Logo
>

Menilik Peluang Investasi SBN: Alternatif Aman dan Menguntungkan

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Menilik Peluang Investasi SBN: Alternatif Aman dan Menguntungkan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Pengamat pasar modal Ibrahim Assuaibi mengatakan, masyarakat memiliki peluang investasi yang menjanjikan di Surat Berharga Negara (SBN) atau obligasi.

    Menurutnya, peluang ini datang ketika pemerintah mencari dana segar untuk menutupi pembiayaan yang telah ditata oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

    “Kementerian Keuangan terus melakukan lelang-lelang obligasi untuk menutupi anggaran yang sudah ditentukan,” ujar dia dalam acara webinar dengan Kabar Bursa bertajuk “Berburu Cuan dari SBN Ritel” pada Jumat, 31 Januari 2025.

    Ibrahim menilai, SBN merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk membeli obligasi. Menurutnya berinvestasi di obligasi sama dengan membantu pemerintah membangun Indonesia.

    Obligasi yang diterbitkan pemerintah, kata dia, menyasar berbagai kalangan mulai dari kelas bawah dan atas. Menurutnya, hal ini bisa membuat masyarakat berlatih dalam berinvestasi.

    Ibrahim juga menjelaskan manfaat dari berinvestasi di instrumen ini. Dalam kondisi geopolitik saat ini, kata dia, salah satu investasi yang dijamin Undang-Undang adalah obligasi.

    “Pemerintah tidak akan terjadi gagal bayar pada saat setelah jatuh tempo. Dana pokok dan bunga itu bisa diambil sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan,” jelasnya.

    Kendati demikian, Ibrahim menyarankan pemerintah bersama perusahaan-perusahan terkait untuk rutin mengedukasi investasi obligasi. Langkah ini harus dilakukan agar kalangan masyarakat tertarik melakukan transaksi obligasi.

    “Kemungkinan besar bukan lagi orang-orang kelas atas yang melakukan pembelian, tetapi kelas menengah ke bawah pun juga mungkin akan tertarik,” pungkasnya.

    SBN Cocok untuk yang Sibuk Kerja

    Seperti diberitakan sebelumnya, Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan investasi di Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia memiliki prospek yang bagus.

    Ia menilai hal ini dengan dua indikator, yakni kondisi pemerintahan yang stabil dan kondisi ekonomi di Indonesia yang terus membaik. SBN diyakini bakal memberi imbal hasil yang baik kepada investor.

    Investasi SBN tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan ekonomi di dalam dan luar negeri. Mantan ekonom Bank CIMB Niaga ini menjelaskan, meski kondisi ekonomi global sedang kurang menarik ketika Amerika Serikat (AS) berada di bawah kepemimpinan Donald Trump, tapi masih ada harapan dari suku bunga akan tetap membaik.

    “Kemarin Pilkada berlangsung relatif aman dan stabil. Sehingga ke depannya prospek untuk surat berharga negara juga sangat baik. Kita bisa melihat dari sisi imbal hasil yang menarik untuk instrumen ini,” kata Myrdal dalam acara Media Launcheon Maybank Indonesia di Jakarta, Kamis, 5 Desember 2024.

    Menurutnya, peluang untuk berinvestasi di SBN sekunder tidak hanya terbuka untuk investor Indonesia saja, tapi juga investor asing. Saat ini, kata Myrdal, sudah banyak investor asing yang masuk untuk berinvestasi di SBN Indonesia karena menawarkan imbal hasil yang menarik.

    “Kalau misalkan SBN pemerintah AS itu memberikan return untuk jangka waktu 10 tahun di sekitar 4,3 persen, kita (Indonesia) bisa menawarkan sampai 6,9 persen. Jadi banyak investor yang masuk ke surat berharga pemerintah Indonesia,” jelasnya.

    Keuntungan yang didapat dengan berinvestasi di SBN adalah melalui pergerakan harganya yang relatif dinamis. Selain itu, return SBN di Indonesia, kata dia, semakin menarik karena bergerak ke arah positif mengikuti kondisi ekonomi di Indonesia yang stabil.

    SBN Primer Vs Sekunder

    SBN dibagi menjadi dua jenis, yakni SBN primer dan sekunder. Pembelian SBN primer dilakukan langsung pada saat penerbitan oleh pemerintah melalui pasar perdana. Sementara untuk SBN sekunder transaksi jual belinya dilakukan di pasar sekunder, yakni setelah SBN diterbitkan di pasar perdana.

    “Kalau yang primer itu sifatnya langsung membeli. Jadi investor datang ke event yang diselenggarakan pemerintah yang menyediakan surat berharga negara, investor mendaftar dan dari situ mendapatkan kupon,” jelas Myrdal.

    Investor yang tertarik membeli SBN primer dapat langsung melalui platform resmi yang ditunjuk, seperti e-SBN atau bank atau mitra distribusi. Sementara harga SBN primer ditentukan oleh pemerintah.

    Sebaliknya, investor yang tertarik membeli SBN sekunder dapat dilakukan di bursa efek atau lembaga keuangan seperti bank dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dari harga awal.

    “Perbedaannya, (SBN primer) itu harus ada minimum holding periodnya atau masa surat utang itu tidak boleh diapa-apain terlebih dulu. Nah, kalau surat berharga kategori skunder, itu holding periodnya sudah terlewati maka bisa dijualbelikan,” jelasnya.

    Perubahan harga yang terjadi di pasar sekunder relatif lebih dinamis, terlebih lagi untuk SBN seri benchmark atau seri unggulan yang memiliki tenor khusus yang beragam seperti satu hingga lima tahun.

    Myrdal menjelaskan, seri-seri ini aktif ditransaksikan di pasar sekunder obligasi negara. Karena begitu aktif ditransaksikan, harga SBN sekunder membuat dinamika pergerakan harga juga fleksibel.

    “Begitu ada pengaruh perkembangan global yang cukup menarik, tentunya akan membuat harga dari SBN sekunder ini pun juga mengalami kenaikan. Dan di sisi lain, kalau ada perkembangan terkait kebijakan suku bunga, misal suku bunga bank Indonesia akan menurun karena inflasi terjaga dengan baik maka ada kemungkinan harga SBN naik,” ujarnya.

    Ia juga menjelaskan hubungan antara harga obligasi dan suku bunga relatif berkebalikan. Jika tren suku bunga turun, maka harga SBN naik. Hal ini membuat suku bunga yang terus turun dapat menaikkan harga SBN.

    Myrdal menilai SBN cocok untuk tipe pekerja atau investor yang tidak punya banyak waktu memantau kondisi pasar. Karena, menurutnya surat berharga yang dibeli tersebut diterbitkan negara sehingga relatif bebas risiko. Sementara untuk investor yang punya banyak waktu untuk menganalisis kondisi pasar, dapat berinvestasi di saham, emas atau bitcoin. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.