KABARBURSA.COM - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menargetkan untuk menciptakan sembilan juta talenta digital di Indonesia hingga tahun 2030.
Talenta tersebut diharapkan mampu mengisi berbagai peluang kerja baru di era digital. Meutya optimistis target ini dapat tercapai melalui kolaborasi lintas sektor, melibatkan pemerintah, sektor swasta, dan pemangku kepentingan di industri teknologi.
“Hingga 2030 diperkirakan akan ada lapangan kerja baru untuk sembilan juta talenta digital di Indonesia,” kata Meutya dalam acara Indonesia Digital Economy Outlook 2025, Jumat, 13 Desember 2024.
Meutya menekankan pentingnya keterlibatan sektor swasta, khususnya perusahaan teknologi, dalam menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan talenta digital. Langkah ini diharapkan tidak hanya memperluas lapangan kerja, tetapi juga memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kami melibatkan semua pihak. Tidak mungkin hanya pemerintah yang bergerak. Kami juga berharap sektor swasta, terutama di bidang teknologi, memberikan kontribusi penuh untuk mencapai target ini,” jelas Meutya.
Kemajuan Daya Saing Digital Indonesia
Indonesia menunjukkan peningkatan daya saing digital berdasarkan laporan IMD World Digital Competitiveness Ranking. Posisi Indonesia naik dari peringkat ke-45 pada 2023 menjadi peringkat ke-43 pada 2024. Meutya optimistis tren ini akan terus berlanjut, memperkuat kesiapan ekonomi digital Indonesia.
Untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM), Kementerian Komdigi telah menjalin kerja sama dengan berbagai penyedia teknologi internasional dan lokal. Program-program tersebut bertujuan untuk mentransfer pengetahuan sekaligus meningkatkan kemampuan teknologi domestik.
Sebelumnya, Menteri Meutya mengungkapkan bahwa sejumlah perusahaan teknologi global, seperti AWS dan Microsoft, telah berkomitmen mendukung pengembangan talenta digital di Indonesia.
“Kami telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan teknologi global. AWS, misalnya, berkomitmen mencetak hampir satu juta talenta digital, tepatnya antara 800.000 hingga 900.000,” ungkap Meutya di Grha Sabha Pramana UGM, Yogyakarta, Rabu.
“Microsoft juga menyatakan kesiapannya bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mencetak satu juta talenta digital pada tahun ini,” ungkapnya.
Ekonomi Digital Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengatakan ekonomi digital memiliki potensi besar untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia menekankan pentingnya memanfaatkan tren global ini secara strategis agar dampaknya dapat dirasakan maksimal oleh masyarakat.
“Digitalisasi telah terbukti memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian. Bahkan, ekonomi digital diprediksi menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi yang memberi daya dorong tinggi, asalkan dirancang dengan pedoman dan arah yang jelas serta terukur,” kata Gibran dalam acara Indonesia Digital Economy Outlook 2025, Jumat 13 Desember 2024.
Meski demikian, Gibran menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh hanya puas menjadi pasar ekonomi digital global.
“Kita ingin Indonesia menjadi pusat inovasi ekonomi digital, menjadi salah satu pionir yang mampu menggerakkan sektor ini, sehingga potensi ekonomi digital bisa benar-benar meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujarnya.
Untuk mewujudkan visi tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai langkah, seperti memperkuat infrastruktur digital, meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang teknologi, dan menciptakan iklim usaha yang kondusif.
“Pemerintah memberikan dukungan penuh untuk sektor ini, karena ekonomi digital adalah investasi penting untuk masa depan ekonomi Indonesia,” terang Gibran.
Merujuk pada riset terbaru dari Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai Gross Merchandise Volume (GMV) ekonomi digital Indonesia diperkirakan terus mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun mendatang.
Pada tahun 2022, GMV ekonomi digital Indonesia tercatat sebesar USD76 miliar, meningkat 20 persen dibandingkan tahun 2021 yang sebesar USD63 miliar. Untuk tahun 2023, GMV ini diproyeksikan naik 8 persen menjadi USD 82 miliar.
Setelah 2023, pertumbuhan ekonomi digital diperkirakan kembali meningkat, dengan GMV mencapai USD109 miliar pada tahun 2025, atau naik 15 persen dari proyeksi sebelumnya. Pada 2030, nilai GMV nasional diprediksi melesat ke kisaran USD210 hingga USD360 miliar.
