Logo
>

Modal Asing Naik, Investasi Neto Indonesia Turun

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Modal Asing Naik, Investasi Neto Indonesia Turun
Ilustrasi arus modal asing yang masuk ke Indonesia. (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank Indonesia melaporkan bahwa Posisi Investasi Internasional Indonesia (PIII) pada akhir tahun 2024 masih sebesar USD245,29 miliar.

    PIII mencerminkan neraca yang menunjukkan nilai modal finansial milik asing di Indonesia serta nilai modal finansial milik penduduk Indonesia di luar negeri, ditambah dengan posisi cadangan devisa.

    Ekonom Bright Indonesia Awalil Rizky, menjelaskan modal finansial milik penduduk Indonesia biasa disebut Aset Finansial Luar Negeri (AFLN). Posisi AFLN pada akhir 2024 tercatat sebesar USD522,81 miliar, termasuk cadangan devisa sebesar USD 155,72 miliar.

    Jika cadangan devisa tidak dihitung, maka AFLN berada di angka USD367,09 miliar.

    “Posisi AFLN akhir 2024 bertambah sebesar USD37,53 miliar dibanding akhir 2023 yang sebesar USD485,28 miliar. Jika tidak mencakup cadangan devisa, maka nilainya bertambah sebesar USD28,19 miliar,” ujar Awalil dalam keterangannya Rabu, 2 April 2025.

    Sementara itu, modal finansial milik asing di Indonesia atau Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) mencapai USD 768,10 miliar pada akhir 2024. Angka ini meningkat USD24,93 miliar dibandingkan posisi akhir 2023 yang sebesar USD743,17 miliar.

    Tren Penurunan Posisi Investasi Neto

    Awalil mencatat bahwa posisi PIII neto mengalami tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. “Posisi pada akhir 2024 lebih kecil dibanding akhir 2019 yang mencapai USD337,92 miliar. Bahkan selama era Jokowi, terjadi penurunan dari posisi akhir 2014 yang sebesar USD383,97 miliar,” jelasnya.

    Meskipun KFLN terus meningkat, dari USD585,88 miliar pada 2014 menjadi USD713,24 miliar pada 2019 dan mencapai USD768,10 miliar pada 2024, AFLN justru meningkat lebih pesat. 

    “AFLN tumbuh dari USD 201,91 miliar pada 2014 menjadi USD375,32 miliar pada 2019, dan mencapai USD522,81 miliar pada 2024. Peningkatannya dalam 10 tahun mencapai 158,93 persen, atau 121,69 persen jika tidak mencakup cadangan devisa,” ungkapnya.

    Posisi Investasi Berdasarkan Jenis

    PIII mencakup empat jenis investasi utama, yaitu Investasi Langsung, Investasi Portofolio, Derivatif Finansial, dan Investasi Lainnya. Namun, Derivatif Finansial memiliki nilai yang kecil sehingga sering diabaikan dalam analisis.

    1. Investasi Langsung

    Investasi langsung terkait kepemilikan atau pengelolaan perusahaan dalam jangka panjang. Pada akhir 2024, posisi modal milik asing dalam bentuk investasi langsung di Indonesia mencapai USD310,55 miliar.

    “Posisi ini memang meningkat selama era Jokowi, namun lajunya tidak terlalu pesat. Dari USD 229,60 miliar pada akhir 2014, hanya meningkat 35,26 persen dalam 10 tahun,” jelas Awalil.

    Sebaliknya, investasi langsung penduduk Indonesia ke luar negeri tumbuh lebih cepat. “Dari USD37,51 miliar pada 2014, meningkat hampir 3,5 kali lipat menjadi USD129,42 miliar pada akhir 2024,” katanya.

    2. Investasi Portofolio

    Investasi portofolio mencakup saham, obligasi, dan surat berharga lainnya yang lebih bersifat spekulatif. Posisi modal asing dalam investasi portofolio di Indonesia mencapai USD278,74 miliar pada akhir 2024, meningkat dari USD204,79 miliar pada 2014 atau naik 36,11 persen dalam 10 tahun.

    Namun, investasi portofolio penduduk Indonesia di luar negeri meningkat lebih pesat, meskipun nilainya masih relatif kecil. 

    Dari USD 12,17 miliar pada akhir 2014, naik lebih dari tiga kali lipat menjadi USD 37,75 miliar pada akhir 2024,” jelas Awalil.

    3. Investasi Lainnya

    Kategori ini mencakup utang dagang, pinjaman, serta uang dan simpanan di lembaga keuangan. Posisi investasi asing dalam kategori ini di Indonesia pada akhir 2024 sebesar USD 177,86 miliar, meningkat dari USD 151,36 miliar pada 2014 atau hanya naik 17,51 persen dalam 10 tahun.

    Namun, investasi jenis ini dari penduduk Indonesia ke luar negeri meningkat lebih cepat. “Dari USD 40,21 miliar pada akhir 2014, meningkat hampir lima kali lipat menjadi USD 199,19 miliar pada akhir 2024. Bahkan, selama tiga tahun terakhir, posisi investasi jenis ini telah melampaui milik asing di Indonesia,” ujar Awalil.

    Realisasi Pertumbuhan Ekonomi masih Rendah

    Sebagai negara dengan perekonomian terbuka, arus investasi asing merupakan hal yang lazim. Namun, Awalil menyoroti bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi selama era Jokowi masih lebih rendah dibandingkan era SBY.

    “Pertumbuhan ekonomi selama era Jokowi hingga 2024 rata-rata hanya 4,22 persen per tahun. Andai tidak memperhitungkan pandemi, maka rata-rata pertumbuhan ekonomi pada 2015-2019 juga hanya 5,03 persen per tahun. Lebih rendah dari 10 tahun era SBY yang mencapai 5,72 persen,” ungkapnya.

    Selain itu, cadangan devisa Indonesia juga mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan era SBY. Pada akhir 2024, cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar USD155,72 miliar, meningkat 39,21 persen dari posisi akhir 2014 yang sebesar USD111,86 miliar.

    “Padahal, Indonesia telah memperoleh ‘hadiah’ dari International Monetary Fund (IMF) pada Agustus 2021 sebesar USD6,50 miliar. Sebagai perbandingan, posisi cadangan devisa meningkat tiga kali lipat selama era SBY,” kata Awalil.

    Sementara itu, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan, mengungkapkan proyeksi bisnis Indonesia pada tahun 2025, yang diprediksi akan berkembang di tengah situasi politik domestik yang stabil.

    Menurut Nurul, meskipun Indonesia telah berhasil melewati berbagai proses politik yang menghasilkan stabilitas, tantangan besar tetap berasal dari dinamika ekonomi global. Salah satu yang paling signifikan adalah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.

    "Meskipun politik di Indonesia sudah berjalan lancar, kita tidak bisa mengabaikan bagaimana hubungan internasional, terutama dengan negara-negara besar, dapat memengaruhi ekonomi kita," ujar Nurul saat dihubungi Kabarbursa.com, Jakarta, Senin, 30 Desember 2024.

    Nurul menjelaskan bahwa proyeksi bisnis Indonesia di tahun 2024 harus mempertimbangkan berbagai faktor eksternal, mengingat Indonesia adalah negara terbuka yang sangat terhubung dengan perekonomian global. Ia menekankan pentingnya partisipasi investasi asing untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diharapkan berada di kisaran 6-8 persen pada 2024.

    "Kapasitas kita terbatas, baik dari sisi kapital maupun insentif. Oleh karena itu, kita perlu menarik investasi asing untuk mencapai target pertumbuhan tersebut," tambahnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.