KABARBURSA.COM - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) mendapatkan penugasan dari Kementerian Perdagangan untuk mengimpor beras sebanyak 3,6 juta ton pada tahun 2024. Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Bulog, M. Suyamto, menyatakan penugasan ini akan berlangsung hingga akhir tahun.
“Penugasan yang kami dapatkan dari pemerintah adalah hingga akhir tahun 2024,” ujar Suyamto kepada KabarBursa, Senin, 5 Agustus 2024.
Pada periode Januari hingga Mei 2024, Bulog telah mengimpor sebanyak 2,2 juta ton beras. Menurut Suyamto, jumlah total impor sebesar 3,6 juta ton ini merupakan keputusan hasil rapat koordinasi terbatas (rakortas) yang melibatkan berbagai kementerian teknis. Bulog ditunjuk sebagai operator pelaksana penugasan tersebut.
“Untuk jumlah total penugasan sebanyak 3,6 juta ton adalah keputusan hasil rakortas dari kementerian-kementerian teknis dan Bulog hanya ditunjuk sebagai operator,” jelasnya.
Suyamto juga mengatakan negara-negara yang akan menjadi pemasok impor beras tersebut antara lain Vietnam, Thailand, Myanmar, Kamboja, dan Pakistan, sesuai dengan izin impor yang telah diberikan.
“Sesuai dengan izin impor, negara yang bisa menyuplai beras 3,6 juta ton adalah Vietnam, Thailand, Myanmar, Kamboja, dan Pakistan,” katanya.
Impor Beras Bengkak
Data terbaru Proyeksi Neraca Pangan Nasional 2024 menunjukkan rencana impor beras pemerintah mencapai 5,17 juta ton. Hingga April 2024, realisasi impor mencapai 1,77 juta ton. Pada periode Mei-Desember 2024, pemerintah berencana mengimpor tambahan 3,4 juta ton beras. Angka ini meningkat dari rencana awal sebesar 3,6 juta ton.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengakui adanya koreksi dalam proyeksi neraca pangan tersebut. "Koreksi ini mempertimbangkan stok beras impor yang seharusnya masuk pada 2023 tetapi masuk pada 2024," kata Arief, Selasa, 25 Juni 2024.
Selain itu, koreksi tersebut juga didasarkan pada realisasi dan perencanaan produksi-konsumsi beras nasional hingga akhir tahun ini. Meskipun ada potensi tambahan impor, pemerintah akan fokus merealisasikan kuota impor beras sebanyak 3,6 juta ton terlebih dahulu. "Dari jumlah itu, sisa kuota impor beras Bulog hingga akhir tahun ini sebanyak 1,2 juta ton," ujar Arief.
Arief menambahkan bahwa Bapanas akan meningkatkan cadangan beras pemerintah (CBP) hingga akhir tahun ini melalui serapan gabah atau beras dari dalam negeri. Per 23 Juni 2024, serapan beras mencapai 700 ribu ton.
Berdasarkan data Bulog, stok beras per 23 Juni 2024 tercatat sebanyak 1,66 juta ton, terdiri dari CBP sebesar 1,6 juta ton dan stok komersial 63.111 ton. Tahun ini, serapan gabah atau beras ditargetkan mencapai 900 ribu ton, dengan realisasi saat ini sebesar 716.701 ton.
Bapanas juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan produksi padi pada semester II-2024. Meskipun menghadapi musim kemarau, berbagai upaya seperti pemompaan akan dilakukan untuk meningkatkan produksi.
Sebelumnya, Arief menyebutkan Indonesia berpotensi kekurangan beras sekitar 5 juta ton tahun ini. Produksi beras pada Januari-Juli 2024 diperkirakan mencapai 18,64 juta ton, turun dari 21,11 juta ton pada periode yang sama tahun 2023.
Tingkatkan Produksi Beras
Kementerian Pertanian saat ini berupaya meningkatkan luas areal tanam guna mengatasi kekurangan produksi beras akibat cuaca ekstrem dan perubahan iklim. Langkah ini dilakukan melalui program Optimalisasi Lahan Rawa, Pompanisasi, dan Penanaman Padi Gogo.
