KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan tajam, tertekan oleh ketidakpastian permintaan impor dari China dan proyeksi peningkatan pasokan global.
Pada hari Selasa, 2 September 2024, minyak WTI diperdagangkan sekitar USD 73,30 per barel, menggambarkan gejolak pasar yang dipicu oleh berbagai faktor ekonomi internasional.
Andy Nugraha, analis dari Dupoin Indonesia, menilai bahwa kondisi pasar minyak saat ini menantang untuk tren bullish, dengan kemungkinan penurunan harga lebih lanjut.
Salah satu penyebab utama adalah melambatnya aktivitas manufaktur di China, yang berdampak pada permintaan minyak global.
Data terbaru dari Biro Statistik Nasional China menunjukkan bahwa Indeks Manajer Pembelian (IMP) Manufaktur untuk Agustus merosot menjadi 49,1, level terendah dalam enam bulan.
Angka ini jauh di bawah ekspektasi pasar yang memprediksi 49,5. Penurunan ini menunjukkan penurunan permintaan minyak dari China, yang merupakan pengimpor minyak terbesar di dunia, sehingga memberikan tekanan berat pada harga WTI, kata Nugraha dalam risetnya.
Proyeksi penambahan pasokan minyak juga memperburuk situasi harga WTI. Meskipun ada kekhawatiran terkait pasokan dari Libya akibat konflik yang sedang berlangsung, tambahan pasokan dari negara-negara OPEC+ diperkirakan akan menyeimbangkan kembali pasokan global.
Namun, gangguan produksi di Libya mungkin bersifat sementara, mengingat fluktuasi produksi yang kerap terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Nugraha menganalisis bahwa indikator Moving Average saat ini menunjukkan bahwa tren bullish WTI semakin melemah. Harga WTI berpotensi turun hingga USD 71,80, tetapi jika terjadi rebound, harga bisa melonjak hingga USD 74,50 sebagai target terdekat.
Para pelaku pasar akan memperhatikan rilis data IMP Manufaktur ISM AS untuk bulan Agustus pada hari Selasa, 3 September 2024.
Data ini diharapkan memberikan wawasan tambahan tentang kondisi ekonomi Amerika Serikat, yang dapat mempengaruhi permintaan minyak.
Selain itu, laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS yang dirilis akhir pekan ini juga akan menjadi fokus, karena dapat memberikan indikasi mengenai kemungkinan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS (The Fed) tahun ini.
Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung harga minyak dengan mengurangi biaya pinjaman, yang pada gilirannya dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak, jelas Nugraha.
Secara keseluruhan, Nugraha memperkirakan prospek harga WTI hari ini cenderung bearish, sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap permintaan minyak global dan proyeksi penambahan pasokan.
Di sisi lain, harga minyak dunia mengalami lonjakan pada Senin, 2 September 2024, setelah ekspor minyak mentah dari Libya terhenti, harga minyak WTI untuk pengiriman Oktober 2024 melonjak sebesar 49 sen, atau sekitar 0,7 persen, menjadi USD 74,04 per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman November 2024 meningkat 59 sen, atau sekitar 0,8 persen, mencapai USD 77,52 per barel di London ICE Futures Exchange. Volume perdagangan tampak sepi seiring libur Hari Buruh di Amerika Serikat, yang memengaruhi aktivitas pasar.
Ekspor minyak dari pelabuhan utama di Libya mengalami penghentian total pada hari Senin, dengan produksi yang juga dibatasi akibat ketegangan politik antara faksi yang berkuasa dan bank sentral serta pengelolaan pendapatan minyak.
National Oil Corporation (NOC), perusahaan minyak nasional Libya, mengumumkan force majeure di ladang minyak El Feel mulai 2 September, menandakan adanya gangguan signifikan dalam produksi dan distribusi minyak mentah Libya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menetapkan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) untuk bulan Maret 2024 melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 213.K/MG.03/DJM/2024.
Harga ICP bulan Maret 2024 ditetapkan sebesar USD 83,79 per barel, meningkat USD 3,69 per barel dibandingkan ICP bulan Februari yang tercatat USD 80,09 per barel, demikian disampaikan Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi di Jakarta, Selasa 2 Maret 2024.
Kenaikan harga ICP ini, menurut analisis Tim Harga Minyak Mentah Indonesia, sejalan dengan lonjakan harga minyak mentah utama di pasar internasional. Lonjakan ini dipicu oleh serangan Ukraina terhadap kilang-kilang minyak Rusia, yang berpotensi mengganggu pasokan BBM ke Asia dan Eropa serta meningkatkan ketegangan pasokan di pasar minyak global.
Faktor lain yang mempengaruhi kenaikan harga minyak mentah pada Maret 2024 adalah penurunan stok minyak mentah dan gasoline di Amerika Serikat yang melebihi ekspektasi pasar, dianggap sebagai indikator meningkatnya permintaan minyak, jelas Agus.
Selain itu, laporan bulanan OPEC dan IEA memperkirakan permintaan minyak yang kuat untuk tahun 2024 dan 2025. Kenaikan harga minyak mentah juga terkait dengan penurunan pasokan global, dengan IEA mencatat penurunan pasokan minyak dunia sebesar 870 ribu barel per hari pada kuartal pertama 2024.
Penurunan ini disebabkan oleh cuaca buruk, kesepakatan OPEC+, serta gangguan akibat serangan Houthi di jalur pelayaran Laut Merah.
Untuk kawasan Asia Pasifik, Agus menambahkan bahwa harga minyak mentah dipengaruhi oleh peningkatan produksi dan profit sektor industri di Tiongkok pada Januari dan Februari 2024.
Profit sektor industri Tiongkok naik 10,2 persen dari tahun sebelumnya, melampaui proyeksi pasar. Selain itu, impor minyak mentah di Republik Rakyat Tiongkok selama periode Januari-Februari 2024 mencapai 10,74 juta barel, meningkat 5,1 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023.
Perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama pada Maret dibandingkan Februari 2024 adalah sebagai berikut:
- Dated Brent naik USD 1,56 per barel dari USD 83,93 per barel menjadi USD 85,48 per barel.
- WTI (Nymex) naik USD 3,80 per barel dari USD 76,61 per barel menjadi USD 80,41 per barel.
- Brent (ICE) naik USD 2,95 per barel dari USD 81,72 per barel menjadi USD 84,67 per barel.
- Basket OPEC naik USD 2,90 per barel dari USD 81,23 per barel menjadi USD 84,13 per barel.
- Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia meningkat USD 3,69 per barel dari USD 80,09 per barel menjadi USD 83,78 per barel. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.