Logo
>

Kehati-hatian The Fed Lemahkan Harga Minyak Global

Ditulis oleh Yunila Wati
Kehati-hatian The Fed Lemahkan Harga Minyak Global

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah global melemah pada perdagangan Kamis, 19 Desember 2024 waktu setempat atau Jumat, 20 Desember 2024, WIB. Bayang-bayang kehati-hatian kebijakan moneter Federal Reserve atau Bank Sentral AS menjadi penyebab utamanya.

    Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun sebesar 51 sen atau 0,7 persen menjadi USD72,88 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, yang menjadi acuan Amerika Serikat, mencatat penurunan lebih tajam sebesar 67 sen atau 1 persen, berakhir pada USD69,91 per barel. Kontrak WTI Februari, yang diperdagangkan lebih aktif, juga ditutup melemah 64 sen menjadi USD69,38 per barel.

    Perubahan kebijakan moneter yang lebih ketat dari Federal Reserve Amerika Serikat menjadi salah satu penyebab utama tekanan pada harga minyak. Meskipun bank sentral ini memotong suku bunga sebesar 0,25 persen pada hari Rabu, 18 Desember 2024, Ketua Jerome Powell menyatakan inflasi yang tetap tinggi menjadi alasan untuk bersikap lebih berhati-hati dalam memberikan pelonggaran moneter di masa depan.

    Sikap ini membangkitkan kekhawatiran investor bahwa kondisi likuiditas yang lebih ketat dapat menekan aktivitas ekonomi global, sehingga mengurangi permintaan minyak mentah pada 2025.

    Di tengah langkah The Fed, dolar AS melesat ke level tertinggi dalam dua tahun. Penguatan mata uang ini menambah tekanan pada minyak, karena komoditas tersebut menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.

    Analis StoneX Alex Hodes, menyebutkan bahwa perubahan sikap kebijakan The Fed memaksa pasar untuk menyesuaikan kembali ekspektasi mereka terhadap ekonomi global dan prospek permintaan energi.

    Sementara itu, dinamika serupa terjadi di Eropa dan Asia. Bank of England mempertahankan suku bunga tetap stabil pada Kamis, 19 Desember 2024, di tengah perpecahan pendapat antara para perumus kebijakan tentang bagaimana menanggapi perlambatan ekonomi Inggris.

    Di Jepang, Bank of Japan memilih untuk mempertahankan suku bunga ultra-rendah, dengan tambahan kekhawatiran bahwa janji tarif Presiden terpilih AS Donald Trump, akan berdampak negatif pada ekonomi Jepang yang bergantung pada ekspor.

    Perlambatan aktivitas ekonomi global yang terlihat dari langkah kebijakan moneter berbagai bank sentral ini memberikan sinyal kuat bahwa permintaan energi dapat melemah tahun depan. Hal ini memperkuat pandangan bearish di pasar minyak, yang sebelumnya sudah menghadapi ketidakpastian akibat dinamika geopolitik dan ancaman resesi global.

    Kombinasi penguatan dolar AS dan kehati-hatian bank sentral membuat minyak mentah berada di bawah tekanan yang signifikan, mencerminkan sentimen pasar yang skeptis terhadap prospek pemulihan ekonomi global dalam waktu dekat.

    Surplus Minyak di Masa Mendatang 

    Pasar minyak global menghadapi ketidakpastian besar tahun depan, di tengah tanda-tanda perlambatan permintaan dan proyeksi surplus pasokan. Aktivitas ekonomi yang lemah, terutama di China, telah memberikan tekanan signifikan pada harga minyak mentah sepanjang 2024.

    Brent, patokan global, telah mengalami penurunan lebih dari 5 persen sepanjang tahun ini, mencatat kerugian tahunan kedua secara berturut-turut. Ekonomi China yang suram dan langkah transisi energi yang agresif di negara tersebut menjadi faktor utama melemahnya permintaan.

    Raksasa energi Sinopec bahkan memproyeksikan bahwa konsumsi minyak China akan mencapai puncaknya pada 2027, seiring dengan penurunan permintaan bahan bakar fosil.

    Tekanan tambahan juga datang dari prospek surplus pasokan yang diperkirakan terjadi pada 2025. Analis dari J.P. Morgan memproyeksikan bahwa pasokan minyak global akan melampaui permintaan hingga 1,2 juta barel per hari. Namun, faktor geopolitik masih menjadi elemen yang dapat mengubah arah pasar.

    Janji kampanye Presiden terpilih AS Donald Trump, untuk menindak ekspor minyak Iran, misalnya, berpotensi memperketat pasokan global jika benar-benar direalisasikan. Sebelumnya, pemerintahan Joe Biden juga telah meningkatkan sanksi terhadap entitas Iran, termasuk memberikan sanksi pada tiga kapal yang terlibat dalam perdagangan minyak dan petrokimia. Meski begitu, langkah ini belum memberikan dampak berarti terhadap harga minyak global.

    Di sisi lain, proyeksi harga minyak untuk 2025 menunjukkan stabilitas moderat. Menurut jajak pendapat Reuters terhadap 11 pialang, harga minyak Brent diperkirakan akan rata-rata berada di kisaran USD73 per barel.

    Sementara itu, pasar domestik Amerika Serikat memberikan sedikit dukungan terhadap pasar global dengan laporan penyusutan stok minyak mentah sebesar 934.000 barel hingga 13 Desember. Namun, angka ini tetap berada di bawah ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan mencapai 1,6 juta barel.

    Dengan latar belakang ini, pasar minyak tahun depan masih akan bergulat dengan dinamika permintaan yang tertekan dan ketidakpastian pasokan yang dipengaruhi oleh faktor politik dan ekonomi global. Kombinasi antara surplus yang diperkirakan terjadi, transisi energi yang semakin nyata, serta kebijakan geopolitik Amerika Serikat terhadap Iran akan terus membentuk arah pasar minyak di masa mendatang.

    Sementara itu, para pelaku pasar harus bersiap menghadapi tantangan baru di tengah lanskap energi global yang terus berkembang.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79