KABARBURSA.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berdiskusi dengan pengusaha dan diaspora Indonesia di Vancouver, Kanada, mengenai berbagai isu strategis yang dihadapi perekonomian Indonesia.
Dalam pertemuan yang diadakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Vancouver, Airlangga membahas beberapa topik utama, termasuk pemanfaatan bonus demografi, upaya keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap), transisi ke energi terbarukan, serta pengembangan ekonomi digital. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu 1 September 2024.
Airlangga menyoroti bahwa Indonesia telah menjadi pemain utama dalam sektor ekonomi digital di ASEAN, dengan jumlah startup terbanyak di kawasan ini, menempatkannya pada peringkat keenam dunia dalam hal inovasi startup. Selain itu, hilirisasi industri juga menjadi fokus utama dalam memperkuat daya saing dan meningkatkan nilai tambah produk ekspor Indonesia.
Di sektor kerja sama internasional, Airlangga menjelaskan peta kerjasama ekonomi Indonesia di berbagai forum multilateral seperti G20, ASEAN, APEC, serta proses aksesi Indonesia menjadi anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Ia juga mengungkapkan bahwa Indonesia tertarik untuk bergabung dengan Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CP-TPP), mencontoh langkah Inggris yang baru-baru ini menjadi anggota.
Perwakilan diaspora Indonesia di Kanada, termasuk Luthfi Doffier dan Matthew Riyanto dari Canada-Indonesia Chamber of Commerce, menyampaikan dukungan mereka terhadap upaya pemerintah RI dalam memperkuat hubungan ekonomi dengan Kanada. Mereka juga menyoroti tantangan logistik dan over-supply produk agro Indonesia yang berdampak pada penurunan harga.
Sebagai bagian dari lawatannya, Airlangga dijadwalkan berbicara di Business Forum pada 3 September 2024, untuk menarik minat investasi dan memperkuat kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Kanada, khususnya di wilayah British Columbia. Kunjungan ini bertujuan menjajaki peningkatan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan investasi kedua negara.
Aktivitas Perdagangan Indonesia-Kanada
Kementerian Perdagangan mencatat aktivitas perdagangan Indonesia – Kanada periode Januari hingga April 2024 mencapai USD1,1 miliar. Pada periode tersebut, ekspor Indonesia ke Kanada tercatat sebesar USD466 juta, sedangkan impor Indonesia dari Kanada USD 655 juta.
Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Kanada pada tahun lalu adalah perlengkapan telepon, hasil produksi atau limbah, karet alam, aksesori, dan koper. Sedangkan, komoditas impor utama Indonesia dari Kanada yaitu gandum, pupuk, kedelai, dan serbuk kayu.
Indonesia dan Kanada telah menegaskan kembali komitmen bersama untuk menyelesaikan perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Kanada (ICA-CEPA) pada akhir 2024. Hal ini dikemukakan dalam sesi pembukaan Putaran Kedelapan Perundingan ICA-CEPA di Ottawa, Kanada, Senin, 24 Juni 2024.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono, mengatakan pihaknya mendorong para ketua isu runding untuk mengintensifkan komunikasi dan dapat bersikap pragmatis sehingga seluruh isu runding dapat terselesaikan.
“Walaupun terdapat permasalahan yang belum selesai, kami yakin Indonesia dan Kanada dapat mencapai kesepakatan sesuai target dan saling menguntungkan,” jelasnya.
Dalam putaran ke delapan ini, terdapat 20 Isu Runding dan satu Diskusi Ahli untuk isu Badan Usaha Milik Negara yang dibahas. Selain itu, diselenggarakan untuk pertama kalinya diskusi pembentukan Dialog Mineral Kritis.
“Indonesia mengusulkan adanya dialog mengenai mineral kritis dalam kerangka ICA-CEPA. Usulan ini diajukan untuk mengeksplorasi keunggulan kedua negara dalam pengolahan sumber daya mineral dan pengembangan teknologi baru dan terbarukan,” ujar Djatmiko.
Sementara itu, Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Johni Martha mengungkapkan, pada putaran kali ini Indonesia dan Kanada sama-sama berharap agar tercapai keberhasilan untuk sejumlah isu runding.
“Kami juga berharap agar isu-isu runding lainnya dapat menepati komitmen yang tertuang dalam Program Kerja Akselerasi Perundingan ICA-CEPA yang disetujui kedua negara,” imbuh Johni.
Diberitakan beberapa waktu lalu, Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD3,56 miliar pada April 2024. Hal ini menandakan bahwa neraca perdagangan Indonesia telah mengalami surplus selama 48 bulan berturut-turut, atau setara dengan empat tahun.
Menurut Deputi Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini, surplus terpanjang yang pernah terjadi selama 152 bulan berturut-turut. Periode surplus terpanjang ini berlangsung dari Juni 1995 hingga April 2008.
“Dari catatan BPS, tercatat bahwa surplus terpanjang pernah terjadi selama 152 bulan berturut-turut, yaitu dari Juni 1995 hingga April 2008,” ungkapnya dalam konferensi pers pada Rabu, 15 Mei 2024.
Selain itu, neraca perdagangan juga pernah mengalami surplus berturut-turut selama 18 bulan dari Januari 2016 hingga Juni 2017.
“Juga pernah terjadi surplus berturut-turut selama 18 bulan, yaitu dari Januari 2016 hingga Juni 2017,” tambahnya.
Dengan demikian, meskipun neraca perdagangan Indonesia saat ini mengalami surplus selama 48 bulan berturut-turut, hal ini tidak menjadi yang terpanjang dalam sejarah Indonesia.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.