Logo
>

Menanti Langkah Moneter The Fed, Akankah Suku Bunga Kembali Dipangkas?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Menanti Langkah Moneter The Fed, Akankah Suku Bunga Kembali Dipangkas?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dipengaruhi kuat oleh ketetapan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed dalam memangkas suku bunganya.

    Diketahui, Bank Sentral AS akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) untuk menetapkan suku bunga acuan pada 6-7 November 2024 mendatang.

    Analis Senior Lotus Sekuritas, Fath Aliansyah menyebut, saat ini pergerakan pasar modal domestik masih dipengaruhi kebijakan moneter The Fed. Di samping itu, dia juga menyebut, para pelaku pasar juga masih menunggu data ekonomi China di samping adanya kelonggaran moneter.

    “Saat ini yang lebih mempengaruhi pasar adalah potensi pemangkasan suku bunga AS dan ekonomi China,” kata Fath saat dihubungi Kabar Bursa, Senin, 28 Oktober 2024.

    Fath juga meyakini, The Fed masih berpeluang besar memangkas suku bunga acuannya di sisi tahun 2024 ini. Berdasarkan analisanya, dia menyebut, besar potensi The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.

    “Saya melihat masih ada potensi, meskipun hanya di kisaran 25 bps,” ujarnya.

    Dihubungi terpisah, Senior Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menyebut, keputusan The Fed ihwal penetapan suku bunga masih sangat dinanti oleh para pelaku pasar modal. Kendati begitu, dia menyebut ketetapan The Fed tidak terlalu berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.

    “Bahwasannya kebijakan The Fed untuk menerapkan suku bunga acuan memang masih terbuka lebar tapi untuk saat ini sentimennya masih rendah,” kata Nafan kepada Kabar Bursa, Senin, 28 Oktober 2024.

    Di sisi lain, Nafan juga menyebut para pelaku pasar juga masih menyoroti president election yang terjadi di Amerika Serikat. Apalagi, kata Nafan, para president election juga membuat para pelaku pasar berperilaku lebih bijak di samping menanti ketetapan The Fed.

    “Para pelaku pasar masih menyoroti pemilu Amerika Serikat. Apalagi juga marketnya kan menyebabkan perilaku pasar bersikap prudent ya,” ungkapnya.

    IHSG Melemah

    Senin, 28 Oktober 2024, IHSG ditutup melemah. Berada di zona merah dengan -60 poin atau turun 0,78 persen. Mengutip data perdagangan RTI Business, 203 saham terpantau menguat, 365 saham melemah, dan 227 saham mengalami stagnan. 

    Adapun saham-saham yang bertengger di lima besar top gainers di antaranya TOTL (+17,73 persen), CITY (+17,50 persen), JMAS (+11,61 persen), FOLK (+10,53 persen), dan BNBR (+9,80 persen). Adapun lima saham yang terkoreksi paling dalam yakni TOSK (-9,02 persen), LABA (-8,85 persen), BNLI (-6,61 persen), BREN (-6,53 persen), dan SMGR (-5,69 persen).

    Sementara itu, mengutip Stockbit, lima sektor terpantau menguat pada penutupan perdagangan sore ini, seperti basic ind (+0,23 persen), cyclical (+0,15 persen), industrial (+0,41 persen), properti (+0,36 persen), dan transportasi (+0,14 persen). Sedangkan terdapat pula enam saham yang melemah yaitu energi (-0,56 persen), finance (-0,85 persen), health (-0,86 persen), infrastruktur (-1,34 persen), non cyclical (-0,07 persen), dan teknologi (-1,48 persen).

    IHSG sepekan ini diproyeksikan positif. Global Markets Strategist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto, mengatakan IHSG pada pekan ini akan banyak dipengaruhi oleh sentimen global, salah satunya data inflasi Amerika Serikat.

    “Tapi, saya lihat sih trennya masih akan terus menurun ya, di kisaran level 2,3 sampai 2,4 persen year-on-year,” ujar dia kepada  Kabar Bursa, Sabtu, 26 Oktober 2024.

    Sentimen Negatif Perang Iran-Israel

    Diketahui, Kawasan Timur Tengah kembali menegang, khususnya dua negara yang saling menyerang satu sama lain, yakni Iran dan Israel.

    Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bertemu dengan keluarga para prajurit Iran yang gugur dalam serangan yang dilancarkan Israel pada Sabtu, 26 Oktober 2024 lalu. Dalam pertemuan itu, Khamenei menilai rezim Zionis Israel telah melebih-lebihkan tindakan agresi yang dilancarkan terhadap Iran, namun dia juga tak mau meremehkan serangan tersebut.

    Khamenei menyoroti rezim Israel salah dalam memperhitungkan kekuatan Iran. "Mereka belum benar-benar mengenal Iran dan rakyatnya, serta belum memahami tingkat kekuatan dan tekad kami,” ujarnya, dilansir dari kantor berita IRNA, Senin, 28 Oktober 2024.

    Meningkatnya tensi konflik Iran dan Israel bukan tanpa dampak bagi pasar modal domestik, khususnya para investor asing. Analis Senior Lotus Sekuritas, Fath Aliansyah menyebut, meningkatnya tensi konflik kedua negara tersebut akan berdampak pada pasar modal domestik kendati tidak terlalu berpengaruh pada keluarnya dana atau modal dari dalam negeri ke luar negeri atau outflow.

    “Kalau tensi terus meningkat dan meluas, potens (mempengaruhi pasar modal) ini ada. Sejauh ini masih belum terlalu berpengaruh ke outflow,” kata Fath saat dihubungi Kabar Bursa, Senin, 28 Oktober 2024.

    Di sisi lain, Fath menilai sektor migas akan sangat diuntungkan seiring meningkatnya tensi konflik Iran dan Israel. Sementara sektor lainnya, kata dia, akan bersifat netral sepanjang daya beli masih memadai.

    “Sektor migas yang paling diuntungkan, sedangkan sektor lain sifatnya netral selama bisa diteruskan ke customer (apabila daya beli memadai),” jelasnya.

    Kendati demikian, Fath menilai ketegangan di Timur Tengah bukan hal yang baru. Begitu juga dengan imbasnya, dia menilai dampaknya akan dirasakan dalam jangka waktu tertentu. Pasalnya, dalam keadaan tersebut, banyak perusahaan yang hedging.

    “Hal ini sifatnya berimbas dalam jangka waktu tertentu. Karena keadaan seperti ini biasanya banyak perusahaan yang sudah hedging atau mereka sudah memastikan stok persediaan tidak terganggu apabila ketegangan meningkat," pungkasnya. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi