Logo
>

Impor Batu Bara China Jatuh ke Titik Terendah 4 Tahun

Stok tinggi dan permintaan lesu di China bikin harga batu bara global tergelincir. Investor Indonesia mesti pasang radar untuk sektor energi.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Impor Batu Bara China Jatuh ke Titik Terendah 4 Tahun
Pekerja mengoperasikan alat berat untuk memuat batu bara ke dalam truk di pelabuhan penambangan China. Foto: China Daily/Wang Chun.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Impor batu bara China tercatat turun 6 persen pada Maret 2025, menyusul tingginya stok di pelabuhan dan lemahnya permintaan dalam negeri. Kombinasi dua faktor ini bikin harga batu bara spot jatuh ke level terendah dalam empat tahun terakhir.

    Menurut data Administrasi Umum Kepabeanan China yang dikutip Reuters, volume impor sepanjang Maret tercatat 38,73 juta metrik ton—turun dari 41,38 juta ton pada Maret tahun lalu. Ini menjadi penurunan tahunan bulanan pertama sejak Maret 2022, di luar periode Januari–Februari yang biasanya dipengaruhi perayaan Tahun Baru Imlek.

    Harga batu bara domestik di China untuk kelas menengah dengan nilai kalor 5.500 kilokalori per kilogram tercatat hanya 676 yuan (sekitar USD92,70) per metrik ton per 11 April 2025. Menurut indeks harga batu bara termal Bohai-Rim Bay, ini merupakan harga terendah sejak Maret 2021.

    Sementara itu, para penambang di Indonesia—yang jadi pemasok utama China—belum menurunkan harga sejalan dengan pelemahan harga di pasar China. Padahal, mereka sedang menghadapi kenaikan royalti dan ongkos operasional yang makin menekan. Situasi ini mendorong pembangkit listrik di China lebih memilih pasokan dalam negeri ketimbang impor.

    Padahal, pada periode Januari–Februari, impor batu bara China sempat cetak rekor baru, yakni 76,12 juta metrik ton atau naik 2 persen dibanding tahun sebelumnya. Tapi koreksi di Maret ini sudah diperkirakan!dan tren penurunan diprediksi bakal berlanjut dalam beberapa bulan ke depan karena margin keuntungan impor makin tipis dan stok di pelabuhan masih tinggi.

    Sebagai catatan, data Januari dan Februari memang biasa dirilis bersamaan untuk meredam fluktuasi akibat libur Imlek. Secara kumulatif, total impor batu bara China selama kuartal pertama 2025 mencapai 114,85 juta metrik ton—sedikit lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 115,89 juta ton, atau turun 0,9 persen secara tahunan.

    Permintaan Lesu dari China, Harga Batu Bara Bisa Makin Tertekan

    Dalam teori ekonomi klasik, hukum permintaan dan penawaran adalah kunci buat baca arah harga komoditas. Ketika permintaan turun sementara pasokan tetap, harga cenderung ikut melemah. Ini bukan soal ramalan, tapi soal mekanisme pasar yang udah terbukti ratusan tahun. Nah, sekarang kita lihat apa yang terjadi dengan batu bara global, terutama setelah China mengumumkan bahwa impornya anjlok enam persen secara tahunan pada Maret 2025.

    China bukan pemain kecil. Dia adalah importir batu bara terbesar dunia. Dari Indonesia misalnya, menurut data pelacakan kapal dari AXS Marine yang dikutip oleh The Coal Hub, China menyerap lebih dari separuh—tepatnya 55,8 persen—dari total impor batu bara mereka sepanjang 2023.

    Grafik impor batu bara China berdasarkan negara asal selama Januari–Desember menunjukkan bahwa Indonesia tetap menjadi pemasok terbesar sepanjang 2023, dengan volume mencapai 205,7 juta ton atau naik 24,7 persen dibanding 2022. Data ini dihimpun oleh AXS Marine dan dipublikasikan Februari 2024.

    Volume pengiriman dari Indonesia pun mencatat lonjakan signifikan. Sepanjang 12 bulan penuh di 2023, total kedatangan batu bara Indonesia ke Negeri Tirai Bambu mencapai 205,7 juta ton atau naik 24,7 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 164,9 juta ton.

    Angka ini bukan cuma naik, tapi juga mencetak rekor baru—bahkan melampaui rekor sebelumnya pada 2021 yang berada di level 193 juta ton. Dengan capaian ini, Indonesia kian mengukuhkan perannya sebagai tulang punggung pasokan energi termal untuk China.

    Tapi, ketika Negeri Tirai Bambu itu mulai menutup keran impor karena stok di pelabuhan numpuk dan permintaan domestik lesu, maka pasar global langsung refleks. Harga batu bara spot turun ke level terendah empat tahun terakhir. Indeks harga batu bara 5.500 Kcal di China, misalnya, sudah ambles ke 676 yuan per ton—level yang terakhir disentuh pada Maret 2021.

    Secara teori, ini adalah sinyal permintaan global sedang melemah. Jika permintaan lesu dari pembeli terbesar, maka pasar akan kelebihan barang. Dalam konteks supply-demand, ini berarti harga bakal turun terus kalau tidak ada penyesuaian produksi.

    Lalu bagaimana dampaknya ke investor Indonesia?

    Di sinilah red flag muncul. Emiten-emiten batu bara seperti AADI, ITMG, PTBA, BUMI, hingga BYAN selama ini sangat mengandalkan ekspor. Bahkan sebagian besar produksi mereka memang diarahkan ke pasar luar negeri dan China selalu masuk dalam daftar top buyer. Jika permintaan ekspor dari China menyusut dan harga acuan global juga ikut melemah, maka dua tekanan langsung datang ke emiten batu bara:

    1. Penurunan volume penjuala
    2. Harga jual yang lebih rendah


    Artinya apa? Margin mereka bisa menyusut. Bahkan kalau volume ekspor bisa dipertahankan pun, penurunan harga global tetap akan memukul profitabilitas. Bagi investor, ini kabar yang tak bisa dianggap sepele.

    Salah satu alasan kenapa saham sektor batu bara Indonesia sempat naik gila-gilaan di 2022–2023 adalah karena harga komoditasnya melambung tinggi pasca invasi Rusia ke Ukraina. Tapi sekarang, ceritanya bisa berubah. Ketika harga jatuh, valuation pun bakal ikut dikoreksi pasar.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).