KABARBURSA.COM - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian memastikan inflasi Indonesia sebesar 1,57 persen masih terkendali. Hal ini disampaikannya saat memimpin rapat koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di geudng Sasana Bhakti Praja (SBP) di kantor Kemendagri, Jakarta, Senin, 6 Januari 2025.
"Inflasi kita masih terkendali, karena target pemerintah pusat angka inflasi harus terjaga di antara 1,5 persen sampai 3,5 persen. Atau bahasa lainnya, target adalah 2,5 persen plus minus 1 persen. Jadi 1,57 persen masuk target level bawah, yang artinya cukup baik,” kata Tito.
Menurut Tito, inflasi di Indonesia secara month to month atau MoM pada Desember 2024 terhadap November 2024 berada di angka 0,44 persen. Tito juga merinci inflasi terbesar terjadi pada sektor makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,33 persen dengan andil inflasi 0,38 persen. Kenaikan tersebut berada di momen acara besar seperti Natal dan tahun baru.
“Ini wajar kami kira, biasa ketika ada acara-acara besar nasional khususnya, baik Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, terjadi permintaan yang meningkat. Demand yang meningkat terutama makanan dan minuman, baik untuk pesta maupun untuk acara-acara keramaian, dan lain-lain,” ucap dia.
Pada bidang kesehatan juga mengalami kenaikan inflasi sebesar 0,35 persen dengan andil 0,01 persen. Sektor perawatan pribadi dan jasa lainnya turut memberikan andil inflasi 0,02 persen, dengan besar inflasi 0,26 persen. Sementara inflasi di sektor transportasi sebesar 0,04 persen.
Kebijakan pemerintah untuk menurunkan biaya angkutan udara berdampak pada tidak terjadinya inflasi yang signifikan di sektor transportasi.
"Kebijakan pemerintah yang dipimpin oleh Bapak Presiden, menurunkan biaya angkutan udara 10 persen. Ini membuat sektor transportasi tidak terjadi peningkatan yang sangat signifikan,” ucap dia.
Tito mengatakan meski angka inflasi terkendali, tapi kondisi inflasi di beberapa daerah masih tergolong tinggi, salah satunya Provinsi Papua Pegunungan. Dia meminta penjabat Gubernur Papua Pegunungan Velix Wanggai segera mencari penyebab dan solusi atas kondisi tersebut.
Diketahui, angka inflasi Papua Pegunungan sebesar 5,36 persen, disusul oleh provinsi lain, di antaranya Papua Tengah 3,27 persen, Papua Barat 2,53 persen, Bali 2,34 persen, Aceh 2,17 persen, Sumatera Utara 2,12 persen, Kepulauan Riau 2,09 persen, Kalimantan Selatan 1,95 persen, Banten 1,88 persen, dan Papua Barat Daya 1,87 persen.
Tito juga mendorong pemerintah daerah atau Pemda untuk mengembangkan variasi bahan pangan. Kebijakan ini untuk mendukung program diversifikasi pangan dan mengurangi ketergantungan terhadap beras.
Menurut dia langkah itu sejalan dengan arahan Presiden RI Prabowo Subianto untuk memanfaatkan potensi lokal sesuai karakteristik wilayah. Seperti yang tercantum pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal.
“Tolong untuk mendukung perintah Bapak Presiden melalui Perpres 81 Nomor 2024 tentang optimalisasi diversifikasi pangan, artinya pangan yang lebih bervariasi. Tidak hanya (bergantung) kepada beras,” ucap dia.
Tito menyebut, regulasi yang mendukung ketahanan pangan lokal tersebut perlu dijalankan. Kemendagri juga berencana akan membuat regulasi yang berisi pedoman yang membantu Pemda dan masyarakat dalam mewujudkan diversifikasi pangan.
"Saya akan membuatkan Instruksi Mendagri mengenai bagaimana bentuk organisasinya dan langkah-langkah apa yang bisa menjadi guidelines termasuk sosialisasi kepada masyarakat, ucap dia.
Menkeu: Inflasi Indonesia rendah
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menyoroti capaian inflasi Indonesia yang hanya berada di angka 1,55 persen pada November 2024. Menurutnya, tingkat inflasi ini termasuk yang terendah secara global, bahkan lebih rendah dari rata-rata target inflasi negara maju sebesar 2 persen.
“Indonesia berada di posisi yang baik dengan inflasi 1,55 persen, jauh di bawah target banyak negara. Ini menunjukkan daya beli masyarakat terjaga tanpa terkikis oleh lonjakan harga,” ujar Sri Mulyani saat konferensi pers APBN Kita di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 12 Desember 2024.
Sri Mulyani membandingkan situasi inflasi global, di mana negara seperti India mencatat inflasi sebesar 6,2 persen, Rusia di angka 8,5 persen, dan negara-negara dengan kondisi ekonomi tidak stabil seperti Turki mencapai 47 persen serta Argentina yang melonjak hingga 193 persen.
“Inflasi kita yang terjaga ini mencerminkan optimisme dari sisi produksi dan konsumsi masyarakat. Ini penting untuk mendukung stabilitas ekonomi di tengah risiko global,” tambahnya.
Sri Mulyani juga mencatat bahwa core inflation Indonesia berada di level 2,3 persen, tetap dalam rentang yang sehat. Optimisme ini turut tercermin dalam Indeks Keyakinan Konsumen pada November, yang menunjukkan masyarakat masih percaya terhadap prospek ekonomi ke depan.
Ia menegaskan, keberhasilan menjaga inflasi ini merupakan langkah strategis dalam memastikan stabilitas harga, terutama di tengah gejolak global yang sering kali memicu lonjakan harga secara tiba-tiba.
“Inflasi yang terkendali adalah fondasi penting untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tutupnya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.