Logo
>

Industri Tekstil Indonesia: Bagai Ayam Mati di Lumbung Padi

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Industri Tekstil Indonesia: Bagai Ayam Mati di Lumbung Padi

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 280 juta jiwa, merupakan pangsa pasar yang menggiurkan. Tidak heran jika berbagai negara berebut menguasai pasar di sini, terutama di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT). Namun, anomali yang terjadi justru memprihatinkan.

    Ketua Umum Ikatan Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB), Nandi Herdiaman, mengatakan produk fashion selalu berada di urutan teratas dalam transaksi aplikasi online atau marketplace di Indonesia.

    "Produk fashion tidak pernah bergeser dari urutan teratas dalam penyerapan pasar di Indonesia" kata Nandi dalam keterangan tertulis yang diterima KabarBursa, Rabu, 7 Agustus 2024.

    Nandi menjelaskan, ketersediaan produk sandang tidak lepas dari peranan industri tekstil, garmen, dan konveksi rumahan. Logikanya, dia melanjutkan, penyerapan pasar yang baik seharusnya berdampak positif terhadap perkembangan pelaku usaha TPT dalam negeri.

    Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Nandi mengungkapkan banyak pabrik tekstil mem-PHK karyawan, menutup usahanya, dan fenomena ini juga dialami oleh industri kecil menengah (IKM) dan konveksi rumahan.

    Nandi mengungkapkan bahwa 90 persen pakaian jadi yang beredar di pasaran dikuasai oleh produk impor. Ini berbanding terbalik dengan kondisi pasar yang seharusnya mendukung produk lokal.

    "Market pakaian jadi sangat bagus, namun kenyataannya yang beredar di pasaran 90 persen dikuasai oleh produk impor," katanya.

    "Penyerapan produk lokal hanya 10 persen saja, pantas banyak garmen dan konveksi yang tutup," imbuhnya.

    Dia berharap pemerintah melalui pembentukan Satgas oleh Kementerian Perdagangan dapat mendorong roda perekonomian TPT dalam negeri agar bangkit kembali. Selain itu, perlindungan terhadap pasar dalam negeri TPT yang merupakan instrumen dari program hilirisasi sangat diperlukan.

    "Sehingga menjadi raja di negeri sendiri dan berharap kepada pemerintah yang akan datang untuk aktif berperan dalam melindungi pasar dalam negeri," katanya.

    Industri Tekstil Turun

    Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia, termasuk pakaian jadi, mengalami penurunan pada Kuartal II-2024. Penurunan ini terjadi baik secara tahunan maupun kuartalan.

    Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud mengatakan industri tekstil dan pakaian jadi mengalami kontraksi sebesar 0,03 persen secara year on year (yoy) pada kuartal II-2024. Secara kuartalan (q to q), tercatat kontraksi sebesar 2,63 persen.

    “Jadi di kuartal II-2024 ini, pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi mengalami kontraksi baik secara tahunan maupun kuartalan,” kata Edy dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, 5 Agustus 2024.

    Industri TPT nasional, ungkap Edy, memang sedang menghadapi tekanan. Hal itu terlihat dari banyaknya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK), hingga penutupan pabrik-pabrik tekstil di berbagai wilayah di Indonesia.

    Berdasarkan catatan Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara, sejak Januari-Juni 2024 setidaknya terdapat 10 perusahaan yang telah melakukan PHK massal. Enam di antaranya karena penutupan pabrik, sedangkan empat sisanya melakukan efisiensi jumlah pegawai.

    Total karyawan yang terkena PHK di 10 perusahaan tersebut sekitar 13.800-an orang. Jumlah itu kemungkinan lebih sedikit daripada kondisi nyata di lapangan, mengingat tidak semua perusahaan mau terbuka atas langkah PHK massal ini.

    “Yang terdata dan kami sudah minta izin untuk boleh diekspos jumlah sebesar itu. Yang tutup sejak Januari sampai awal Juni 2024 ada enam perusahaan. Yang PHK dengan alasan efisiensi jumlah karyawan, yang memperbolehkan diekspos ada empat perusahaan. Total pekerja yang terkena PHK sekitar 13.800-an,” kata Presiden KSPN Ristadi, Kamis, 13 Juni 2024.

    Menurutnya, kondisi ini memang cukup lumrah di industri tekstil Tanah Air. Bahkan menurut dia, sekitar 90 persen pemangkasan yang terjadi di industri ini, khususnya dari perusahaan dengan pangsa pasar lokal tidak memberikan kejelasan terkait pemberian pesangon.

    “Memang rata-rata ketika perusahaan pabrik atau produk tekstil, terutama yang local oriented, yang kebanyakan pasar lokal itu memang ketika pabrik tutup, pesangonnya 90 persen bermasalah. Kecuali untuk pabrik-pabrik yang ekspor oriented, itu mereka lebih patuh. Biasanya mengutamakan pemberian pesangon,” ujar Ristadi.

    Berikut rincian daftar PHK pabrik tekstil yang terjadi di Indonesia pada Januari hingga Juni 2024:

    PHK Massal Akibat Pabrik Tutup

    1. PT Dupantex, Jawa Tengah – PHK sekitar 700 karyawan
    2. PT Alenatex, Jawa Barat – PHK sekitar 700 karyawan
    3. PT Kusumahadi Santosa, Jawa Tengah – PHK sekitar 500 orang
    4. PT Pamor Spinning Mills, Jawa Tengah – PHK sekitar 700 orang
    5. PT Kusumaputra Santosa, Jawa Tengah – PHK sekitar 400 orang
    6. PT Sai Apparel, Jawa Tengah – PHK sekitar 8.000 orang

    PHK Massal Karena Efisiensi

    1. PT Sinar Pantja Djaja, Semarang – PHK sekitar 2.000 karyawan
    2. PT Bitratex, Semarang – PHK sekitar 400 karyawan
    3. PT Djohartex, Magelang – PHK sekitar 300 karyawan
    4. PT Pulomas, Bandung – PHK sekitar 100 karyawan.(*)
    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).