart yang telah hadir di Filipina, Ayam Gepuk Pak Gembus yang kini memiliki gerai di beberapa negara Asia Tenggara, Kebab Turki Baba Rafi yang bahkan telah beroperasi di lebih dari sepuluh negara, serta Taman Sari Royal Heritage dan Roti Ropi dari Klaten yang terus memperluas jejak internasionalnya.

    Keseriusan pemerintah dalam mengembangkan sektor waralaba terlihat dari upaya untuk tidak hanya memperkuat regulasi, tetapi juga membuka ruang bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) agar dapat terlibat dalam model bisnis yang berkelanjutan dan terukur ini. 

    Dengan infrastruktur bisnis yang semakin matang, ditambah dorongan untuk mengembangkan waralaba berbasis kekayaan intelektual lokal, Indonesia tengah berada dalam jalur yang tepat untuk menjadikan sektor waralaba sebagai salah satu komoditas ekspor andalan di masa depan.

    Melalui pendekatan kolaboratif antara pemerintah dan pelaku usaha, waralaba tidak hanya akan menjadi ladang usaha yang menjanjikan di dalam negeri, tetapi juga membawa nama Indonesia semakin harum di pasar global.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79