“Kami telah mengimplementasikan ketiga program itu sejak tiga bulan terakhir. Diharapkan luas tanam padi bisa bertambah 1 juta hektar, bahkan 1,7-2 juta hektar,” ujar Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian Kementan, Fadjry Djufry, dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 bertema "Ketahanan Pangan di Tangan Petani Milenial" yang digelar secara virtual di Jakarta, Senin, 24 Juni 2024.
Fadjry menjelaskan optimalisasi lahan rawa untuk ditanami padi ditargetkan mencapai 400 ribu hektar. Program ini dilaksanakan di 11 provinsi, antara lain Lampung, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Untuk program pemompaan, Kementan mengoptimalkan pemanfaatan sawah tadah hujan dengan sumber air permukaan dan air tanah, dengan target seluas 1 juta hektar. Dari jumlah tersebut, 500 ribu hektar berada di wilayah Jawa dan sisanya di luar Jawa.
“Terkait penanaman padi gogo, kami menargetkan seluas 500 ribu hektar. Padi gogo ini akan ditanam di lahan sela kelapa sawit atau perkebunan lainnya,” kata Fadjry.
Rekam Jejak Kebijakan Impor Beras Indonesia
2006-2007
Pada 18 Juli 2006, Direktur Perum Bulog Widjanarko Puspojo mengirim surat kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla mengenai kekhawatiran menipisnya stok beras Bulog. Menyusul hal tersebut, pada 29 Agustus 2006, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengumumkan Indonesia akan mengimpor beras. Pemerintah kemudian memutuskan mengimpor 210 ribu ton beras pada September 2006. Pada Desember 2006, pemerintah kembali memutuskan untuk menambah impor beras sebesar 500 ribu ton untuk periode Januari-Februari 2007. Akhirnya, pada Februari 2007, pemerintah lagi-lagi memutuskan untuk mengimpor beras sebesar 500 ribu ton.
2015-2016
Pada Oktober 2015, media Vietnam "The Saigon Times" melaporkan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam menyatakan negaranya telah memenangkan kontrak untuk memasok 1 juta ton beras ke Indonesia, yang akan dikirim selama enam bulan (Oktober 2015-Maret 2016). Namun, pada 23 September 2015, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan Indonesia akan mengimpor 1,5 juta ton beras.
Kemudian pada 27 September 2015, Presiden Joko Widodo menyatakan tidak ada impor beras hingga akhir September. Pada 19 Oktober 2015, Menteri Perdagangan Thomas Lembong dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR menyatakan pemerintah akan impor beras tanpa menyebut berapa volumenya. Pada November 2015, izin impor beras bagi Bulog diketahui sebesar 1,5 juta ton. Pada Januari 2016, Pakistan setuju mengekspor 1 juta ton beras ke Indonesia senilai 400 juta dollar AS selama periode 2016-2019.
2023-2024
Pada 28 Agustus 2023, Direktur Perum Bulog Budi Waseso menegaskan kuota impor beras 2023 sebesar 2 juta ton tidak perlu ditambah. Namun, pada 9 Oktober 2023, Kepala Badan Pangan Nasional sekaligus Plt Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi menyebut adanya tambahan kuota impor 1,5 juta ton beras dari Kamboja, Vietnam, dan Thailand, dengan 600 ribu ton di antaranya ditargetkan tiba pada 31 Desember 2023.
Pada 7 Desember 2023, hasil rapat koordinasi terbatas di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memutuskan kuota impor beras untuk tahun 2024 sebesar 2 juta ton. Terakhir, pada 5 Februari 2024, hasil rakortas di Kementerian Koordinator Perekonomian memutuskan tambahan kuota impor beras sebesar 1,6 juta ton untuk tahun 2024.
Rekam jejak ini menunjukkan bagaimana Indonesia secara konsisten mengandalkan impor beras sebagai upaya untuk mengatasi kekurangan stok akibat berbagai tantangan seperti cuaca ekstrem dan perubahan iklim. (*)