Logo
>

Industri Mamin RI Berkontribusi 5,53 Persen terhadap PDB

Ditulis oleh Dian Finka
Industri Mamin RI Berkontribusi 5,53 Persen terhadap PDB

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Staf Ahli Menteri Bidang Penguatan Kemampuan Industri Dalam Negeri Kemenperin Ignatius Warsito, mengungkap dalam lima tahun terakhir, industri makanan dan minuman (mamin) Indonesia telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan produk domestik bruto (PDB) sektor ini mencapai sekitar 5,53 persen, melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,63 persen pada triwulan kedua 2024. 

    Adapun kontribusi sektor ini terhadap PDB mencatat sekitar 40,33 persen dari total kontribusi sektor manufaktur. Dengan permintaan pasar Asia yang besar, Indonesia memiliki peluang dan tantangan, terutama dengan jumlah penduduk yang mencapai 278 juta dan proyeksi kelas menengah yang akan meningkat sekitar 47 juta jiwa pada tahun 2030. Hal ini menunjukkan kebutuhan akan kualitas dan kuantitas bahan baku yang terus meningkat.

    "Hasil Ini atasi makin merupakan industri strategis di dalam rencana induk pengembangan industri nasional 20 th mendatang. Jadi menuju indonesia emas,"  kata Warsito, dalam acara Food Ingredients Asia Indonesia 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu, 4 September 2024.

    Transformasi gaya hidup masyarakat yang semakin aktif dan sadar kesehatan turut mendorong permintaan untuk produk makanan yang lebih beragam. Kolaborasi antara produk berbasis impor dan produk lokal telah menunjukkan sinergi yang baik di berbagai pameran.

    "Tadi saya semat melintas di stand pameran ternyata kolaborasi antarproduk berbasis impor dari luar negara indonesia khususnya ASEAN dengan Indonesia ternyata sudah bersinergi bagus," jelasnya.

    Menurut McKinsey, kelas menengah di Indonesia diperkirakan akan mencapai 90 juta jiwa dalam 10 tahun mendatang, dengan pengeluaran makanan dan minuman diperkirakan meningkat sebesar 5 persen, mencapai USD194 per kapita pada tahun 2030. Ini merupakan tantangan besar bagi industri dalam masa transisi pemerintahan lima tahun ke depan.

    Pascapandemi, industri bahan makanan mengalami pertumbuhan yang pesat, didorong oleh permintaan domestik dan minat global terhadap produk alami dan berkelanjutan. Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah, dari laut hingga daratan, yang dapat meningkatkan kinerja ekspor dan memperkuat ketahanan industri makanan dan minuman.

    Adapun Indonesia terkenal dengan kualitas tinggi dalam memproduksi bahan makanan seperti minyak kelapa sawit dan rempah-rempah. Ekspor rempah-rempah utuh mencapai USD459 juta, menjadikannya salah satu yang terbesar di dunia. 

    Namun, ekspor produk olahan rempah-rempah masih relatif rendah, dengan nilai USD360 juta, menunjukkan potensi besar untuk hilirisasi industri ini. “Nilai ekspor rempah-rempah utuh Indonesia mencapai USD469 juta, nomor lima terbesar di dunia,” kata Warsito.

    Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mengembangkan industri makanan dan minuman melalui kebijakan fiskal dan non-fiskal, seperti tax holiday dan tax allowance, untuk mendorong investasi dan penguasaan teknologi. Ke depan, penting untuk melakukan identifikasi senyawa aktif dari bahan baku lokal dan mengembangkan teknologi ekstraksi yang ramah lingkungan.

    Kontribusi Ekspor Rempah Utuh

    Warsito mengungkapkan, kontribusi ekspor rempah-rempah utuh asal Indonesia mencapai USD469 juta atau berada pada peringkat ke-5 secara global pada 2023.

    Ekspor Indonesia didorong oleh berbagai komoditas utama seperti lada, kunyit, jahe, dan produk kelapa. Namun, untuk produk olahan rempah, Indonesia berada di peringkat 18 dunia dengan nilai ekspor sebesar USD360 juta.

    Pada triwulan II 2024, industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan sebesar 5,53 persen, menyumbang 40,33 persen dari PDB.

    Lebih lanjut, market share global untuk produk olahan rempah mencapai USD22 miliar, membuka peluang besar untuk pengembangan hilirisasi industri rempah Indonesia.

    Produk olahan rempah juga merupakan komponen krusial dalam industri makanan dan minuman, termasuk dalam makanan olahan, pangan fungsional, dan suplemen gizi.

    Kementerian Perindustrian terus berupaya mengembangkan sektor makanan dan minuman melalui kebijakan fiskal dan non-fiskal, seperti tax holiday dan tax allowance, untuk menarik investasi, meningkatkan teknologi, dan memperkuat struktur industri.

    Ke depan, Kemenperin berkomitmen untuk bekerja sama dengan berbagai pihak dalam mengidentifikasi dan mengisolasi bahan baku lokal untuk digunakan di sektor kesehatan, seperti antioksidan dan antiinflamasi, serta dalam pengembangan teknologi ekstraksi dengan fokus pada keberlanjutan dan ekonomi sirkular.

    “Sekaligus penciptaan formula produk bari dengan mengombinasikan ekstra ke rempah-rempah lokal untuk memenuhi pertumbuhan permintaan terhadap produk alami dan bahan fungsional yang cukup tinggi,” ujarnya pula.

    Lewat upaya tersebut diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah rempah Indonesia sehingga meningkatkan posisi Indonesia dalam produk bahan makan berkualitas yang bernilai tinggi. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.