KABARBURSA.COM - Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) rontok. Banyak pihak yang menyebut bahwa melemahnya harga minyak kelapa sawit tersebut terjadi karena adanya penurunan harga minyak kedelai Chicago Board of Trade (CBoT). Tidak hanya itu, ekspektasi melemahnya permintaan dalam waktu dekat juga dikaitkan sebagai biang keroknya.
Pada penutupan perdagangan Senin, 2 September 2024, harga kontrak berjangka minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) menunjukkan penurunan di seluruh bulan kontrak yang aktif. Kontrak berjangka CPO untuk September 2024 turun 43 Ringgit Malaysia menjadi 4.032 Ringgit Malaysia per ton.
Kontrak Oktober 2024 mengalami koreksi sebesar 45 Ringgit Malaysia, menjadi 3.970 Ringgit Malaysia per ton. Sementara itu, kontrak November 2024 melemah 44 Ringgit Malaysia menjadi 3.933 Ringgit Malaysia per ton, dan kontrak Desember 2024 turun 44 Ringgit Malaysia menjadi 3.901 Ringgit Malaysia per ton.
Penurunan harga ini juga berlanjut pada kontrak berjangka CPO Januari 2025, yang melemah 43 Ringgit Malaysia menjadi 3.881 Ringgit Malaysia per ton, dan kontrak Februari 2025 jatuh 39 Ringgit Malaysia menjadi 3.871 Ringgit Malaysia per ton.
Menurut trader minyak sawit, David Ng, penurunan harga CPO ini dipengaruhi oleh melemahnya harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBoT) dan ekspektasi penurunan permintaan dalam waktu dekat. Ng mengaitkan penurunan permintaan ini dengan tingginya persediaan minyak sawit di pelabuhan-pelabuhan India, yang diharapkan akan menurun secara bertahap, memungkinkan permintaan CPO untuk kembali meningkat. Ng juga menambahkan bahwa harga CPO saat ini berada pada level support 3.800 Ringgit Malaysia per ton, dengan resistance pada 4.000 Ringgit Malaysia per ton.
Analis senior Fastmarkets Palm Oil Analytics, Sathia Varqa, mencatat bahwa kontrak berjangka CPO menghadapi tekanan jual yang signifikan sepanjang hari, dipicu oleh kerugian besar dalam minyak nabati di bursa China dan aksi ambil untung setelah kenaikan harga minggu lalu yang mencapai titik tertinggi dalam satu bulan. Varqa menyebutkan bahwa meskipun ringgit terdepresiasi sebesar 0,67 persen terhadap dolar AS sejak penutupan Jumat sebelumnya, hal ini tidak cukup untuk memicu pemulihan harga CPO.
Selain itu, Varqa juga mencatat penurunan ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1-31 Agustus, dengan Intertek Testing Services melaporkan ekspor sebesar 1,45 juta ton, turun 9,92 persen dari 1,60 juta ton pada periode yang sama bulan sebelumnya. AmSpec Agri Malaysia juga mencatat penurunan ekspor sebesar 11,51 persen, menjadi 1,38 juta ton dibandingkan dengan 1,56 juta ton pada periode 1-31 Juli. Penurunan ekspor ini turut berkontribusi pada tekanan harga CPO di pasar.
Di CPO lokal, Research and Development ICDX Gorta Yoga, memperkirakan bahwa harga minyak sawit mentah (CPO) akan tetap berada dalam tren bullish pekan ini. Berbagai indikator positif menjadi pendorong utama, sehingga bagaimana prediksi harga CPO minggu ini.
“Harga CPO pekan ini berpotensi mencapai level resistance di kisaran 4.050-4.100 Ringgit Malaysia per ton. Namun, jika ada katalis negatif harga bisa turun menuju level support di kisaran 3.930-3.880 Ringgit Malaysia per ton,” ujarnya.
Dirinya menjelaskan, beberapa faktor utama yang mempengaruhi harga CPO pekan ini termasuk rilis data ekspor CPO Malaysia, situasi di negara produsen utama seperti Indonesia dan Malaysia, terutama terkait kebijakan ekspor dan program biodiesel wajib. Selain itu, isyarat dari Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto, untuk mempercepat program biodiesel B50 di tengah proyeksi penurunan produksi CPO Indonesia tahun ini, yaitu hingga 5 persen dibanding tahun sebelumnya, juga menjadi faktor penting. Tren bullish di pasar minyak kedelai turut menjadi katalis positif bagi harga CPO.
Yoga menambahkan, permintaan CPO dari India kemungkinan akan meningkat dalam jangka pendek, seiring dengan antisipasi pelaku pasar sebelum pemerintah India menerapkan kenaikan pajak impor minyak nabati.
“Cuaca La Nina dan dinamika di pasar minyak kedelai juga akan mempengaruhi pergerakan harga CPO pekan ini,” tambahnya.
Tak hanya itu, Yoga juga memprediksi tren bullish akan berlanjut sepanjang September. Harga CPO diperkirakan akan bergerak pada level resistance di kisaran 4.100-4.200 Ringgit Malaysia per ton. Namun, jika tekanan negatif muncul, harga bisa turun ke level support di kisaran 3.900-3.800 Ringgit Malaysia per ton.
Sebagai gambaran, harga CPO pekan lalu tercatat menguat sebesar 1,71 persen, sementara sepanjang Agustus 2024, harga naik 3,32 persen.
“Secara year to date (ytd), harga CPO telah mengalami penguatan signifikan sebesar 8,96 persen,” pungkas Yoga.(*)