Kontributor utama dari pendorong ekonomi digital ini berasal dari sektor e-commerce. Pada tahun 2021, sektor ini menyumbang GMV senilai USD48 miliar, yang kemudian meningkat 20 persen menjadi USD58 miliar pada tahun 2022. Pada 2023, nilai GMV e-commerce diproyeksikan tumbuh 7 persen menjadi USD62 miliar.
Selanjutnya, pada tahun 2025, sektor e-commerce diperkirakan mencatatkan GMV sebesar USD82 miliar, atau naik 15 persen dibandingkan proyeksi tahun 2023. Pada tahun 2030, GMV sektor e-commerce diprediksi melonjak ke angka USD160 miliar.
Kontribusi sektor e-commerce terhadap ekonomi digital jauh melampaui sektor lainnya. Sebagai perbandingan, sektor transportasi dan makanan pada 2023 diproyeksikan memiliki GMV sebesar USD7 miliar, dan tumbuh 13 persen menjadi USD9 miliar pada 2025. Sementara itu, sektor media online diperkirakan memiliki GMV sebesar USD7 miliar pada 2023, dengan pertumbuhan 12 persen menjadi USD8 miliar pada 2025.
Selain itu, sektor perjalanan online juga memberikan kontribusi penting, dengan nilai GMV diperkirakan mencapai USD6 miliar pada 2023, dan tumbuh 21 persen menjadi USD9 miliar pada tahun 2025.
“Ini adalah potensi yang sangat besar yang harus kita kelola dan manfaatkan sebaik-baiknya, sehingga bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat,” tegas Gibran.
Gross Merchandise Value
Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar USD90 miliar, atau sekitar Rp1.413 triliun (dengan kurs Rp15.700 per dolar Amerika Serikat/AS) pada akhir 2024, meningkat 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
GMV sering kali menjadi indikator kesehatan bisnis e-commerce, yang merupakan kontributor utama dalam perekonomian digital Indonesia.
Berdasarkan survei e-Conomy Southeast Asia (SEA) 2024 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, perekonomian digital Indonesia tumbuh paling besar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Menurut Veronica Utami, Country Director Google Indonesia, pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara mencatatkan angka dua digit di seluruh negara dengan peningkatan lebih dari 10 persen dibandingkan tahun lalu, bahkan beberapa negara melampaui 20 persen.
Khusus di Indonesia, pertumbuhan yang kuat sebesar 13 persen diprediksi, meskipun ukuran pasar yang sudah besar.
“Indonesia tetap menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan proyeksi GMV sebesar USD90 miliar di tahun ini,” ungkap Veronica dalam acara di Kantor Google Indonesia, Rabu, 14 November 2024.
Sektor e-commerce menjadi penggerak utama pertumbuhan ini, dengan GMV sektor tersebut diperkirakan meningkat sebesar 11 persen hingga mencapai USD65 miliar pada 2024.
Pengembangan fitur seperti video commerce oleh platform e-commerce besar turut mendorong peningkatan pengalaman pengguna, sehingga nilai GMV di sektor ini tetap tumbuh pesat.
Indonesia juga mencatat pertumbuhan cepat dalam konten video, dengan peningkatan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 16 persen antara 2022 hingga 2024.
Di samping itu, teknologi kecerdasan buatan (AI) juga berperan dalam mengubah lanskap digital, terutama dalam pemasaran, permainan, dan pendidikan.
Semakin banyak bisnis yang memanfaatkan AI untuk iklan yang lebih relevan, meningkatkan keterlibatan konsumen, dan menawarkan pengalaman imersif yang lebih terarah.
“AI menjadi alat penting untuk efisiensi, pengalaman pelanggan, dan inovasi. Untuk memenuhi permintaan ini, kapasitas pusat data diproyeksikan tumbuh hingga 268 persen dari 202 MW saat ini, guna mendukung kebutuhan komputasi, AI, dan data,” ujar Veronica.
Minat terhadap AI di Indonesia paling tinggi di Kalimantan Timur, Jakarta, dan Kepulauan Riau, di mana penerapan AI dianggap dapat mempercepat transformasi digital di berbagai industri dan wilayah. (*)