Logo
>

Isu The Fed Ceriakan IDX Finance, Tidak dengan Bursa Asia

Ditulis oleh Yunila Wati
Isu The Fed Ceriakan IDX Finance, Tidak dengan Bursa Asia

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Isu penurunan suku bunga Amerika Serikat yang akan dilakukan The Fed, pertengahan September mendatang, ternyata membuat Indeks saham sektor keuangan (IDXFinance) diprediksi terus menguat.

    Berdasarkan data dari aplikasi IPOT, sejak awal tahun hingga Rabu, 4 September 2024 pukul 11.31 WIB, IDXFINANCE telah meningkat sebesar 28,3 poin atau 1,90 persen, mencapai level 1.486 secara year to date (YTD). Selama sebulan terakhir, indeks ini juga mengalami kenaikan sebesar 73,8 poin atau 4,96 persen, mencapai level yang sama.

    Value investor, Rivan Kurniawan, mengungkapkan bahwa sektor keuangan berpotensi mengalami kenaikan lebih lanjut bulan ini.

    "Penurunan suku bunga dapat mengurangi biaya bunga yang harus dibayar oleh bank untuk produk tabungan, giro, dan deposito," ujar Rivan saat dihubungi oleh Ipotnews.

    Selain itu, suku bunga yang lebih rendah juga berarti suku bunga kredit yang lebih kecil bagi nasabah. Hal ini dapat membantu emiten perbankan mengurangi kredit macet atau Non-Performing Loans (NPL).

    "Akibatnya, bank dapat menurunkan pencadangan kerugian kredit (CKPN), yang pada akhirnya meningkatkan kinerja keuangan," tutup Rivan.

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendekat lagi ke zona positif. Pada akhir sesi 1 perdagangan hari ini, IHSG bertambah 36 poin (+0,48 persen) ke posisi 7.653. Volume perdagangan mencapai 283,40 juta lot saham dengan total nilai transaksi sebesar Rp6,87 triliun.

    Sektor konsumer primer menunjukkan performa yang kuat, menguat 1,66 persen. Sebaliknya, sektor transportasi mengalami penurunan sebesar 0,49 persen.

    Jajaran saham top gainers:

    • BINO
    • HOMI
    • LRNA
    • INTD
    • UANG
    • PORT
    • SKLT

    Saham teraktif:

    • KPIG
    • BTEK
    • ATLA
    • BSBK
    • TOOL
    • SATU
    • BREN

    Pasar Asia Tetap Anjlok

    Pasar saham Asia anjlok pada Rabu, 4 September 2024, dipimpin oleh Nikkei 225 Jepang setelah aksi jual saham teknologi AS dan data ekonomi AS yang lemah memicu kekhawatiran resesi.

    Saham terkait semikonduktor mengalami penurunan tajam, dengan Renesas Electronics anjlok 8 persen, menjadikannya perusahaan dengan kerugian terbesar pada indeks Nikkei 225. Tokyo Electron kehilangan 7,04 persen, sementara Advantest turun lebih dari 7,7 persen. Grup Softbank, yang memiliki perancang chip Arm, turun lebih dari 5,9 persen. Arm mendesain chip untuk Nvidia.

    Raksasa chip Samsung Electronics dan SK Hynix, keduanya pemasok Nvidia, masing-masing kehilangan 2,62 persen dan 6,36 persen. Taiwan Semiconductor Manufacturing Company turun 3,56 persen, dan Hon Hai Precision Industry, yang dikenal sebagai Foxconn, anjlok hingga 3,51 persen. Indeks bursa Taiwan mengalami penurunan hingga 5,29 persen pada awal perdagangan sebelum pulih ke level saat ini.

    Saham chip Tiongkok juga mengalami pelemahan, dengan Semiconductor Manufacturing International Corporation turun 1,95 persen dan Hua Hong Semiconductor turun 1,06 persen, meskipun tidak terkait langsung dengan rantai pasokan Nvidia.

    Di AS, pembuat chip Nvidia kehilangan lebih dari 9 persen dalam perdagangan reguler, menyeret saham-saham sejenis lainnya seperti Intel, AMD, dan Marvell.

