KABARBURSA.COM - Aset digital Bitcoin bangkit kembali pada perdagangan Selasa 13 Agustus 2024. Hingga pukul 10.28 WIB, Bitcoin dihargai USD59.316 (sekitar Rp949 juta), meningkat 1,1 persen dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Perdagangan mata uang kripto paling berharga di dunia ini berbalik arah setelah mengalami penurunan 4,5 persen pada Senin pagi. Ketidakpastian membayangi para trader seiring dengan ketidakpastian angka inflasi Amerika Serikat (AS).
Para pelaku pasar masih menanti petunjuk lebih lanjut dari bursa tradisional, di mana pekan ini akan dirilis data indeks harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) dan penjualan ritel AS pada hari Rabu.
CPI diukur dengan membandingkan harga barang dan jasa pada periode tertentu dengan periode dasar. Indeks ini mencakup berbagai kategori, termasuk makanan, perumahan, transportasi, dan barang-barang lainnya.
Indeks ini mencakup hampir 90 persen dari populasi AS dan digunakan secara luas untuk analisis inflasi. Indeks ini fokus pada kelompok pekerja tertentu dan sering digunakan untuk penyesuaian upah. Data CPI sering digunakan untuk memantau tren inflasi. Kenaikan CPI menunjukkan inflasi yang lebih tinggi, sedangkan penurunan menunjukkan deflasi.
CPI biasanya dirilis setiap bulan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS). Rilis data ini seringkali mempengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve dan pasar keuangan.
Untuk data terbaru tentang CPI, Anda dapat merujuk ke situs web resmi Biro Statistik Tenaga Kerja AS atau sumber berita ekonomi terkemuka. Data ini mencakup angka CPI bulanan, tahunan, dan komponen-komponennya.
CPI AS diperkirakan akan terus mengalami penurunan, yang seharusnya memberikan dorongan bagi bank sentral AS (The Fed) untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga yang sangat krusial.
Namun demikian, Kobeissi Letter, seorang pengamat pasar modal, menyatakan bahwa pasar tenaga kerja, yang menjadi salah satu faktor utama di balik merosotnya harga Bitcoin baru-baru ini, "sedang melemah," seperti dilansir dari Cointelegraph.
Aktivitas perdagangan di pasar, termasuk aset kripto, juga tengah menantikan realisasi angka produksi industri dan penjualan ritel China yang akan dirilis pada hari Kamis.
Kapitalisasi pasar kripto global saat ini berada di angka USD2,2 triliun, naik 0,3 persen dalam 24 jam terakhir, berdasarkan data dari GSR Markets yang dikutip pada Selasa 13 Agustus 2024.
Bitcoin bahkan mencatatkan kenaikan 7 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya, periode di mana gejolak melanda pasar ekuitas, sebagai respons terhadap pelonggaran carry trade yen. Bitcoin juga sempat terguncang oleh spekulasi terkait kemungkinan dimulainya pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang diperkirakan terjadi pada bulan September.
Analis kripto eToro, Simor Peters, sebelumnya dengan tepat memprediksi bahwa minggu lalu merupakan titik terendah relatif dengan potensi rebound dalam beberapa hari ke depan, dengan memperhatikan indeks Crypto Fear and Greed yang menunjukkan 'Fear'.
Sepanjang tahun 2024, kinerja Bitcoin cukup dinamis dengan beberapa momentum penting yang mempengaruhi pergerakan harga. Pada Maret 2024, Bitcoin mencapai titik tertinggi baru di kisaran USD73,750, namun setelah peristiwa halving pada April, harganya mengalami koreksi dan stabil di sekitar USD60,000.
Para analis memperkirakan bahwa Bitcoin akan terus mengalami volatilitas sepanjang sisa tahun 2024, dengan harga yang diprediksi akan berada di antara USD49,625 hingga USD90,582, tergantung pada perkembangan pasar dan sentimen investor. Persetujuan ETF Bitcoin oleh regulator AS dan perkembangan teknologi seperti Lightning Network juga berpotensi mendorong harga lebih tinggi.
Secara teknis, meskipun terdapat sinyal bullish, namun juga ada sinyal bearish yang signifikan, menunjukkan bahwa pasar masih berada dalam ketidakpastian. Para ahli menyarankan untuk terus mengawasi faktor makroekonomi global yang bisa mempengaruhi harga lebih lanjut di akhir tahun.
Pada tahun 2024, sentimen terhadap Bitcoin beragam dan mencerminkan berbagai faktor yang mempengaruhi pasar. Secara umum, beberapa tren dan sentimen utama yang dapat diamati adalah:
Regulasi pemerintah dan kebijakan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara Asia sangat mempengaruhi sentimen. Ketegasan dalam pengaturan, baik yang mendukung atau membatasi penggunaan Bitcoin, berperan besar dalam menentukan arah pasar.
Adopsi Bitcoin oleh perusahaan besar dan institusi keuangan juga memainkan peran penting. Penerimaan lebih lanjut dari perusahaan-perusahaan besar dan integrasi Bitcoin ke dalam sistem keuangan tradisional dapat meningkatkan sentimen positif.
Harga Bitcoin yang volatile sering kali menyebabkan perubahan dalam sentimen. Lonjakan harga dapat meningkatkan minat investasi, sementara penurunan harga bisa menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor.
Perkembangan teknologi blockchain dan peningkatan infrastruktur terkait Bitcoin juga mempengaruhi sentimen. Pembaruan dalam teknologi yang mendukung Bitcoin, seperti peningkatan keamanan atau efisiensi transaksi, dapat meningkatkan optimisme pasar.
Kondisi ekonomi global, seperti inflasi dan ketidakstabilan ekonomi, dapat mempengaruhi sentimen terhadap Bitcoin sebagai aset lindung nilai atau investasi alternatif. (*)