KABARBURSA.COM - Peneliti ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf R Manilet menilai bahwa kabinet yang akan dibentuk oleh presiden terpilih Prabowo Subianto perlu segera fokus pada isu-isu ekonomi dan sosial yang mendesak.
Yusuf menyatakan bahwa salah satu target utama pemerintahan Prabowo adalah mengejar pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari periode sebelumnya, dengan ambisi mencapai angka 8 persen atau bahkan lebih.
"Jika kita perhatikan, salah satu prioritas dari pemerintahan Prabowo adalah mencapai target pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Namun, tantangan utama adalah bagaimana memastikan pertumbuhan tersebut bersifat inklusif, sehingga dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi yang ada saat ini," ujar Yusuf kepada Kabarbursa.com, Rabu, 16 Oktober 2024.
Menurut Yusuf, kabinet Prabowo perlu merumuskan strategi konkret untuk mencapai target pertumbuhan tersebut. Sektor industri manufaktur menjadi salah satu kunci utama dalam mengejar ambisi tersebut.
Sektor ini dinilai potensial dalam menciptakan lapangan kerja besar dan menyerap angkatan kerja, terutama di kalangan anak muda. "Sektor industri manufaktur memiliki peran penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai. Selain itu, sektor ini juga memiliki potensi besar dalam menyerap tenaga kerja, terutama di kalangan anak muda dan generasi Z. Dengan menciptakan lapangan kerja di sektor manufaktur, kita dapat membantu menurunkan tingkat pengangguran, khususnya pengangguran usia muda," jelasnya.
Yusuf juga menekankan pentingnya transisi tenaga kerja dari sektor informal ke sektor formal, terutama dalam konteks industri manufaktur. "Pekerjaan di sektor manufaktur memberikan peluang bagi peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, apalagi bagi mereka yang sebelumnya bekerja di sektor informal. Ini adalah peluang untuk memperkuat ekonomi dan memberikan stabilitas jangka panjang bagi tenaga kerja kita," tambahnya.
Selain sektor manufaktur, Yusuf menyoroti pentingnya memanfaatkan bonus demografi yang saat ini dimiliki Indonesia. Ia mengingatkan bahwa penciptaan lapangan kerja bagi generasi muda harus menjadi prioritas utama kabinet baru Prabowo, mengingat dalam beberapa tahun ke depan, angkatan kerja muda akan semakin mendominasi pasar tenaga kerja.
"Upaya penciptaan lapangan kerja perlu difokuskan pada angkatan kerja muda, karena mereka adalah kunci untuk memanfaatkan bonus demografi yang akan kita alami. Kebijakan yang berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja muda harus menjadi perhatian khusus dari kabinet Prabowo," pungkas Yusuf.
Dengan target ambisius yang diusung oleh Presiden Prabowo, kabinet yang akan dibentuk diharapkan mampu menghadirkan kebijakan yang tepat guna mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif, menciptakan lapangan kerja, dan mengatasi masalah sosial-ekonomi yang mendesak.
Jokowi Gagal Capai Target Pertumbuhan Ekonomi
Target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen yang ditetapkan di awal pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) gagal dicapai. Istana Kepresidenan memberi klarifikasi.
Deputi III Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Bidang Perekonomian Edy Priyono mengatakan, terlepas dari target tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tetap menunjukkan performa yang baik, kecuali selama masa pandemi COVID-19.
“Orang mengkritik pemerintah tidak mencapai target, 7 persen. Pak Jokowi kan memang seperti itu, selalu pasang target tinggi,” kata Edy Priyono
Di awal periode pertamanya, 2014, Jokowi menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7 persen. Kini, di akhir masa jabatan periode kedua atau 10 tahun, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran 5 persen.
Pada 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,79 persen turun, turun dari 5,02 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Di rentang waktu 2016-2018, perekonomian Indonesia sempat mengalami peningkatan sedikit, yaitu 5,03 persen (2016), dan kembali meningkat di tahun 2017 menjadi 5,07 persen. Setahun kemudian, naik (2018) kembali menjadi 5,17 persen.
Di tahun 2019, berbarengan dengan Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres), pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan menjadi 5,02 persen.
Di periode kedua, tepatnya tahun 2020, seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia, dihantam pandemi COVID-19, sehingga berdampak pada perekonomian Indonesia. Saat itu, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi 2,07 persen.
Setahun kemudian, 2021, perekonomian Indonesia naik ke angka 3,9 persen. Dan, di tahun 2022 tumbuh hingga 5,31 persen.
Pada 2023, perekonomian Indonesia kembali mengalami kemunduran, anjlok ke angka 5,05 persen. Di tahun terakhir pemerintahannya, 2024, Jokowi memasang target di kisaran 5,1-5,2 persen, di bawah pertumbuhan tahun 2022.
Jadi, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kepemimpinan Jokowi hanya mencapai 4,23 persen, jauh dari target yang diawal Jokowi berkuasa, yakni 7 persen.
Menanggapi itu, Edy mengatakan, dengan menargetkan angka tinggi, seperti 7 persen, maka diharapkan dapat memacu semangat kerja dan kinerja ekonomi agar lebih optimal. Karena, jika ditargetkan hanya 5 persen, kemungkinan yang tercapai 3 persen saja.
“Pak Jokowi selalu set target tinggi. Karena beliau, mungkin merasa kita semuanya terlalu santai. Jadi, kalau ditargetkan 5 persen, mungkin 3 persen yang tercapai. Dengan begitu beliau pasang target 7 persen,” tuturnya.
Sementara, jika berpegangan pada janji kampanye Presiden-Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen, Edy menduga menerapkan strategi seperti Jokowi. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.