KABARBURSA.COM – Ekonom Senior Bright Institute Awalil Rizky mengungkapkan pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran pada triwulan III-2024 kurang menggembirakan.
“Pertumbuhan memang masih ditopang konsumsi rumah tangga yang mampu tumbuh 4,91persen (year-on-year/yoy). Namun, lajunya lebih rendah dibanding tahun 2022 dan 2023 dan era pandemi (2011-2019) yang rata-ratanya masih di angka 5,19 persen pada kuartal III,” kata Awalil dalam keterangannya, Kamis, 7 November 2024.
Jika dilihat dari pertumbuhan kumulatif sebesar 4,92 persen dan data historis, ia memprakirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga berada di kisaran 4,90 persen selama tahun 2024. Jumlah tersebut, kata dia, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan era pandemi yang rata-ratanya masih berada di angka 5,12 persen per tahun.
Sedangkan untuk komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PTMB) terjadi pertumbuhan sebesar 5,15 persen yoy pada triwulan III-2024. Menurutnya, pertumbuhan itu masih lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Meski lebih tinggi dibanding tahun 2022 dan masih lebih rendah dibanding rata-rata era pertumbuhan triwulan III sebelum pandemi (2011-2019) yang sebesar 6,04 persen,” ujarnya.
Berdasarkan pertumbuhan kumulatif (c-on-c) yang hanya sebesar 4,47 persen, serta data historisnya, ia memprakirakan pertumbuhan PMTB hanya akan kisaran 4,50 persen selama tahun 2024. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dari era pra-pandemi (2011-2019) yang rata-rata sebesar 6,02 pesen per tahun.
“Kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2024 termasuk tidak tinggi. Kualitasnya pun dilihat dari pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor pertanian terbilang tidak baik. Dipertegas dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan PMTB yang juga lebih rendah dari data historisnya,” jelasnya.
Sebelumnya, Bright Institute memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan III-2024 yang mencapai 4,95 persen menunjukkan tren penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Bright Institute memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2024 hanya akan mencapai sekitar 5 persen, sulit untuk memenuhi target APBN 2024 sebesar 5,2 persen. Ia menyoroti sektor industri dan pertanian yang berkontribusi besar pada Produk Domestik Bruto (PDB) namun menunjukkan kinerja yang lesu.
Sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh hanya 4,5 persen, lebih rendah dibandingkan 2022 dan 2023, sementara porsi sektor ini pada PDB diproyeksikan di kisaran 18,75 persen pada 2024.
Di sisi lain, sektor pertanian yang mencakup kehutanan dan perikanan mencatatkan pertumbuhan hanya 1,68 persen secara tahunan dan diproyeksikan hanya akan mencapai 1,75 persen sepanjang 2024. Pertumbuhan sektor ini tercatat di bawah 2 persen selama lima tahun terakhir, jauh lebih lambat dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional.
BPS Akui Ekonomi Lesu
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa konsumsi rumah tangga Indonesia tumbuh sebesar 4,91 persen pada kuartal III 2024 secara tahunan (year-on-year/yoy). Namun, pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan kuartal III 2023 dan kuartal II 2024.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengalami penurunan tipis sebesar 0,2 persen dari 4,93 persen pada kuartal II 2024.
Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu kuartal III 2023, terjadi penurunan sebesar 0,15 persen dari angka 5,06 persen. Amalia menekankan bahwa jika dibandingkan dengan kuartal II 2024, perlambatan ini cukup tipis, hanya 0,02 persen, ungkapnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, 5 November 2024.
Dari sisi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal III 2024, yang mencapai 4,95 persen, konsumsi rumah tangga tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 53,08 persen, sementara pada kuartal III 2023 kontribusinya adalah 52,62 persen. Namun, dibandingkan dengan kuartal II 2024, kontribusi ini sedikit menurun, karena pada kuartal sebelumnya mencapai 54,53 persen.
Amalia juga menyampaikan bahwa konsumsi rumah tangga pada periode ini terutama didorong oleh sektor transportasi dan komunikasi, serta restoran dan hotel yang masing-masing tumbuh sebesar 6,54 persen dan 6,61 persen.
Meski demikian, pertumbuhan di kedua sektor ini mengalami perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,84 persen dan 6,8 persen. Menurut Amalia, perlambatan konsumsi rumah tangga ini sebagian disebabkan oleh faktor musiman, seperti adanya momentum Ramadan, Idul Fitri, dan liburan panjang pada kuartal sebelumnya.
Ia juga menambahkan bahwa pada kuartal II 2024 terjadi peningkatan konsumsi masyarakat yang dipicu oleh perayaan Idul Adha dan Idul Fitri, yang meningkatkan konsumsi di sektor transportasi, komunikasi, restoran, dan hotel.
Di sisi lain, konsumsi di sektor makanan, minuman, pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan pada kuartal ini mengalami peningkatan lebih cepat dibandingkan kuartal sebelumnya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.