    Indeks manufaktur ISM AS untuk Agustus mencapai 47,2 persen, naik 0,4 poin persentase dari bulan Juli, tetapi masih di bawah 47,9 persen yang diharapkan oleh Dow Jones. Pengukur ini menunjukkan bahwa angka di bawah 50 persen menunjukkan kontraksi.

    Indeks Pasar Saham Asia:

    • Nikkei 225 (Jepang): -3,71 persen
    • Topix (Jepang): -3,22 persen
    • Shanghai Composite (China): -0,48 persen
    • Shenzhen Component (China): -0,10 persen
    • CSI300 (China): -0,40 persen
    • Hang Seng (Hong Kong): -1,07 persen
    • Kospi (Korsel): -2,91 persen
    • Taiex (Taiwan): -3,73 persen
    • S&P/ASX200 (Australia): -2,06 persen

    Currency:

    • USD-JPY: 145,31 (-0,12 persen)
    • USD-SGD: 1,3067 (-0,03 persen)
    • AUD-USD: 0,6703 (-0,12 persen)
    • USD-CNY: 7,1097 (-0,16 persen)
    • USD-MYR: 4,3477 (-0,49 persen)
    • USD-THB: 34,1960 (-0,18 persen)
    • USD-IDR: 15.490 (-0,23 persen)

    Minyak Global

    Harga minyak global juga mengalami penurunan di tengah ekspektasi bahwa pertikaian politik yang menghentikan ekspor Libya dapat diselesaikan dan kekhawatiran atas pertumbuhan permintaan global yang lebih rendah.

    • Harga minyak mentah Brent untuk bulan November turun 37 sen menjadi USD73,38 per barel, setelah penurunan 4,9 persen pada sesi sebelumnya.
    • Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk bulan Oktober turun 41 sen menjadi USD69,93 per barel, setelah penurunan 4,4 persen pada hari sebelumnya.

    Harga minyak mentah dunia merosot pada awal perdagangan hari ini,  didorong oleh peningkatan produksi yang direncanakan oleh OPEC+ mulai Oktober mendatang dan kabar meredanya perselisihan di Libya.

    Pada penutupan perdagangan Selasa, 3 September 2024, harga minyak mentah WTI berjangka anjlok 4,78 persen ke level USD70,25 per barel. Sementara itu, minyak mentah Brent turun 4,62 persen ke level USD73,72 per barel. Pada awal perdagangan hari ini, harga minyak mentah WTI berjangka dibuka melemah 0,51 persen di level USD69,89 per barel, dan minyak mentah Brent turun 0,49 persen ke level USD73,36 per barel.

    Penurunan harga minyak mentah dunia ini disebabkan oleh keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak mulai Oktober 2024. OPEC+ memutuskan untuk menambah produksi secara bertahap sebesar 180.000 barel per hari setiap bulan dari Oktober 2024 hingga September 2025, meskipun harga minyak global mengalami penurunan.

    Keputusan ini diambil dengan mencabut pemotongan produksi sukarela yang diterapkan oleh beberapa anggota untuk menstabilkan pasar. Namun, adanya ketidakpastian ekonomi global, terutama di China dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang tidak pasti, menimbulkan keraguan tentang kemampuan permintaan minyak untuk menyerap peningkatan produksi tersebut.

    Selain itu, penurunan harga minyak juga dipicu oleh kabar meredanya pertikaian di Libya. Pada Selasa, Libya melaporkan kemajuan dalam penyelesaian politik, dengan badan legislatif negara tersebut sepakat untuk menunjuk gubernur bank sentral baru dalam waktu 30 hari, setelah diskusi yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Sebelumnya, pelabuhan utama Libya menghentikan ekspor minyak, dan produksi minyak di negara tersebut turun drastis akibat pertikaian antara faksi-faksi yang bersaing untuk menguasai bank sentral dan akses ke pendapatan minyak. National Oil Corporation (NOC) melaporkan bahwa total produksi minyak Libya turun menjadi sekitar 591.000 barel per hari pada 28 Agustus, dari hampir 959.000 barel per hari dua hari sebelumnya, dan turun signifikan dari sekitar 1,28 juta barel per hari pada 20 Juli.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79