KABARBURSA.COM - Di usia 25 tahun, Khanif Irsyad Fahri memilih jalan yang tidak banyak dilirik anak muda seusianya: menjadi petani melon hidroponik. Bukan sembarang bertanam, Khanif mengelola sistem pertanian modern yang membutuhkan modal besar dan kesabaran ekstra.
“Saya fokusnya di melon hidroponik Melon,” terang dia kepada KabarBursa.com saat ditemui di Jakarta Selatan, beberapa hari lalu. Minggu 18 Mei 2025
Usaha yang ia bangun bukan skala rumahan. Khanif mengelola greenhouse bernama Gemati Farm yang berlokasi di Tegalasri, Bejen, Karanganyar, Jawa Tengah. Untuk mendirikannya, ia membutuhkan dana hingga Rp100 juta hanya untuk satu unit greenhouse. Itu pun, kata dia, sudah termasuk harga yang relatif terjangkau.
“Greenhouse itu kan banyak ya Mas perintilannya. Itu rata-rata hitungannya udah murah. Kalau greenhouse yang bagus tuh bisa sampai Rp500 juta,” jelasnya.
Modal awal sebesar itu tidak sepenuhnya berasal dari kantong pribadi. Khanif beruntung mendapat dukungan dari seorang investor individu yang merupakan pejabat. Kerja sama itu menjadi titik awal dimulainya Gemati Farm.
“Nah, terus kebetulan dapet salah satu investor. Saya yang tanggung jawab ngelola greenhouse, nanti bagi hasil,” ungkapnya.
Tak sendirian, Khanif juga mengajak beberapa temannya untuk terlibat membangun greenhouse di Karanganyar. Kerja sama ini telah berlangsung selama satu setengah tahun, menjadi contoh sinergi anak muda dalam dunia pertanian.
“Saya ajak teman-teman saya buat membangun di sana, dan akhirnya udah berjalan satu setengah tahun,” ujarnya.
Dengan kapasitas satu greenhouse, Khanif bisa menanam hingga 1.000 pohon melon. Setiap tiga bulan sekali, ia memanen buah dan menghasilkan omzet sekitar Rp30 juta hingga Rp40 juta. Namun setelah dihitung, keuntungan bersih yang ia kantongi berkisar antara Rp10 juta hingga Rp15 juta per panen.
“Kalau omzet itu bisa 30–40 juta per panen, per tiga bulan. Terus keuntungan bersih paling 10–15 juta,” katanya.
Meski demikian, Khanif mengakui bahwa usahanya belum balik modal. Di awal perjalanan, ia bahkan sempat mengalami gagal panen. Dari 1.000 tanaman melon yang ditanam, hanya setengahnya yang berhasil dipanen.
“Yang awal-awal yang bisa dipanen setengah,” tuturnya.
Namun ia tak menyerah. Setelah melakukan berbagai evaluasi, Khanif akhirnya bisa membalikkan keadaan. Pada panen pertamanya yang berhasil, ia meraup omzet sebesar Rp25 juta.
“Panen pertama dapet omzetnya 25 juta,” tambahnya.
Selain Pertanian: Ada Daya Tarik Wisata
Kini, Khanif tak hanya menjual melon sebagai hasil pertanian, tapi juga menjadikannya daya tarik wisata. Ia membuka wisata petik melon, di mana pengunjung bisa merasakan langsung sensasi memetik dan mencicipi melon segar dari greenhouse.
“Biasanya dijadiin wisata petik melon. Jadi pengunjung itu bisa metik sendiri dan rasa melonnya bener-bener fresh,” jelasnya.
Khanif membidik pasar kelas menengah ke atas sebagai konsumen utama melon hidroponik yang ia tanam. Harga jualnya memang tidak murah—mencapai Rp30 ribu per kilogram. Angka itu jauh di atas harga melon konvensional yang biasanya hanya dibanderol Rp5–10 ribu per buah. Namun, menurutnya, selisih harga tersebut sebanding dengan biaya produksi yang tinggi serta kualitas buah yang lebih premium.
“(Harganya) jauh banget, karena emang biaya produksinya juga mahal. Kualitasnya juga beda,” katanya.
Hingga kini, mayoritas hasil panen Khanif habis terserap di lokasi melalui kegiatan wisata petik melon. Meski ada pengiriman ke beberapa daerah, skalanya masih kecil dan belum menjadi fokus utama.
“(Jadi supply) full petik melon. Dan kita kirim ke beberapa daerah, tapi nggak banyak. Mayoritas habis di petik melon,” ujar dia.
Khanif mengakui bahwa permintaan terhadap melon hidroponik berkualitas premium ini masih belum sepenuhnya terpenuhi. Pasokan yang ada saat ini belum mampu menjawab seluruh permintaan pasar.
“Melon itu kebutuhannya masih kurang-kurang,” tuturnya.
Karena itulah, ia belum berencana untuk masuk ke pasar ekspor dalam waktu dekat. Menurutnya, peluang ekspor terbuka lebar jika digarap dengan serius, tapi saat ini ia memilih untuk memperkuat pasar lokal terlebih dahulu.
“Bahkan hampir semua komoditas kalau mau diseriusi itu bisa jadi ekspor juga,” ungkapnya.
Untuk saat ini, fokus utama Khanif adalah memperkuat fondasi usahanya di dalam negeri dan melakukan ekspansi secara bertahap.
“Masih mau nguatin pasar di lokal dan mau scale up dulu pelan-pelan,” jelasnya.