KABARBURSA.COM - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid menyampaikan pendekatan kolaboratif antarinstansi mampu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dan menghalau tantangan ekonomi pada 2025.
Caranya, ujar Arsjad, Kadin Indonesia memastikan pihaknya mendukung upaya pemerintah memperkuat sektor-sektor utama produk domestik bruto (PDB) dan mengakselerasi pengembangan sektor strategis melalui sinergi dengan dunia usaha.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan pemangku kepentingan lainnya penting untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional 8 persen pada 2024-2029.
“Untuk mencapai target pertumbuhan 8 persen, perlu keselarasan dan sinergi berbagai pihak, khususnya pemerintah dan dunia usaha. Kadin Indonesia mendukung penerapan berbagai program strategis pemerintah yang menjadi prioritas pemerintah saat ini," kata Arsjad dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Senin, 30 Desember 2024.
Ia mengungkap, Kadin telah mendukung melalui peluncuran White Paper Arah Pembangunan Kebijakan Bidang Ekonomi 2024-2029 untuk mendukung 17 program prioritas dan Astacita Presiden Prabowo.
Diketahui White Paper memetakan tujuh tema pertumbuhan prioritas yang bersama dengan implementasi enam faktor pendukung diproyeksikan dapat berkontribusi pada total tambahan PDB Indonesiasebesar USD 400-450 miliar .
Adapun tujuh dari tema pertumbuhan prioritas ini sejalan dengan Asta Cita dan RPJMN 2024-2029. Implementasinya juga akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta menciptakan kurang lebih 16-18 juta lapangan kerja baru,” kata Arsjad.
Sementara itu, Januari-Oktober 2024, Kadin telah melaksanakan 162 dari 176 program kerja yang 81 persen-nya sejalan dengan rekomendasi White Paper untuk mendorong 7 tema pertumbuhan prioritas.
Kegiatan Kadin Indonesia termasuk advokasi kebijakan, pengembangan akses pasar melalui kerjasama dengan mitra baik dalam dan luar negeri, serta penguatan kapasitas pengusaha nasional khususnya UMKM, melalui berbagai event dan layanan anggota termasuk wikiexport.ai.
Prioritas untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi 2025
Lebih lanjut, Kadin Indonesia mengakui tantangan besar yang dihadapi ekonomi nasional pada 2025, seperti ketidakpastian geopolitik global, gangguan rantai pasok, fluktuasi harga minyak, pelemahan daya beli, meningkatnya pengangguran, dan melemahnya sektor industri padat karya. Meskipun optimis, Kadin tetap realistis dalam menghadapi hambatan ini.
Arsjad juga menekankan pentingnya kebijakan ekonomi yang kondusif, seperti pajak, upah minimum, nilai tukar, pengamanan rantai pasok, hilirisasi, dan sinergi BUMN-swasta, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 2025.
Kadin berharap pemerintah merumuskan kebijakan ini melalui dialog erat dengan dunia usaha, guna menarik investasi asing dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Ia juga memastikan peran Kadin Indonesia mampu mendorong investasi, seperti peran swasta harus lebih besar agar mampu menarik lebih banyak investasi, sehingga kontribusinya pada PDB lebih dari 29 persen.
“Kadin Indonesia telah memfasilitasi berbagai kegiatan yang menghasilkan total investasi sebesar Rp840 miliar dan USD22,73 miliar sepanjang Januari-Oktober 2024,” ungkap Arsjad.
Harapan Penguatan Sinergi Pemerintah-Pengusaha
Sementara, Ekonom Senior INDEF, Ariyo DP Irhamna, mengatakan bahwa sinergi antara pemerintah dan dunia usaha harus diperkuat pada tahun 2025. Kontribusi sektor swasta, kata dia, sangat krusial untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
“Kontribusi sektor swasta perlu ditingkatkan, sehingga pemerintah harus membuka lebih banyak peluang untuk berkolaborasi dalam menghadapi tantangan ekonomi tahun 2025 mendatang,” tutur Ariyo.
Menurut Ariyo, peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah peluang besar . T etapi jika tidak diimbangi dengan pertumbuhan investasi domestik dan inovasi berbasis R&D yang sesuai dengan kebutuhan dalam negeri, daya saing usaha lokal akan tertekan.
“Investasi perlu melibatkan partisipasi aktif pelaku usaha, termasuk UMKM, sehingga selain menciptakan peluang kerja, juga mendorong pengembangan ekonomi lokal dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Selain itu, faktor inovasi juga sangat penting, dimana Pemerintah juga melibatkan pelaku usaha dalam mendukung penggunaan hasil riset dalam negeri sesuai kebutuhan pasar,” tambah dia.
Meskipun demikian, tantangan seperti ketidakpastian geopolitik, pelemahan daya beli, dan gangguan rantai pasok memerlukan kebijakan ekonomi yang kondusif. Dialog erat antara pemerintah dan dunia usaha diharapkan dapat memperkuat kontribusi sektor swasta, menarik lebih banyak investasi asing, dan memaksimalkan potensi inovasi berbasis riset dalam negeri. Dengan langkah sinergis ini, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. (*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.