Logo
>

Mata Uang Dolar Mulai Melemah: Peluang Rupiah untuk Perkasa Lagi?

Ditulis oleh Yunila Wati
Mata Uang Dolar Mulai Melemah: Peluang Rupiah untuk Perkasa Lagi?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar mata uang global menghadapi fluktuasi tajam, menyusul serangkaian keputusan kebijakan bank sentral yang mempengaruhi nilai tukar dan sentimen investor. Dolar AS, yang sebelumnya mencatat lonjakan besar, melemah dari puncak dua tahunnya pada Kamis, 19 Desember 2024 waktu setempat atau Jumat, 20 Desember 2024.

    Lagi-lagi pelemahan disebabkan penyataan Federal Reserve yang memilih untuk bersikap lebih hati-hati mengenai rencana pelonggaran suku bunga pada 2025. Penurunan ini diimbangi oleh data domestik yang menunjukkan penguatan ekonomi AS dengan pertumbuhan tahunan sebesar 3,1persen pada kuartal ketiga, sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,0 persen. Data ini menggarisbawahi pendekatan Federal Reserve yang lambat dan hati-hati terhadap pelonggaran kebijakan.

    Pasar global sempat terguncang setelah keputusan Federal Reserve pada Rabu untuk menaikkan imbal hasil obligasi, yang mendorong indeks dolar (DXY) naik lebih dari 1 persen ke level 108,25—puncak tertingginya sejak November 2022. Namun, sentimen mulai membalik pada Kamis ketika volume perdagangan menipis menjelang liburan.

    Dolar melunak, sementara beberapa mata uang lainnya berhasil pulih dari tekanan sebelumnya. Euro, yang sempat anjlok tajam pada sesi sebelumnya, bangkit 0,48 persen menjadi USD1,0402. Sterling juga mengalami fluktuasi besar setelah Bank of England mempertahankan suku bunga di 4,75 persen.

    Namun, kejutan dari suara tiga anggota kebijakan untuk pemangkasan suku bunga menyebabkan pelemahan pound sterling sebelum akhirnya rebound tipis ke USD1,2593.

    Di sisi lain, yen Jepang berada di bawah tekanan besar setelah Bank of Japan (BOJ) mempertahankan suku bunga ultra-rendah dan menyampaikan nada dovish. Langkah ini menekan yen ke posisi terendah sejak Juli, dengan dolar AS melonjak hingga 157,13 yen.

    Gubernur BOJ Kazuo Ueda, menegaskan bahwa pembuat kebijakan masih membutuhkan data tambahan untuk mengevaluasi langkah kebijakan lebih lanjut, memicu ketidakpastian di pasar terkait potensi perubahan kebijakan di masa depan.

    Di antara mata uang lainnya, dolar Kanada jatuh ke posisi terendah selama empat tahun terhadap dolar AS, sementara yuan China melorot ke level terlemah sejak November 2023, diperdagangkan pada 7,2992 yuan per dolar di pasar onshore. Dolar Australia dan Selandia Baru turut merasakan tekanan, mencapai level terendah dua tahun sebelum pulih tipis.

    Resesi yang mencengkeram ekonomi Selandia Baru pada kuartal ketiga menambah tekanan terhadap kiwi, sementara data ekonomi yang lemah menghambat potensi pemulihan dolar Australia.

    Meski beberapa mata uang, seperti krona Swedia dan Norwegia, berhasil bangkit setelah keputusan kebijakan bank sentral mereka, pasar tetap penuh volatilitas. Keputusan Swedia untuk memangkas suku bunga bertolak belakang dengan kebijakan Norwegia yang memilih mempertahankannya, menciptakan dinamika perdagangan yang unik.

    Secara keseluruhan, kebijakan bank sentral global menjadi pusat perhatian pasar keuangan, mengukuhkan dominasi dolar AS meskipun volatilitasnya tetap tinggi. Dengan prospek pelonggaran suku bunga yang hati-hati dari Federal Reserve dan langkah-langkah kebijakan yang berbeda dari bank sentral lainnya, pasar terus bereaksi terhadap setiap perkembangan yang memengaruhi ekspektasi inflasi, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi global.

    Rupiah Terpuruk Paling Dalam

    Pada perdagangan valuta asing Kamis, 19 Desember 2024, nilai tukar rupiah ditutup melemah tajam sebesar 215 poin ke level Rp16.312/USD, setelah sebelumnya sempat menyentuh titik pelemahan terendah di 220 poin. Pergerakan ini menjadikan rupiah sebagai salah satu mata uang yang mengalami penurunan terdalam di kawasan Asia.

    Menanggapi ini, Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, dalam analisisnya di Jakarta, Kamis, 19 Desember 2024, memperkirakan bahwa untuk perdagangan esok hari, fluktuasi akan terus terjadi dengan potensi pelemahan yang bertahan dalam rentang Rp16.300 hingga Rp16.370/USD.

    Salah satu faktor utama pelemahan rupiah adalah penguatan indeks dolar AS, yang saat ini berhasil menembus level 108. Penguatan dolar ini dipicu oleh kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang baru saja memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 4,25-4,50 persen.

    Meskipun pemangkasan ini telah lama diantisipasi, The Fed mengindikasikan akan memperlambat laju siklus pelonggaran moneter ke depannya. Lebih lanjut, para pejabat The Fed mengisyaratkan bahwa pemangkasan suku bunga berikutnya mungkin akan dihentikan sementara waktu, mengingat stabilitas pasar tenaga kerja dan inflasi di Amerika Serikat.

    Suku bunga AS diperkirakan tetap tinggi untuk periode yang cukup lama, meski telah dilakukan penyesuaian. Pasar bahkan telah menurunkan ekspektasi pemangkasan suku bunga pada awal 2025 dari empat kali menjadi dua kali saja.

    Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell, yang menegaskan bahwa kebijakan pemangkasan lebih lanjut akan sangat bergantung pada keberhasilan upaya menurunkan inflasi AS, semakin mempertegas pendekatan kehati-hatian yang diambil oleh bank sentral tersebut.

    Pertanyaannya sekarang, apakah dengan melamahnya dolar AS dan sejumlah mata uang lainnya, dapat menguatkan rupiah secara kontinyu?(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79