KABARBURSA.COM – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) belum memberikan kejelasan terkait insentif motor listrik untuk tahun 2025. Pihak Kemenperin menyebut mekanisme pemberian insentif tahun ini bakal berbeda dengan sebelumnya.
“Kami sedang dalam proses dan kami sedang mengusulkan,” ujarnya saat ditemui di Kantor Kemenperin di Jakarta, Selasa, 14 Januari 2025.
Terkait dengan perbedaan insentif tahun ini dengan tahun lalu terkait dengan subsidi atau potongan harga. Tahun lalu, insentif untuk motor listrik berupa potongan sebesar Rp7 juta per unit.
Ia mengklaim insentif motor listrik diminati masyarakat sehingga berhasil terserap pasar dengan penjualan lebih dari 60 ribu unit. Mengacu dari data di situs Sisapira, terdapat 63.145 unit motor listrik bersubsidi yang dinikmati masyarakat selama periode 2024.
“Kalau ada, insentif untuk tahun ini kemungkinan tidak akan seperti tahun lalu atau tahun 2023 yang menggunakan skema subsidi. Tahun ini skemanya akan berbeda, kalau kami mengusulkan dengan PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah),” jelas Setia.
Di sisi lain, pihak Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (AISMOLI) meminta kejelasan pemerintah terkait insentif motor bertenaga listrik untuk pasar domestik.
Ketua Umum AISMOLI Budi Setiadi mengungkapkan bahwa pihaknya akan mendatangi Kemenperin untuk meminta kepastian terkait subsidi motor listrik untuk tahun ini. AISMOLI ingin mendapat kejelasan soal harga dan mekanisme subsidi yang diberikan.
Terlebih lagi saat ini pasar motor listrik sedang lesu karena belum ada kejelasan terkait subsidi sehingga konsumen menunda pembelian hingga mendapat kejelasan besaran subsidi yang didapat.
Penjualan Motor Listrik Lesu
Ketidakjelasan insentif berdampak kepada penurunan penjualan motor listrik di Indonesia karena terjadi penurunan daya beli konsumen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, daya beli produk otomotif saat ini sedang turun karena konsumen dari kelas menengah ke bawah sedang menahan pembelian.
“Kelas menengah ke bawah ini ekonominya sedang bermasalah. Jadi, bukan motor listrik saja. Hampir semua motor atau mobil pun juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Karena saat ini, masyarakat fokus untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama makanan,” ujarnya saat dihubungi kabarbursa.com, Minggu, 12 Januari 2025.
Menurut Ibrahim, situasi tersebut diperparah dengan maraknya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) di sejumlah perusahaan.
“Kini PHK di mana-mana, apalagi waktu pertama di tahun 2025 kemungkinan besar ada 12 perusahaan yang akan mem-PHK karyawannya. Artinya apa? Pada tahun 2025 ini kemungkinan besar cukup suram sekali untuk kelas menengah ke bawah. Ini yang sebenarnya membuat penjualan mengalami penurunan,” jelas Ibrahim.
Terkait dengan insentif, Ibrahim menyoroti jika subsidi motor listrik bukanlah sumber utama permasalahan dalam turunnya daya beli, melainkan faktor ekonomi masyarakat yang sedang tidak stabil.
"Saat ini pemerintah sedang menggodok tentang subsidi (motor listrik). Tetapi harus diingat, bukan itu permasalahannya. Ini karena masyarakat itu sudah tidak punya duit bagaimana bisa membeli. Sebab sebagus-bagusnya program pemerintah, kalau masyarakatnya tidak punya uang mau apa lagi,” terangnya.
Emiten Motor Listrik Ikut Terdampak
Ibrahim juga menyebut, penurunan permintaan motor listrik di Indonesia akan mempengaruhi kinerja saham perusahaan yang terafiliasi dengan bisnis tersebut.
“Itu pasti turun, karena saat ini kan motor saja di dealer dan di pabrik menumpuk. Padahal di tahun 2023 dan 2024 itu bisnis motor listrik menjamur. Ini karena promosi pemerintah yang besar, pemerintah seperti menjadi marketing. Bahkan menteri-menteri ikut mengedukasi masyarakat tentang menggunakan motor listrik begini-begini, sekarang enggak ada,” jelasnya.
Adapun beberapa saham perusahaan yang tercatat sebagai pemain atau produsen motor listrik di Indonesia yaitu PT Indika Energy Tbk (INDY) lewat brand ALVA yang diproduksi Ilectra Motor Group.
Berdasarkan data perdagangan di Stockbit pada Senin 13 Januari 2025 pukul 13.17 WIB, pada hari ini saham INDY tercatat mengalami kenaikan 15 poin atau sebesar 0,86 persen sejak pembukaan perdagangan.
Selain itu ada emiten batu bara dari PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang membuat perusahaan joint venture dengan Gojek untuk pengembangan motor listrik Electrum.
Saham TOBA tercatat naik 6 poin atau sebesar 1,63 persen sejak pembukaan perdagangan pada 13 Januari 2025.
Selanjutnya ada PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang berperan dalam produksi motor listrik Gesits melalui anak usahanya, PT Gesits Technologies Indo (GTI) dari PT WIKA Industri Manufaktur (WIMA).
Saham WIKA terpantau terkoreksi 4 poin atau terjadi penurunan sebesar 1,79 persen pada perdagangan hari ini.
Merek motor listrik United dari PT Terang Dunia Internusa Tbk diketahui memiliki saham terbuka dengan kode emiten UNTD. Saham UNTD terkoreksi 1 poin atau mengalami penurunan sebesar 1,12 persen. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.